Proses penerjemahan teks-teks kuno seperti Alkitab, merupakan pekerjaan yang kompleks dan memerlukan keahlian khusus. Memang tidak ada terjemahan yang sepenuhnya identik, karena penerjemahan melibatkan pemilihan kata dan frasa, tetapi selama dikerjakan oleh pihak-pihak yang kompeten dan berlisensi, hasil terjemahan dari teks yang sama akan memiliki makna atau esensi yang sama. Proses penerjemahan selalu melibatkan pakar di bidangnya, yang bekerja secara kolektif untuk menghasilkan terjemahan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Para penerjemah Alkitab biasanya berkolaborasi dalam tim dan memiliki pendidikan serta pengalaman yang memadai. Hal ini dilakukan untuk memastikan pemahaman teks yang solid dan akurat. Meskipun demikian, perbedaan kecil dalam pilihan kata tidak seharusnya dilihat sebagai kesalahan, melainkan sebagai bagian dari keragaman interpretasi yang tetap setia pada esensi makna teks sumber.
Berkaitan dengan penerjemahan, sempat muncul sebuah perdebatan khususnya tentang terjemahan Doa Bapa Kami, khususnya terkait makna dan bentuk gramatikal dari teks asli bahasa yunani. Ada yang berpendapat bahwa Doa Bapa Kami bukan merupakan permohonan, melainkan pernyataan. “Kerajaan Allah” dianggap sudah terjadi dan kebutuhan telah terpenuhi. Pendapat ini didasarkan pada pemahaman bahwa bentuk gramatikal “aorist” dalam teks Yunani mengacu pada tindakan lampau.
Namun Pdt. Anwar Tjen, Ph.D., menjelaskan bahwa pemahaman tentang “aorist” dalam bahasa Yunani perlu dilakukan dengan cermat. Dalam studi bahasa Yunani modern, aorist tidak selalu mengacu pada waktu lampau, kecuali jika digunakan dalam modus indikatif. Aorist lebih berkaitan dengan cara melihat suatu peristiwa, baik secara keseluruhan maupun bertahap. Dalam konteks Doa Bapa Kami, bentuk teksnya adalah “aorist dengan modus imperative.” Ini berarti teks tersebut menyatakan suatu permintaan. Pemahaman bahwa doa ini adalah sebuah permintaan juga didukung oleh terjemahan dalam berbagai bahasa lain, yang tetap setia pada bentuk aorist imperative sesuai teks aslinya. Oleh karena itu, mengartikan Doa Bapa Kami sebagai pernyataan tentang sesuatu yang telah terjadi adalah kekeliruan dari segi sintaksis bahasa Yunani, baik Yunani klasik maupun Yunani koine.
Simak penjelasan lebih lengkap dalam Bincang Alkitab “Kontroversi Terjemahan Doa Bapa Kami (TB2)”,