Banyak pihak meragukan bahkan meremehkan Alkitab karena “teks aslinya tidak ada lagi”. Tentu saja komentar dan tuduhan tersebut cukup mengganggu bagi umat kristiani. Berangkat dari situasi inilah Lembaga Alkitab Indonesia ingin mengklarifikasi konsep-konsep dasar tentang: teks asli, proses penulisan di zaman kuno, dan bagaimana teks asli Alkitab yang ada sekarang sungguh dapat dijamin otentisitasnya.
Untuk lebih jelasnya, mari saksikan bersama Bincang Alkitab. Klik di sini untuk menonton tayangannya!
Pertama-tama kita berangkat dari penggunaan kata “asli’ dalam bahasa Indonesia. Kata “asli” selalu dipahami sebagai lawan dari kata “palsu”. Beberapa oknum menganggap Alkitab “palsu”, hanya karena Alkitab berasal dari salinan. Anggapan demikian rasanya terlalu buru-buru dan menunjukkan kurangnya informasi yang memadai tentang proses terbentuknya Alkitab. Selain itu kita juga dapat mengambil sebuah analogi sederhana, mengapa fotokopi (bentuk modern dari “salinan”) KTP tetap dianggap sah ketika seseorang akan mengurus dokumen tertentu. Dari sini kita melihat bahwa ada konsep-konsep yang perlu diklarifikasi.Di sisi lain, kata ‘asli’ dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi 2 kata yang berbeda. Pertama original (refers to first or earliest form of something), memiliki makna sebagai yang pertama atau paling awal dari sesuatu. Kedua authentic (means genuine or true to its source), bermakna asli, sejati atau setia pada sumber atau asalnya. Oleh karena itu jelas bagi kita bahwa ada perbedaan diantara kata “teks asali/awali” dengan “teks asli”.
Teks Asli yang dipahami sebagai teks paling pertama (asali)
Dalam pandangan tradisional dan populer, teks original (asali) adalah teks yang ditulis oleh si penulis kitab tertentu dalam Alkitab (seperti: Markus, Lukas, Yesaya, dll). Biasanya disebut: ortografi (tulisan sendiri dari si penulis). Namun istilah ini agak rancu, sebab pada umumnya tokoh Alkitab seperti Paulus, Markus, dll, ketika hendak membuat sebuah surat atau tulisan, mereka akan mendiktekan kata-kata mereka kepada juru tulis. Sehingga untuk mengetahui bagaimana persisnya otografi ini diproduksi, apakah dahulu kitab-kitab itu ditulis “sekali jadi” dari awal sampai akhir sebagai satu produk final, perlu melakukan perbandingan dengan proses produksi tulisan-tulisan sezaman.
Ortografi menjadi tulisan yang secara resmi dilepaskan ke publik oleh si penulis untuk disalin dan diedarkan. Semua orang tahu bahwa itu karyanya, dan tulisan itu masih dalam pengawasan penulis dan komunitasnya untuk jangka waktu yang cukup lama. Jadi, kemungkinan untuk dipalsukan amat minim. Sejak awal otografi sudah mulai disalin (diperbanyak) untuk si penulis sendiri, teman-temannya, komunitasnya, perpustakaan, bahkan untuk diberikan kepada patron atau donaturnya (bdk. Teofilus dalam Lukas dan Kisah Para Rasul). Semua Salinan itu adalah teks-teks asali yang sama aslinya, hasil salinan dari otografi. Sayangnya teks asali ini tidak dapat bertahan lama, manuskrip kuno rata-rata bertahan hanya 120-350 tahun itu pun jarang yang mencapai batas maksimal. Terdapat beberapa faktor penyebab manuskrip tidak dapat bertahan lama,pertama media yang digunakan adalah papirus (tidak dapat bertahan lama, terlebih dalam iklim sekitar Laut Tengah yang memiliki kelembaban tinggi). Kedua adalah dampak dari penindasan yang dialami oleh umat kristen perdana. Penindasan ini sering disertai dengan penyitaan dan pembakaran teks-teks suci agama Kristen, bahkan kaisar Diokletianus secara resmi mengeluarkan perintah untuk pembakaran ini. Ketiga, dampak dari pemakaian berkala, apalagi jika teks tersebut beredar di gereja-gereja perdana. Manuskrip yang sering dibacakan dalam ibadah, seiring berjalannya waktu tulisannya mulai memudar dan tidak terbaca. Maka dari itu biasanya dalam kurun waktu tertentu dilakukan penyalinan ulang sesuai prosedur, sebagai pengganti dari manuskrip yang tulisannya sudah tidak terbaca.
Dengan demikian jelas bagi kita alasan mengapa “tulisan asali” buatan penulis, yang merujuk pada tulisan pertama di papyrus sudah tidak ada lagi. Memang papirus atau perkamen tidak mungkin survive begitu lama, yang terpenting “salinan” dari teks pertama itu masih ada! Itulah yang diteruskan dalam salinan.
Selanjutnya, bagaimana upaya yang dilakukan pada masa lalu, untuk memastikan agar salinan-salinan itu ASLI (otentik) atau dengan kata lain setia dengan yang asali?