Oleh Dr. Jennifer Holloran
Dukungan para Sahabat Alkitab telah memberi makan jiwa-jiwa yang lapar di Tiongkok dan menyiapkan meja perjamuan untuk pesta abadi (di surga)
Lahir di tengah pergolakan pada masa Kelaparan Besar dan Revolusi Kebudayaan Tiongkok, Li kecil setia pagi bangun tidur dalam keadaan lapar. Malam harinya ia pun berangkat tidur sambil menahan lapar. Ia melihat keluarganya berjuang untuk bertahan hidup. Keluarganya tidak sendirian. Ia melihat orang-orang di sekitarnya, tetangganya, teman-temannya yang juga kelaparan. Lima puluh tahun kemudian, rasa lapar masih merayapi pikiran Li. Ketika Li mendengar tentang gereja setempat yang memberikan makanan gratis, ia tidak percaya. Mana ada hal seperti itu, pikirnya dalam hati.
Namun, ia tetap pergi ke gereja, dan menerima makanan yang berlimpah seusai kebaktian. Ia pulang dengan perut kenyang, tetapi ia sadar, rasa kenyangnya tak akan bertahan lama. Ia akan segera lapar lagi. Jadi, ia kembali ke gereja pada hari Minggu berikutnya. Dan hari-hari berikutnya.
Pada suatu hari Minggu, bapak pendeta menghentikan Li setelah kebaktian. Bapak pendeta terkesan dengan kehadirannya yang setia setiap Minggu. Ia bertanya kepadanya sudah berapa lama ia menjadi pengikut Yesus. Itulah saat yang ditakuti Li. "Saya sebenarnya bukan seorang Kristen,"katanya kepada pendeta. "Saya ikut kebaktian karena mencari makanan gratis."
Ia mengira bapak pendeta akan marah atau bahkan mengusirnya. Ternyata tidak. Sebaliknya, pendeta itu memberinya seporsi makanan tambahan untuk dibawa pulang. Dia juga memberi tahu dia bahwa Yesus yang selama ini diberitakan dalam ibadah setiap hari Minggu pernah menyebut diri-Nya Roti Kehidupan. Tersentuh oleh kebaikan hati bapak pendeta dan tertarik dengan cerita tentang Roti Kehidupan ini, Li mulai mendengarkan khotbah dengan lebih seksama setiap hari Minggu. Semakin banyak mendengar, semakin Li meyakini bahwa Yesus adalah jawaban dari rasa laparnya—rasa lapar yang lebih dalam dari yang selama ini dia rasakan. ”Inilah yang selama ini saya cari,” pikir Li.”Seorang Juruselamat yang memberi makan jiwa-jiwa yang lapar seperti saya.”
Li menaruh kepercayaannya kepada Yesus dan dibaptis. Kemudian, berkat dukungan para Sahabat-sahabat Alkitab yang setia, Li menerima apa yang dianggapnya harta karun yang paling berharga: Alkitab pertamanya! "Saya menemukan buku ini bagaikan roti dari Tuhan," kata Li. "Dengan membaca dan
Pelayanan yang Mengubah Hidup di Tiongkok.
Saat ini, pelayanan penyebaran Kabar Baik terus berlanjut. Ada banyak orang di Tiongkok yang belum pernah mendengar nama Yesus. Ada saudara-saudari yang belum pernah memiliki Alkitab. Dan ada bahasa-bahasa di sana yang belum memiliki Firman Tuhan. Mari kita menyatukan hati dan memohon kepada Tuhan agar kita ditolong untuk mengarahkan hati kepada mereka yang masih lapar akan Roti Kehidupan. Mari kita doakan juga Sahabat-sahabat Alkitab yang telah setia menopang pelayanan lembaga-lembaga Alkitab di seluruh dunia dalam menyebarkan Firman Tuhan sampai ujung bumi.
