Mendengar Kabar yang Luar Biasa
Sebuah kehormatan tersendiri ketika ada seseorang yang mempercayai kita untuk mendengar kabar bahagia yang tengah dirasakannya. Apabila jika kita menjadi pendengar pertama kabar tersebut. Maka bayangkanlah bagaimana perasaan para gembala saat para Malaikat mengabarkan kelahiran Sang Juru selamat kepada mereka. Tentu ada sebuah perasaan yang sulit untuk tergambarkan. Kebahagiaan dan ketakjuban berkelindan dalam benak para gembala. Seraya bertanya apa maksud Tuhan dari segenap peristiwa ini.
Hal yang tidak kalah menarik adalah apa sesungguhnya maksud Allah melibatkan para gembala menjadi saksi pertama dari kelahiran Kristus. Jika para ahli Taurat, orang Farisi, atau para pejabat istana yang mendapatkan kehormatan menjadi saksi dan penyaksi pertama kelahiran Kristus mungkin kesaksian yang akan mereka wartakan akan lebih memiliki kredibilitas. Sementara gembala memiliki stereotip yang kurang baik di tengah tatanan sosial pada masa itu. Mereka adalah warga lapisan kelas paling bawah, gembala upahan, orang pinggiran. Bahkan dalam sistem pengadilan masa itu kesaksian para gembala ditolak karena dipandang tidak jujur dan tidak dapat dipercaya. Dengan kata lain para gembala termasuk ke dalam golongan orang yang terpinggirkan atau termarjinalkan pada masa itu.
Bukankah tidak ada untungnya mempercayakan sesuatu yang begitu besar (berita kelahiran Sang Mesias) kepada pihak yang terpinggirkan ini? Cara pandang umum yang lazim di dunia mungkin akan memberlakukan hal tersebut, tetapi seringkali warta Injil adalah bentuk tentangan dan tantangan terhadap nilai-nilai dunia. Inilah yang hendak dipotret oleh Injil Lukas. Pemilihan para gembala sebagai saksi dan penyaksi pertama kelahiran-Nya bagaikan sebuah cuplikan/ teaser akan karya Sang Mesias yang akan dikerjakan kelak. Ia hadir bagi mereka yang tersisih serta terpinggirkan. Pembebasan diwartakan-Nya kepada mereka yang paling membutuhkan. Maka sangatlah wajar bila orang-orang seperti gembala yang disingkirkan itu justru dipilih Allah untuk menjadi saksi dan memberi kesaksian tentang anak-Nya.
Merenungkan Respon Para Gembala
Allah memberi kabar kepada para gembala melalui malaikat-malaikat-Nya. Warta yang disampaikan ini menggambarkan sukacita surgawi akan kelahiran Sang Anak Allah. Bala tentara surga memuji dan memuliakan Allah. Keselamatan itu akhirnya datang dan diarahkan kepada segenap bangsa. Sang Mesias akan lahir di Betlehem yang dikenal dengan kota Daud. Penanda dari kelahiran Sang Mesias bukanlah istana yang megah melainkan palungan, sebuah benda yang akrab bagi para gembala. Seperti hendak berkata bahwa penyelamat yang lahir ini akan berada dekat dengan keseharian mereka, rakyat biasa pada umumnya. Setelah mendengar kabar ini tanpa perdebatan yang panjang, salah seorang dari gembala tersebut berkata dengan lantang: “Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita.” Dari kata yang digunakan kita dapat melihat kesigapan para gembala. Mereka segera pergi ke Betlehem. Menandakan kesukacitaan besar yang mereka rasakan atas janji Tuhan yang telah dipenuhi.
Sesampainya di Betlehem mereka berhasil menjumpai Maria, Yusuf, dan bayi Yesus. Segala yang mereka dengar dari Malaikat disampaikan saat itu juga. Maria merenungkan dan menyimpan segala kesaksian itu dalam hatinya. Kelak Kesaksian itu menjadi benih yang nantinya akan berbuah tepat pada waktunya. Bagaikan firman Tuhan yang ditaburkan, tumbuh, dan berbuah dengan lebat.
Akhir dari kisah para gembala ini menampakkan emosi mereka yang sangat otentik. Mereka pulang dengan penuh kesukacitaan karena Allah menyatakan kebenaran kepada mereka. Kaum yang selama ini tidak dipercaya dan dipandang remeh justru dihargai dan diberikan kehormatan yang begitu besar oleh Allah. Bayangkanlah kisah sukacita yang akan tersebar dari mulut para gembala akan perbuatan Allah tersebut. Sang Mesias telah hadir dan merengkuh semua orang.
Kabar Baik bagi Semua Orang
Melalui kisah para gembala kita memahami bahwa kabar kesukacitaan kehadiran Sang Mesias seharusnya menjadi kabar sukacita bagi semua orang. Kelahiran-Nya meruntuhkan sekat dan tembok yang membatasi kasih antar sesama. Mereka yang terpinggirkan mendapat tempat dalam keselamatan dan dipakai Allah untuk menjadi saksi atas keselamatan yang telah tiba itu. Inilah kabar baik yang seharusnya kita rayakan setiap hari Natal itu tiba.
Saat Natal hadir ingatan kita kembali kepada kelahiran Sang Mesias yang merengkuh semua orang. Pertama-tama dengan menghampiri mereka yang berdosa dan terpinggirkan. Sukacita Natal seharusnya tidak berlalu dalam hingar bingar yang cepat terlupakan, melainkan melahirkan komitmen baru dalam mewartakan kabar baik keselamatan Allah. Kita semua adalah saksi bagi kabar baik itu. Sesungguhnya telah lahir Sang Juru selamat. Mari kita sambut dengan gegap gempita dan dalam kasih yang diwartakan kepada semua orang. Sebagaimana kisah pada gembala, seharusnya kita mengerti bahwa keselamatan artinya pemulihan dan pembebasan kepada kita semua yang terbelenggu dalam dosa dan dijangkiti keterpisahan dengan sesama.
Untuk Direnungkan:
Bagaimana cara kita untuk mewartakan kabar baik penyelamatan Allah dalam konteks dunia di masa kini?