Pulau Enggano dihuni oleh lima suku asli dan satu suku pendatang. Suku asli Enggano meliputi Kauno, Kaitora, Kaarubi, Kaharuba dan Kaahoao. Sedangkan suku pendatang di luar penduduk asli dimasukan dalam suku tersendiri yang disebut Suku Kamay. Sejarah mencatat bahwa Injil dibawa masuk ke Pulau Enggano pada Januari tahun 1902 oleh seorang Misionaris bernama Agust Lett bersama dengan Guru Kristian Lumban Tobing yang diutus oleh Lembaga Misionaris Jerman, RMG (Rheinche Mission Geselschraft). Seiring berjalannya waktu, agama Kristen mulai menyebar di Enggano dan masyarakat di sana mulai mengenal Kristus secara pribadi sebagai Juruslamat mereka.
Tepat 112 tahun sejak misi Zending dilakukan dan atas dasar kerinduan umat Tuhan untuk lebih dekat dengan firman-Nya melalui bahasa Ibu mereka, maka Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) memulai proyek Penerjemahan Perjanjian Baru (PB) dalam Bahasa Enggano, tepatnya pada 1 Januari 2014. Proyek penerjemahan ini juga didukung oleh HKBP Jalan Jambu Menteng, Jakarta dalam “Aksi Peduli Enggano”. Sebenarnya proyek ini ditargetkan akan selesai dalam waktu lima tahun, tetapi karena ada berbagai tantangan dan kendala yang harus dihadapi tim penerjemah, maka baru pada 25 Juli 2024 yang lalu masyarakat khususnya umat Tuhan di Pulau Enggano dapat menikmati firman Tuhan dalam bahasa Enggano, karena pada hari itu dilakukan Peluncuran “Eic Amak” (Perjanjian Baru Bahasa Enggano).
Kegiatan bertempat di HKBP Resort PKPE (Panapuea Kristen Protestan Enggano) Enggano. Dari pihak LAI dihadiri oleh Bpk. Dr. Sigit Triyono (Sekretaris Umum LAI), Bpk. Pdt. Anwar Tjen, Ph.D. (Kadep Penerjemahan LAI), Ibu Erna Yulianawati (Kadep Komunikasi dan Kemitraan LAI) bersama utusan dari HKBP Jalan Jambu Menteng, Pdt. Edwyn Sihite dan Ev. Togu S. Hutagaol sebagai mitra pendukung Proyek Penerjemahan PB Enggano. Turut hadir dalam kegiatan ini Kadep Marturia HKBP, Bpk. Pdt. Daniel Taruliasi Harahap.
Tarian Perang Enggano menjadi pembuka acara, menyambut para Pendeta, Tim Penerjemah PB Enggano, dan tamu undangan sebagai suatu bentuk penghormatan masyarakat Enggano. Tarian Perang merupakan tarian kebesaran adat masyarakat Enggano yang dapat dimaknai sebagai ungkapan kegembiraan atas berkat Tuhan yang dinyatakan kepada orang-orang yang datang ke pulau mereka. Bentuk-bentuk ekspresi adat tersebut dirangkai dengan indah dalam rangkaian ibadah syukur sebagai penanda bahwa identitas adat dapat berjalan bersama dengan iman Kristen yang mereka anut. Selain itu sebagai bentuk ucapan syukur, warga jemaat juga mempersembahkan puji-pujian mereka. PB Enggano resmi dipersembahkan kepada umat Tuhan yang ada di Pulau Enggano dengan dilakukannya penyerahan PB Enggano secara simbolis dari pihak LAI kepada Kadep Marturia HKBP, serta pemberian PB Enggano kepada Tim Penerjemah yang sudah bekerja keras selama ini. Dan ini menjadi pertama kalinya, dalam ibadah ini pembacaan Alkitab menggunakan bahasa Enggano.
Dalam khotbahnya yang diambil dari Yohanes 20:30-31, Kadep Marturia HKBP, Bpk. Pdt. Daniel Taruliasi Harahap memaparkan bahwa Injil Yohanes mencatat Yesus Anak Allah itu, Dialah firman yang menjadi daging, Allah yang menjelma menjadi manusia. Artinya, Allah datang menjadi manusia Enggano. Allah mau menyapa dan disapa umat Tuhan dalam bahasa Enggano. Beliau juga berpesan agar masyarakat Enggano dapat menghidupi firman Tuhan dalam segala aktivitas yang dilakukan agar semakin percaya Yesus dan beroleh hidup yang kekal.
Kegiatan Peluncuran PB Enggano ini tidak hanya disambut baik oleh umat Tuhan tetapi juga oleh masyarakat Enggano yang berbeda keyakinan. Terlihat dari kehadiran mereka dalam ibadah syukur ini. Hal ini menandakan bahwa PB Enggano diterima baik dan sukacita sebagai bentuk pelestarian budaya dan bahasa Enggano. Semoga kehadiran PB Enggano dapat menyapa hati umat Tuhan untuk semakin mencintai firman-Nya. Pekerjaan ini belum selesai,mari dukunglah agar Alkitab Enggano dapat diterjemahkan secara lengkap. (zvp)