Salah satu karya klasik Kristen terbesar, Pilgrim’s Progress, muncul bukan dari aula-aula universitas, tetapi dari sebuah sel penjara. Orang yang menulisnya bukanlah orang berpendidikan tinggi, tetapi seorang guru agama dan pengkhotbah berpendidikan rendah.
John Bunyan dilahirkan di Elston, Bedfordshire, pada tahun 1628. Rumahnya adalah gubuk kecil, dan ayahnya bekerja sebagai tukang tambal panci yang miskin. Setiap hari ayahnya, Thomas Bunyan, mendorong gerobaknya di sepanjang jalan, berhenti dari rumah ke rumah untuk menambal panci.
John sempat bersekolah, tetapi seperti umumnya anak-anak lain sezamannya, ia melanjutkan pekerjaan ayahnya sebagai tukang panci. Pada saat terjadi perang saudara di Inggris, ia bergabung menjadi tentara (1644-1647), kemungkinan di pihak Puritan. Pada 1649 John Bunyan menikah, istrinya berasal dari keluarga yang saleh. Melalui istrinya ia mulai mencari Allah. Namun, ia seringkali tergelincir pada kebiasaan lamanya. Meskipun hidupnya memberi kesan baik pada tetangga-tetangganya, ia menggambarkan dirinya sebagai “seorang yang berpura-pura secara berlebihan”.
Pada tahun 1681, Bunyan mulai menghadiri pertemuan independen di Bedford, dan telah tergerak oleh khotbah alkitabiah yang dibawakan seorang pastor. Ia mulai merenungkan Kitab Suci. Sesudah bertahun-tahun mencari dan bergumul, yang ia tulis dalam biografi spiritualnya, Grace Abounding to the Chief of Sinners (Anugerah Yang Melimpah Bagi Orang Berdosa Terbesar), John Bunyan akhirnya benar-benar bertobat dan memperoleh damai dengan Allah. Ia sekarang benar-benar yakin, keselamatan hanya bisa diperoleh melalui anugerah dan pemberian Allah. Pada 1653 John bergabung dengan Gereja St. John di Bedford dan ia pun mulai berkhotbah. Banyak orang yang mengagumi kemampuan khotbah tukang solder panci itu.
John Owen, salah seorang cendekiawan dan teolog terkemuka saat itu, ketika ditanya oleh Raja Charles II mengapa ia mau mendengar khotbah seorang tukang tambal panci yang tidak berpendidikan, menjawab,”Sekiranya saya memiliki kesanggupan seperti si tukang poci dan panci untuk berkhotbah, maaf Paduka Yang Mulia, dengan senang hati saya akan melepaskan semua pengetahuan yang saya miliki.”
Pada 1660, pemerintahan raja dipulihkan dengan kembalinya Charles II ke atas takhta. Pada mulanya Raja Charles II menjanjikan kebebasan beragama. Namun, karena pertumbuhan Gereja Anglikan yang cepat dan menjadi gereja terbesar, gereja tersebut menjadi satu-satunya gereja yang diakui negara. Toleransi beragama dibatasi. Para anggota Persekutuan Independen Bedford tidak lagi bisa bertemu di Gereja St. John, yang selama ini mereka pergunakan bersama dengan Gereja Anglikan.
Pada bulan November itu, Bunyan sedang berkhotbah di Lower Samsell, sebuah peternakan dekat desa Harlington, tiga belas mil dari Bedford, ketika seorang teman memberikan peringatan bahwa surat perintah penangkapannya telah dikeluarkan. Bunyan memutuskan untuk tidak melarikan diri, dia ditangkap dan dibawa ke hadapan hakim setempat Sir Francis Wingate, di Harlington House. Bunyan ditangkap berdasarkan Undang-Undang Agama tahun 1592, yang menyatakan bahwa menghadiri pertemuan keagamaan selain di gereja Anglikan, yang dihadiri lebih dari lima orang di luar keluarga merupakan pelanggaran. Pelanggaran tersebut dapat dihukum dengan hukuman penjara 3 bulan diikuti dengan pengusiran atau eksekusi jika orang tersebut kemudian gagal berjanji untuk tidak melakukan pelanggaran lagi. Undang-undang tersebut sebenarnya jarang digunakan. Penangkapan Bunyan mungkin disebabkan oleh kekhawatiran bahwa pertemuan keagamaan di luar yang diselenggarakan gereja negara dipakai sebagai kedok bagi orang-orang yang berkomplot melawan raja (meskipun hal ini tidak terjadi pada pertemuan Bunyan).
