Mesias yang Tertolak

Berita | 24 Desember 2024

Mesias yang Tertolak


LUKAS 2:1-7

 

Berada di Antara Kita

Rasanya sudah menjadi hal yang lumrah apabila di dalam kehidupan sosial kemasyarakatan ada semacam hierarki atau tingkatan sosial tertentu. Orang-orang yang menempati posisi hierarki yang tinggi akan menerima perlakuan yang lebih istimewa dibandingkan dengan mereka yang berada di kasta bawah. Demikian halnya orang yang berada pada kasta bawah pada sistem tersebut tidak mungkin menerima perlakuan yang “tidak semestinya.” Saat para nabi menubuatkan bahwa kelak akan lahir Sang Raja pembebas yang akan menegakkan kekuasaan Israel, maka wajar bila dalam benak orang-orang Yahudi bahwa Raja itu akan memiliki keistimewaan semenjak ia lahir. Sebuah keniscayaan bagi raja yang adalah hierarki tertinggi dalam masyarakat untuk diperlakukan istimewa.

 

Rupanya tidak demikian yang terjadi pada Yesus, Sang Mesias yang telah lama dijanjikan itu. Meskipun lahir dalam lingkup keturunan Daud, tetapi semenjak lahirnya Allah seolah-olah menempatkan Yesus dalam gumul juang masyarakat kebanyakan saat itu. Maria adalah seorang gadis biasa yang tumbuh besar di desa dan bukan kota besar. Sementara Yusuf hanyalah seorang tukang kayu, sebuah profesi yang tidak terlalu mentereng di masa itu. Bahkan sejak masa lahir-Nya, Yesus telah mengalami penolakan. Sesuatu yang akan dijalani-Nya kelak saat hendak memenuhi tugas dan panggilan Allah. 

 

Dibaringkan di Sebuah Palungan

Menurut Injil Lukas, kisah kelahiran Yesus diletakkan dalam sebuah konteks historis yang jelas yakni pada masa Kaisar Agustus berkuasa dan Kirenius menjadi gubernur di Siria. Peristiwa lain yang secara spesifik menandai kelahiran-Nya adalah sensus yang diadakan oleh imperium romawi. Setiap orang diwajibkan untuk kembali ke kota asal mereka untuk didata. Jumlah penduduk yang tepat akan mempengaruhi ketepatan pemerintah untuk menarik pajak atas mereka. Sebuah mekanisme yang sebenarnya hanya menguntungkan para penguasa.

 

Yusuf dan Maria harus kembali ke Betlehem karena disitulah asal dari Yusuf. Pada saat itu Betlehem adalah sebuah kampung yang terletak beberapa mil di sebelah selatan ibukota Yerusalem. Dalam kondisi hampir melahirkan, Maria harus menempuh perjalanan itu pada situasi yang serba membingungkan. Saat telah tiba di Yerusalem, tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin. Yesus lahir ke dunia.

 

Episode berikutnya menjadi sebuah fragmen yang tergambar dengan baik pada setiap orang Kristen karena berulang kali divisualisasikan saat hari Natal tiba. Maria dan Yusuf tidak dapat menemukan tempat di penginapan. Gambaran populer menempatkan adegan ini pada sebuah kandang yang terpisah dari rumah utama seturut bayangan di masa kini karena dalam teks yang tersaji ada rujukan kepada “palungan” sebuah tempat bagi makan ternak. Kata yang diterjemahkan sebagai penginapan berasal dari kata Kataluma dalam bahasa Yunani. Kataluma dapat diartikan sebagai ruang dalam rumah atau rumah penginapan. Martin Harun dalam bukunya, Lukas: Injil Kaum Marjinal, memilih untuk tetap pada teks dengan memahami kataluma sebagai penginapan. Keluarga muda ini tidak mendapat tempat pada penginapan, lalu ditempatkan pada ruang tersendiri (masih dalam bangunan yang sama) tempat ternak berada dan dibaringkan pada palungan.

 

Maka dari itu kisah kelahiran Yesus adalah sebuah kisah yang diwarnai dengan penolakan. Kain lampin yang dipakai untuk menyelimuti bayi Yesus adalah sesuatu yang wajar pada saat itu, jadi tidak dapat diartikan sebagai simbol dari kesederhanaan. Yesus telah tertolak sejak semula. Sejajar dengan penceritaan Injil Lukas yang menggambarkan Yesus sebagai sosok yang tidak mempunyai tempat baik itu di Nazaret (Luk. 4:29), Samaria (Luk. 9:53, 58), Yerusalem (Luk. 22-Kis. 7), dan juga tidak di sinagoga-sinagoga diaspora (Kis. 13:45-51). Palungan menjadi penanda bahwa harapan akan Mesias yang selama ini dihidupi oleh orang-orang Yahudi saat itu akan digenapi dengan cara yang berbeda dari yang selama ini dinantikan orang. 

 

Penolakan Yesus dan Belarasa bagi Mereka yang Tertolak

Penegasan ketertolakan Yesus pada kisah kelahiran-Nya menurut Lukas bisa juga direfleksikan sebagai pernyataan akan keberpihakan-Nya kepada mereka yang selama ini juga mengalami penolakan dan ketersisihan. Demi alasan menjaga kekudusan dan kemurnian, masyarakat harus menjalani sistem sosial dan keagamaan yang seringkali meminggirkan orang-orang tertentu dengan berbagai sebab. Mereka yang mengalami disabilitas atau sakit kulit menular mengalami pengucilan karena dianggap terdampak dosa dari leluhur-leluhurnya. Orang-orang berdosa tidak mendapatkan tempat dalam rumah ibadah dan pergaulan karena dianggap dapat membuat seseorang menjadi najis. Orang-orang miskin semakin terpinggirkan sebagai dampak dari struktur yang menindas di negeri jajahan. Yesus Sang Mesias hadir dan berbela rasa terhadap mereka yang terpinggirkan. Ia datang untuk menolong “yang sakit” bukan “yang sehat”, membawa mereka yang berdosa kepada pertobatan dan Kerajaan Allah.

 

Tengoklah sekitar kita maka segera akan disadari bahwa kondisi kita tidak ubahnya situasi pada masa itu. Mereka yang menderita semakin menderita karena disisihkan dan tidak mendapat tempat dalam masyarakat. Para pemimpin bangsa sibuk dengan urusan mereka sendiri dan tidak menaruh waktu kepada penderitaan rakyat banyak. Kita sibuk mengkotak-kotakkan diri dan saling menyalahkan satu sama lain. Maka sebagai umat yang telah disentuh oleh-Nya dengan penuh bela rasa, apakah jawaban kita terhadap situasi di atas? Bukankah natal seharusnya menjadi kesempatan untuk menggaungkan pembebasan dan keselamatan? 

 

Untuk direnungkan:

Jika Yesus lahir dimasa kini, kepada siapakah ia akan mengarahkan keberpihakan-Nya? Golongan masyarakat seperti apa yang akan terlebih dahulu merasakan karya-Nya?

Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia