Forum Asia Bible Engagement di Bangkok, 30 September-3 Oktober 2024
Forum Asia Bible Engagement yang berlangsung di Bangkok, Thailand, pada 30 September hingga 3 Oktober 2024 dihadiri oleh perwakilan dari berbagai lembaga Alkitab nasional, termasuk dari Indonesia, Taiwan, Vietnam, Sri Lanka, Bangladesh, Filipina, Thailand, dan Inggris. Forum dibuka dengan sambutan dari Sekretaris Umum Lembaga Alkitab Thailand, Mr. Prakich Treetasayuth, yang memperkenalkan Thailand sebagai "The Land of Smile," tagline yang menggambarkan semua orang Thailand ramah, baik hati dan selalu tersenyum. Dalam sambutannya, beliau berharap para partisipan dapat menikmati keindahan Thailand dan mengikuti acara ini dengan penuh senyuman dan sukacita.
Forum ini membahas pentingnya "Bible Engagement" sebagai interaksi positif dengan Alkitab di tingkat individu, gereja, dan masyarakat, dengan fokus pada penyesuaian pendekatan untuk berbagai audiens dan konteks.
Salah satu hal yang menonjol dari acara ini adalah kehadiran pembicara utama, yaitu Mr. Arun Sok Nhep dan Ms. Rosalee Velloso Ewell dari United Bible Society(UBS), serta Mr. Oldi Morava dan Ms. Joanna Heath dari British and Foreign Bible Society (Lembaga Alkitab Inggris). Mereka memberikan wawasan mendalam tentang Bible Engagement (pelibatan Alkitab dalam kehidupan umat) dan berbagi pengalaman serta praktik terbaik dari lembaga mereka.
Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) mengirimkan empat orang wakil yang berasal dari lintas departemen, yaitu Albert Tambunan dari Departemen Penerjemahan, Vince Ellysabeth Nandra dari Departemen Layanan Digital, Rut Apriyanti Simanjuntak dari Departemen Penyebaran dan Pemasaran, dan Caroline Marlissa dari Departemen Komunikasi dan Pengembangan Kemitraan.
Salah satu poin penting yang dibahas dalam forum ini adalah konsep "Audience Pathway," yang diperkenalkan sebagai kerangka untuk memperdalam hubungan dengan orang-orang yang mencari bimbingan rohani. Konsep ini terdiri dari beberapa langkah strategis yang saling terhubung dan bertujuan untuk menciptakan keterlibatan yang lebih mendalam dengan audiens.
Langkah pertama, membangun koneksi melalui saluran komunikasi yang efektif. Dalam dunia yang semakin terhubung, penting bagi lembaga-lembaga Alkitab untuk memanfaatkan berbagai platform komunikasi, baik digital maupun tradisional, untuk menjalin hubungan yang lebih kuat dengan audiens mereka. Dengan menggunakan pendekatan yang tepat, lembaga dapat mendengarkan kebutuhan, harapan, dan tantangan yang dihadapi oleh individu dalam perjalanan spiritual mereka.
Langkah kedua adalah memanfaatkan komunitas, yang mengedepankan pentingnya membangun reputasi di ranah publik melalui ruang diskusi dan pengakuan pemerintah. Dalam konteks ini, lembaga Alkitab diharapkan mampu menciptakan berbagai forum yang mendorong partisipasi masyarakat, baik melalui dialog terbuka maupun kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah dan organisasi-organisasi masyarakat. Dengan demikian, peran dan pelibatan Alkitab dapat diperluas dan dukungan dari komunitas akan semakin kuat. Langkah ini akan mendorong banyak orang untuk lebih terlibat dengan firman Tuhan.
Langkah ketiga, peserta forum diajak untuk mengenali audiens dan konteks mereka. Dalam hal ini, lembaga-lembaga Alkitab perlu mengadakan seminar dan pelatihan yang dirancang untuk memahami kebutuhan spesifik audiens. Melalui pendekatan yang kontekstual, lembaga alkitab akan mampu merancang program-program yang ada agar lebih relevan dan menarik bagi audiens. Pengertian yang lebih dalam tentang audiens akan membawa pada penciptaan konten yang lebih bermakna dan bermanfaat.
Langkah terakhir adalah mendorong audiens untuk terinspirasi dan terlibat dalam proses desain dan kontekstualisasi materi. Dengan melibatkan audiens secara aktif dalam pengembangan konten, mereka akan memiliki keterikatan yang lebih kuat terhadap materi yang disajikan, serta lebih termotivasi untuk mendukung dan menerapkan ajaran Alkitab dalam kehidupan sehari-hari.
Di sela-sela forum, Tim dari LAI juga sempat mengunjungi Lembaga Alkitab Thailand untuk berbagi ide dan mempererat hubungan antar lembaga Alkitab. Dalam kunjungan ini, tim LAI mendiskusikan berbagai topik, termasuk penyebaran Alkitab dan strategi fundraising. Masing-masing pihak berbagi kisah tentang tantangan dan perjuangan yang dihadapi dalam menyebarkan Alkitab dan menggalang dukungan di wilayah pelayanan masing-masing.
Forum Bible Engagement ini diakhiri dengan makan malam bersama di Sungai Chao Phraya, yang menciptakan momen kehangatan dan semangat untuk membangun kerja sama di antara lembaga-lembaga Alkitab. Kita tentu berharap Forum Asia Bible Engagement ini memberikan dampak signifikan bagi pelayanan LAI, khususnya dalam menjalankan mandat pelibatan Alkitab.
Forum ini juga mendorong LAI untuk lebih memperkuat kemitraan dengan berbagai komunitas dan pemerintah dalam upaya memperkuat kredibilitas pelayanan LAI. Kerja sama yang lebih baik dengan berbagai pihak akan menciptakan dampak yang lebih besar dalam misi menyebarkan Kabar Baik.
LAI akan terus berusaha agar firman Tuhan tidak hanya mudah diakses, tetapi juga mudah dipahami semua orang. Berbekal pengalaman dari Forum Asia Bible Engament ini, ada beragam program pelibatan Alkitab yang relevan untuk dikembangkan di Indonesia, pelatihan-pelatihan bagi para pemimpin gereja, juga berbagai program kolaborasi dengan komunitas lokal untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kegiatan pelibatan Alkitab. Harapannya semakin banyak umat Tuhan yang tekun membaca Alkitab, dan terinspirasi nilai-nilai di dalamnya dalam menjalani kehidupan di tengah dunia. (Caroline Marlissa)