Pada waktu itu belum muncul Undang-Undang Keseragaman, yang mewajibkan para pengkhotbah untuk ditahbiskan oleh uskup Anglikan dan Buku Doa Umum yang telah direvisi wajib digunakan dalam kebaktian gereja, masih berlaku dua tahun lagi, dan Undang-Undang Konvensi, yang melarang mengadakan pertemuan keagamaan lima orang atau lebih di luar Gereja Inggris (Anglikan) belum disahkan sampai tahun 1664.
Pengadilan Bunyan berlangsung pada bulan Januari 1661, di hadapan sekelompok hakim di bawah John Kelynge, yang nantinya ikut menyusun Undang-Undang Keseragaman. Bunyan, yang telah ditahan di penjara sejak penangkapannya, didakwa "memiliki niat jahat tidak datang ke gereja (Inggris) untuk mendengarkan kebaktian" dan telah mengadakan "beberapa pertemuan dan persekutuan yang melanggar hukum, yang menyebabkan gangguan keamanan terhadap orang-orang baik di kerajaan ini". Awalnya John Bunyan hanya dijatuhi hukuman tiga bulan penjara dengan disertai opsi pembebasan bersyarat jika pada masa akhir tahanan tersebut ia bersedia beribadah di Gereja negara dan berhenti berkhotbah.
Namun, karena Bunyan menolak berhenti berkhotbah, hukuman penjaranya akhirnya diperpanjang hingga 12 tahun. Bunyan menghabiskan 12 tahun penjara di Bedford County Gaol, yang terletak di sudut High Street dan Silver Street. Namun, ada kalanya dia diizinkan keluar dari penjara, bergantung pada sipir penjara dan suasana hati pihak berwenang pada saat itu, dan dia bisa menghadiri Persekutuan Independen Bedford dan bahkan berkhotbah.
Dalam sel tahanan pertama ini Bunyan menuliskan buku perdananya, “Grace Abounding to the Chief of Sinners (Anugerah yang Melimpah kepada orang Berdosa Terbesar). Bunyan menceritakan biografi dan perjalanan spiritualnya secara pribadi, sebuah proses pertobatan yang unik yang mungkin tidak relevan dan sama dengan orang lain.
Ia mendekam dalam tahanan hingga 1672, ketika Charles mengeluarkan Declaration of Indulgence, yang memberi kelonggaran bagi kaum non-Anglikan. Setelah dibebaskan, rumah persekutuan kaum Independen memanggilnya untuk menjadi gembala mereka. Ia menerima surat izin berkhotbah dan dikenal banyak orang sebagai Uskup Bunyan, mungkin karena ia dianggap tokoh jenius yang menyatukan kaum independen di wilayahnya. Namun, toleransi dan kebebasan beragama tersebut tidak berjalan lama.
Pada 1675 Bunyan kembali masuk penjara. Di dalam tahanan John Bunyan mulai menulis karyanya yang paling terkenal, Pilgrim’s Progress (Perjalanan Seorang Musafir). Pilgrim’s Progress adalah karya agung Bunyan, yang baru diterbitkan pada tahun 1678 dan dijual dengan harga 18 penny. Sejak terbit pertama kali, karangan tersebut telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 100 bahasa dan dicetak ulang ratusan kali. Pengalaman sosok sang musafir dalam buku ini adalah pengalaman orang Kristen sepanjang hidupnya. Hidup seorang Kristen, bagaikan hidup seorang musafir yang mengembara, ada masa-masa kegembiraan dan penghiburan namun ada juga saat-saat mengalami pencobaan dan godaan. Buku ini menarik minat banyak orang pada masanya, mungkin karena banyak pembaca merasa perjalanan sang musafir (tokoh utama) sama seperti perjalanan hidup mereka. Bunyan menggambarkan keadaan paling intim dari jiwa-jiwa orang Kristen. Kesadarannya akan anugerah Allah yang mendalam bagi dirinya sendiri, memberikan kesanggupan berbicara kepada banyak orang, bahkan kepada berbagai generasi, tentang keadaan spiritual mereka sendiri.