Berkat Anda, Orang-Orang Seperti Li Menerima Roti Kehidupan. Seratus tahun yang lalu, ribuan Alkitab dikirim ke Tiongkok dan dibawa dari pintu ke pintu. Selama Revolusi Kebudayaan (1966–1976), agama Kristen dilarang, gereja-gereja ditutup, dan orang-orang Kristen dianiaya karena mengikuti Kristus. Namun, hari ini, berkat Anda, jutaan Alkitab dalam berbagai bahasa di dunia dicetak di negara yang dulunya melarang kepemilikan Kitab Suci!
Pada tahun 1987, para pendukung Lembaga Alkitab Amerika membantu meluncurkan Amity Printing Company, yang sekarang menjadi percetakan Alkitab terbesar di dunia dan satu-satunya percetakan yang diberi wewenang untuk mencetak Alkitab untuk digunakan oleh gereja-gereja di Tiongkok. Hingga akhir 2024, Amity Printing telah mencetak lebih dari 260 juta Alkitab dalam 229 bahasa yang berbeda—tidak hanya melayani umat TUhan di Tiongkok, tetapi juga jutaan orang di luar Tiongkok. Kalau menengok ke belakang sekitar 40 tahun yang lalu, hal ini tampaknya mustahil. Namun, Tuhan telah menggunakan kemitraan yang tidak terduga ini di wilayah yang tadinya dianggap paling tidak mungkin untuk menyebarkan Kabar Baik.
Dengan lebih dari 300 bahasa yang digunakan di Tiongkok, negara ini masih menjadi yang terdepan dalam upaya penerjemahan Alkitab. Akhir tahun lalu saat Presiden dari Lembaga Alkitab Amerika mengunjungi Tiongkok ia sungguh terkejut dengan sambutan masyarakat di sana. Katanya,”Saat kami berkendara di sepanjang jalan, orang-orang berbaris di sepanjang jalan kami, menyanyikan lagu syukur atas karunia Tuhan berupa penerjemahan Alkitab.”
Saat mengikuti ibadah di gereja, ia terkejut dengan kesetiaan iman warga gereja.”Orang-orang menunjukkan kepada saya bagian-bagian Kitab Suci yang mereka tulis dengan tangan. Dibandingkan dengan Alkitab saya yang lengkap, halaman-halaman yang usang ini tampak seperti remah-remah belaka. Tetapi saya belum pernah melihat orang memegang sesuatu dengan begitu hati-hati. Saya juga mendengar bagaimana mereka melafalkan bagian-bagian yang panjang dari Alkitab dengan ingatan mereka yang tajam dan muka yang berseri-seri, ”tuturnya. “Saat saya duduk mendengarkan mereka melafalkan bacaan Alkitab dengan berani, saya merasa malu mengingat betapa tak jarang saya menyembunyikan Firman Tuhan di hati saya sendiri.”
Di kampung halaman LI, sekarang ini kalau kita berkunjung ke sana, kita akan melihat cinta dan rasa lapar yang dalam akan Firman Tuhan. Padahal mereka hanyalah orang-orang sederhana yang kebanyakan tidak memiliki Alkitab lengkap! Sungguh teladan yang luar biasa bagi kita yang hidup lebih sejahtera.
“Perut saya terkadang masih merasa lapar. Namun, sejak percaya kepada Yesus saya tidak lagi takut atau cemas akan kebutuhan saya,” kata Li. Dia mengutip Matius 6:25–27 sebagai ayat favoritnya, sambil menambahkan, “Sekarang, saya tidak lagi khawatir tentang apa yang harus dimakan atau dipakai.”
Setelah memiliki Alkitab, Li ingin sekali memperkenalkan Roti Kehidupan kepada orang lain. “Sekarang saya dapat membagikan ayat-ayat ini kepada orang lain agar hati mereka juga beroleh penghiburan,” katanya. “Saya sangat bersyukur atas Alkitab yang saya miliki!”
Diterjemahkan bebas dari:
Record Magazine, Lembaga Alkitab Amerika (American Bible Society)