Melkisedek merupakan salah satu tokoh dalam Alkitab yang memunculkan banyak pertanyaan dan spekulasi di kalangan pembaca Alkitab. Nama dan perannya disebutkan hanya beberapa kali di dalam Alkitab, tetapi ia tampil sebagai sosok yang penuh misteri dan tampaknya memiliki kedudukan khusus. Melkisedek pertama kali diperkenalkan dalam Kejadian 14 sebagai raja Salem. Ia datang kepada Abram setelah Abram mengalahkan Raja Kedorlaomer dan Raja Sodom, dan Melkisedek memberkati Abram serta memuji Allah yang Mahatinggi. Abram pun memberikan persembahan sepersepuluh dari hartanya kepada Melkisedek, suatu tindakan yang mengindikasikan penghormatan Abram kepada sosok ini.
Sedikitnya informasi tentang asal-usul, kehidupan, atau kematian Melkisedek, memunculkan berbagai spekulasi terkait siapa sebenarnya tokoh ini. Salah satu pendapat populer menyatakan bahwa Melkisedek adalah Kristofani, yakni penampakan Kristus sebelum kedatangan-Nya di dunia. Beberapa kalangan melihat Melkisedek sebagai pengejawantahan Roh Kudus atau makhluk surgawi yang diutus ke bumi. Dalam Mazmur 110, Melkisedek disebutkan secara singkat dalam konteks penobatan raja-raja Israel, yang memberi kesan bahwa tokoh ini memiliki kedudukan sejajar di hadapan Allah. Spekulasi ini kian kompleks dengan adanya pengaruh literatur Yahudi kuno. Sebagai contoh, dalam teks-teks Qumran yang ditemukan di Laut Mati, Melkisedek ditampilkan sebagai figur surgawi yang berperan dalam menghakimi dan menegakkan keadilan bagi umat Allah di masa depan. Dalam teks 11Q Melkisedek, Melkisedek bahkan dirujuk sebagai sosok yang akan memimpin penghukuman Ilahi terhadap bangsa-bangsa jahat di akhir zaman, mencerminkan kedudukan yang tinggi dan peran yang agung sebagai hakim.
Pada Surat Ibrani 7:1-10 terdapat uraian menarik tentang Melkisedek. Penulis surat Ibrani menjelaskan posisi dan kedudukan Yesus Kristus sebagai imam besar yang lebih tinggi dan mulia, serta lebih istimewa jika dibandingkan dengan imam-imam besar umat Yahudi pada masa itu. Penulis surat Ibrani menuliskan pesan ini dalam konteks memberikan penjelasan kepada umat kristen berlatar belakang Yahudi, yang menjadi sasaran surat tersebut. Harapannya umat semakin yakin atas pilihan dan keputusan iman mereka untuk menerima Yesus, sekalipun mereka masih harus berhadapan langsung dan berinteraksi dengan orang-orang Yahudi, yang saat itu sangat memusuhi mereka. Umat yang baru mengenal Kristus ini membutuhkan jawaban, agar bisa menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang kerap dilontarkan oleh saudaranya. Dengan menggambarkan Yesus menurut aturan keimaman Melkisedek, surat ini hendak menunjukkan bahwa Yesus memiliki kedudukan sebagai imam yang tidak bisa ditandingi oleh sistem keimaman Yahudi pada masa itu.
Dalam tradisi Yahudi, Melkisedek dipahami sebatas tokoh sejarah yang memiliki kedudukan istimewa sebagai raja yang adil dan benar, sesuai dengan arti namanya, “Raja Kebenaran” (Malki-Tsedeq). Kitab Jubilees (Kitab Yobel), yang merupakan teks Yahudi kuno, hanya merujuk pada imam-imam secara umum tanpa menyebut nama Melkisedek. Kitab ini menekankan pentingnya praktik persembahan persepuluhan, sementara sosok Melkisedek tetap tak disebutkan. Sebuah literatur lain dari abad ke-2 SM, berjudul ‘Penglihatan Amram’, memberikan petunjuk lain tentang Melkisedek. Amram, seorang tokoh dalam teks ini, melihat dua sosok surgawi yang bertarung, dan banyak ahli menduga bahwa salah satu dari mereka adalah Melkisedek. Dalam naskah Qumran lainnya, sosok Melkisedek disebut sebagai hakim dan pelaksana keadilan akhir zaman, sebuah peran yang melambangkan kedudukan ilahi sebagai perpanjangan tangan Allah dalam menghakimi dunia.
Dalam berbagai tulisan, baik dalam Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, maupun literatur Yahudi lainnya, Melkisedek terus-menerus muncul sebagai figur yang memiliki dua peran utama: raja dan imam. Sebagai Raja Kebenaran dan Raja Salem (yang berarti "damai sejahtera"), Melkisedek bukan hanya simbol historis, tetapi lebih dari itu, sosok yang melambangkan kedudukan ilahi dan penegakan keadilan Allah.
Mengapa Melkisedek dikenal sebagai “Raja Kebenaran” dan “Raja Salem”? Apa arti simbolis dari kedua gelar ini dalam tradisi Yahudi dan Kristen?
Yuk, simak tayangannya di tautan ini