Berikut petikan dari Pilgrim’s Progress:
Ketika aku berjalan di hutan belajaran dunia ini, aku sampai pada suatu tempat terdapat sebuah gua. Kurebahkan diri untuk tidur dan dalam tidurku aku bermimpi. Aku bermimpi, dan melihat seseorang berpakaian compang-camping berdiriri di suatu tempat, berpaling dari rumahnya dengan buku di tangannya dan beban yang berat di pundaknya. Aku melihat dia membuka buku itu dan membaca. Ketika ia membaca, ia menangis dan gemetar:”Tak mampu menahan diri ia berseru dengan putus asa. Katanya,”Apa yang harus kuperbuat…?”
Demikianlah (Si Kristen) berlari dan terus berlari, sampai ia tiba pada suatu tempat yang menanjak, dan di tempat itu tegak berdiri sebuah salib, dan agak di bawah ada satu liang kubur. Begitulah kulihat dalam mimpiku, tepat ketika Si Kristen sampai pada ketinggian salib itu, bebannya terlepas dari atas bahunya dan menggelinding ke bawah sampai pada mulut liang kubur, kemudian jatuh dan tak kelihatan lagi…
Pada bagian lain:
Sebab itu (para warga Pasar Raya Semu) membawa Si Setia keluar untuk memberlakukan hokum mereka kepadanya. Mula-mula mereka cambuk dia, lalu dipukulinya, dan ditikam-tikam dengan pisau, kemudian mereka melempar dia dengan batu dan menusuknya dengan pedang; akhirnya mereka bakar dia sampai menjadi abu di tiang pembakaran. Begitulah Si Setia mengakhiri hidupnya. Maka kulihat di balik lautan manusia itu, sebuah kereta dan sepasang kuda yang menunggu Si Setia. Dan tak lama setelah lawan-lawannya menyudahinya, Setia terangkat di dalamnya, langsung melintasi awan dengan suara nafiri, jalan terdekat ke pintu surga.
Demikianlah Pilgrim’s Progress tidak hanya menginspirasi para pembaca pada masa itu, namun juga menginspirasi jutaan orang lain dari generasi-generasi selanjutnya. Ungkapan-ungkapan indah masa kini muncul pertama kali dari buku tersebut, seperti ”Vanity Fair”, ”The Slough of Despond”, ”House of Beautiful”, ”Muckraking”, dan ”Hanging is too good for him”. Yang luar biasa, Bunyan menulis Pilgrim’s Progress yang memesona hanya berbekal pengalaman pribadi dan Alkitab.
Pada tahun 1688, dalam perjalanan ke London menuju rumah seorang sahabatnya, pedagang kelontong John Strudwick dari Snow Hill, Bunyan mengambil jalan memutar ke Reading, Berkshire. Ia pergi melewati Reading karena ia hendak menolong menyelesaikan masalah keluarga anggota persekutuannya. Dalam perjalanan dari Reading ke London, dia terjebak dalam badai dan jatuh sakit karena demam. Dia meninggal di rumah Strudwick pada pagi hari tanggal 31 Agustus 1688 dan dimakamkan di pemakaman milik keluarga Strudwick di Bunhill Fields, London. Pada masa itu penganiayaan terhadap para penentang (dissenter) berangsur-angsur berhenti. Meskipun Bunyan melayani di Gereja Independen, namun ia dikenang oleh Gereja Inggris dengan menyelenggarakan Festival Kecil setiap tanggal 30 Agustus. Beberapa gereja Komuni Anglikan lainnya, seperti Gereja Anglikan Australia, menghormatinya pada hari kematiannya (31 Agustus).
Peringatan tiga abad kelahiran Bunyan, yang dirayakan pada tahun 1928, mendapat pujian dari mantan musuhnya, Gereja Inggris. Meskipun minat populer terhadap Bunyan berkurang pada paruh kedua abad kedua puluh, minat akademis terhadap penulisnya meningkat dan Oxford University Press menerbitkan edisi baru karyanya, dimulai pada tahun 1976. Banyak penulis dari era modern dipengaruhi oleh Bunyan termasuk C. S. Lewis, Nathaniel Hawthorne, Herman Melville, Charles Dickens, Louisa May Alcott, George Bernard Shaw, William Thackeray, Charlotte Brontë, Mark Twain, John Steinbeck dan juga Enid Blyton.
Kepustakaan:
Runtut Pijar, Sejarah Pemikiran Kristiani. Tony Lane. BPK Gunung Mulia.
100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen. A. Keneth Curtis, J. Stephen Lang, Randy Petersen. BPK Gunung Mulia.
Wikipedia (https://en.wikipedia.org/wiki/John_Bunyan)