Pada tahun 1800, seorang gadis Welsh berusia 15 tahun bernama Mary Jones menunjukkan keteguhan hati yang luar biasa. Bertekad untuk memiliki Alkitab dalam bahasa Welsh, Mary berjalan kaki sejauh 26 mil melalui medan terjal di Wales utara menuju Bala. Selama enam tahun, ia menabung dengan tekun demi keinginan ini. Dengan bantuan Pendeta Thomas Charles dari Bala, yang mengatur tempat tinggal bagi Mary dan menjual tiga Alkitabnya dengan harga satu, impian Mary terwujud. Kisah Mary Jones menjadi inspirasi di gereja-gereja setempat dan menyoroti pentingnya memiliki akses terhadap firman Tuhan dalam bahasa sendiri.
Persekutuan Lembaga-lembaga Alkitab Sedunia (United Bible Society-UBS) melanjutkan warisan Mary Jones dengan komitmen utama terhadap penerjemahan Alkitab. Hingga saat ini, UBS telah menerjemahkan Alkitab lengkap ke dalam bahasa lebih dari separuh populasi dunia, sekitar 70 persen dari seluruh terjemahan Alkitab yang ada dikerjakan oleh lembaga-lembaga nasional di bawah UBS. Namun, masih banyak orang yang menantikan terjemahan Alkitab dalam bahasa mereka, termasuk penerjemahan ke dalam 400 bahasa isyarat di dunia. UBS memiliki tujuan ambisius untuk menyelesaikan 1.200 proyek penerjemahan dalam 20 tahun ke depan, yang akan memberikan akses terhadap Kitab Suci kepada sekitar 600 juta orang.
Selain penerjemahan Alkitab, UBS menyadari bahwa literasi (pemberantasan buta aksara) adalah kunci untuk mengakses Alkitab. Setiap tahun, melalui program pelatihan literasi UBS dan anggota-anggotanya membantu sekitar 100.000 orang di seluruh dunia untuk mempelajari keterampilan dasar membaca dan menulis. Program ini tidak hanya membantu orang berkembang dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga memungkinkan mereka untuk terlibat langsung dengan Kitab Suci. Di Indonesia program ini dikenal sebagai Program Pembaca Baru Alkitab (PBA).
Salah satu inisiatif penting UBS adalah Pelatihan Literasi Asia Pasifik yang diadakan pada Juni 2023 di Siem Reap, Kamboja. Pelatihan ini membekali staf literasi Lembaga Alkitab di Asia Pasifik dengan prinsip-prinsip dasar dan landasan konseptual literasi. Penelitian mendalam tentang landasan konseptual dan prinsip-prinsip literasi diperlukan untuk memperoleh kompetensi yang komprehensif dalam teori dan praktik, yang membangun fondasi inti dari program pelatihan petugas literasi.
Melalui pelatihan ini, UBS menyadari pentingnya memberikan bekal yang memadai bagi orang-orang yang membantu pekerjaan besar ini. Staf Lembaga Alkitab di Asia Pasifik yang mengoordinasikan proyek literasi, direkomendasikan oleh Sekretaris Umum mereka untuk menjalani Program Pelatihan Petugas Literasi UBS. Pelatihan ini diadakan selama 10 hari penuh di Chiang Mai, Thailand, antara 15-25 Juli 2024, dengan peserta dari berbagai negara seperti Pakistan, Sri Lanka, Bangladesh, Nepal, Mongolia, Kamboja, Laos, Bible Society in the Gulf, Bible Society in the South Pacific, dan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) yang diwakili dua orang stafnya, yaitu Richo Sianipar dan Perlando Panjaitan.
Pelatihan ini dipandu oleh para ahli literasi seperti Cito Casquite, Julian Sundersingh, Preethi Jacob dari UBS Global Literacy Team, Herald Rajan dari SIL South Asia Group, SACTS India, Samollay Sakuljaroenlert - Independent Literacy Consultant, dan Scholastica Shefaly Rebarue dari SIL Bangladesh. Dukungan logistik selama di Thailand disediakan oleh Waraporn, dari Lembaga Alkitab Thailand.
Setiap hari pelatihan dimulai pukul 8.30 pagi hingga 6 sore, diawali dengan sesi 'Pause of God'. Ibadah singkat mengajak setiap peserta mengucap syukur atas kemurahan Tuhan dalam kehidupan kita dan menyadari bahwa tanggung jawab menjalankan program literasi ini adalah menjalankan visi dan panggilan Allah. Sore hari pelatihan diakhiri dengan sesi tanya jawab untuk mengevaluasi apa yang dipelajari pada hari terebut dan apa yang bisa diperbaiki.
Selama 10 hari, materi utama disampaikan melalui enam bagian utama dari 'literacy lifecycle': persiapan (preliminary research dan program planning), kemitraan (meningkatkan kesadaran dan berkolaborasi dengan masyarakat), keterlibatan masyarakat (bekerja sama dengan sekolah dan organisasi setempat), bahan materi dan perekrutan sumber daya manusia (merekrut dan melatih relawan lokal), implementasi (menyesuaikan jadwal dan lokasi), dan tindak lanjut (menggunakan penilaian untuk melacak kemajuan).
Pelatihan literasi ini diharapkan dapat memperkuat kapasitas staf literasi dari lembaga-lembaga Alkitab di seluruh wilayah Asia Pasifik. Pelatihan ini akan dilanjutkan dengan beberapa pertemuan Zoom hingga akhir tahun 2024, dengan sesi pleno utama yang diselenggarakan secara daring bagi staf literasi lain yang tidak dapat mengikuti pelatihan tatap muka. Melalui pendekatan partisipatif, diskusi kelompok kecil, metode partisipatif, penilaian kelompok, dan evaluasi, pelatihan staf literasi ini diharapkan dapat menghasilkan program literasi yang berkelanjutan dan efektif di setiap wilayah pelayanan lembaga-lembaga Alkitab nasional.(pp)