Persiapkan Jalan Bagi-Nya
Pada tahun 2023 arkeolog dari Universitas Zadar, Kroasia menemukan jalan tertua di dunia yang dibangun sekitar 7.000 tahun lalu, Jalan tersebut ditemukan di Laut Mediterania, menjadi jalur penghubung saat daerah itu belum tergenangi air. Saat ini kita mungkin berpikir, apa spesialnya sebuah jalan. Namun di masa lampau, “jalan” yang menghubungkan kota demi kota merupakan sebuah sarana penting perkembangan peradaban. Kekaisaran-kekaisaran besar di dunia kuno membangun banyak jalan untuk meneguhkan kekuasaannya. Para pedagang memanfaatkan jalan tersebut untuk menjelajah kemungkinan-kemungkinan bara di negeri antah berantah.
Signifikansi sebuah jalan yang telah disadari oleh masyarakat kuno itu, dipakai dalam injil Lukas untuk menjadi metafora akan persiapan diri dan hati menyambut kedatangan Tuhan. Tuhan telah berinisiatif untuk merengkuh manusia, menyelamatkan kita, melalui kehadiran Sang Putra Allah. Kehadiran-Nya ini seharusnya menjadi kesempatan yang baik bagi setiap insan untuk kembali menyadari dosanya dan menyatakan pertobatan, sehingga penyelamatan Allah melalui Kristus akan menjadi berarti. Bayangkanlah jika Kristus datang, mewartakan Kerajaan Allah, keselamatan, dan pertobatan, tetapi mereka yang mendengar-Nya tidak menyadari diri sedang hidup dalam keberdosaan. Bagi mereka yang berpikir demikian tentu keselamatan tersebut seolah-olah tidak ada nilainya.
Disinilah tugas penting dari Yohanes Pembaptis. Seorang nabi dan pengajar tetapi sekaligus yang mempersiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan. Bagi Injil Lukas peran Yohanes sangatlah penting sebagaimana tercatat dalam Lukas 1:16-17. Melaluinya banyak orang Israel akan berbalik kepada Tuhan. Seruannya meneguhkan setiap insan yang takut akan Allah, tetapi menggentarkan mereka yang masih bersikeras hidup dalam dosa. Dengan bahasa yang lantang dan tegas tanpa niat untuk memperhalus katanya sedikitpun, Yohanes Pembaptis berkata: “bertobatlah!”
Luruskan Jalan dan Bukit akan Diratakan
Permulaan Injil Lukas yang kita baca saat ini menunjukkan seruan Yohanes dengan mengutip nubuatan Nabi Yesaya, “Persiapkan jalan untuk Tuhan, luruskan jalan raya bagi-Nya…Setiap lembah akan ditimbun, setiap gunung dan bukit diratakan, yang berliku-liku diluruskan, yang berlekuk-lekuk dijadikan jalan rata.” Gambaran menyambut kedatangan Tuhan ini mengambil kebiasaan pada saat itu saat menyambut seorang Raja yang baru pulang dari peperangan. Dalam kejayaannya, raja itu disambut sedemikian rupa bahkan jalan pun dibuat untuk mempermudah perjalanannya. Saat seruan itu digaungkan kembali oleh Yohanes maka sesungguhnya hal tersebut ditujukan bagi umat untuk mempersiapkan kedatangan Tuhan.
Inilah suara kenabian Yohanes yang hendak mengingatkan umat di sepanjang zaman. Lembah, gunung, bukit, serta jalan yang berliku-liku adalah representasi dari hati manusia yang “tidak rata”, sehingga belum siap menerima kehadiran Tuhan. Melaluinya kita diingatkan agar lembah itu segera ditimbun, gunung dan bukit diratakan, serta jalan yang berliku-liku itu akan diluruskan. Dengan kata lain bertobatlah dan akuilah segala salah serta dosa yang telah diperbuat.
Sudahkah kita Bersiap?
Memasuki bulan Desember, segala imajinasi kita pasti telah mengawang pada gegap gempita natal yang sebentar lagi akan tiba. Namun sebagai orang percaya akan lebih bijaksana jika kita juga tidak lupa untuk mempersiapkan diri. Persiapan itu adalah inti dari penghayatan masa adven. Kali ini kita diajak untuk menilik hati kita masing-masing. Sudahkah kita menyesali segala dosa kita dan bertobat, seraya memeriksa diri apakah “jalan” itu telah diluruskan dan “bukit telah diratakan”.
Upaya tersebut tidaklah mudah. Dalam kedagingan kita, rasanya teramat mudah untuk jatuh dan tunduk pada penggodaan. Namun yang terpenting adalah kita berkomitmen untuk dapat memulai perubahan tersebut. Kristus yang hadir dan menebus dosa kita merupakan anugerah yang luar biasa. Sudah sepantasnya bila anugerah tersebut kita respon dengan tepat dalam hidup yang semakin terarah kepada-Nya.
Untuk Direnungkan
Apakah kendala yang biasanya kita temui saat hendak mewujudnyatakan pertobatan dalam hidup kita masing-masing?