SAMUEL: SEORANG TOKOH DENGAN BERAGAM PERAN

Berita | 27 Februari 2025

SAMUEL: SEORANG TOKOH DENGAN BERAGAM PERAN


Dalam Alkitab, banyak tokoh dihadirkan untuk menyingkapkan karya dan rencana Allah bagi umat-Nya. Setiap tokoh memiliki peran unik, menjadi instrumen dalam mewujudkan kehendak Ilahi. Namun, ada tokoh-tokoh yang perannya melampaui satu fungsi, menjembatani masa, menghadirkan transisi penting dalam sejarah keselamatan. Samuel adalah salah satunya. Seringkali, perhatian kita teralihkan kepada tokoh-tokoh besar seperti Saul dan Daud, sehingga Samuel hanya terlihat sebagai pengantar cerita. Padahal, jika ditelisik lebih dalam, Samuel memegang peranan vital sebagai hakim, imam, nabi, dan “The Kingmaker”.

 

Samuel hadir di tengah krisis multidimensional Israel, diantaranya: krisis religius, politik, dan militer. Krisis religius tercermin dalam kelangkaan firman Tuhan (1 Samuel 3:1). Krisis politik muncul melalui kepemimpinan Eli yang melemah, diperparah oleh kejahatan anak-anaknya (1 Samuel 2). Krisis militer terlihat dari kekalahan Israel atas Filistin hingga tabut Tuhan dirampas (1 Samuel 4). Dalam situasi penuh kegelisahan ini, Samuel lahir sebagai jawaban doa Hana (1 Samuel 1:11), ditetapkan sejak kandungan sebagai nazir Allah, mengingatkan kita pada kelahiran Simson (Hakim-hakim 13:2-5).

 

Beragam Peran Samuel

  1. Samuel sebagai Hakim. Samuel tampil sebagai hakim terakhir Israel, menutup era Hakim-Hakim dan membuka jalan menuju era kerajaan. Ia memimpin pemulihan rohani dengan menyerukan pertobatan: “Jika kamu berbalik kepada TUHAN dengan segenap hati, singkirkanlah ilah-ilah asing dan Astoret dari antaramu dan arahkanlah hatimu kepada TUHAN. Beribadahlah hanya kepada-Nya, maka Ia akan melepaskanmu dari  tangan orang Filistin” (1 Samuel 7:3). Samuel tidak hanya menyeru, tetapi bertindak. Ia menjadi hakim atas Israel (1 Samuel 7:6), memimpin peperangan rohani dan fisik, mengembalikan tabut Tuhan, serta menghadirkan kembali damai sejahtera yang sempat hilang.
  2. Samuel sebagai Imam dan Pengantara. Meski bukan dari garis keturunan Harun, Samuel berperan sebagai imam. Ia mempersembahkan korban bakaran (1 Samuel 7:9), bertindak sebagai perantara antara umat dan Allah. Hubungan Samuel dengan Tuhan begitu erat hingga ia disejajarkan dengan Musa dan Harun (Mazmur 99:6). Ia bukan sekadar pelayan di Bait Allah, tetapi pengantara yang didengar Allah. Yeremia 15:1 bahkan menyebutnya bersama Musa sebagai sosok yang biasanya dapat memengaruhi hati Tuhan.
  3. Samuel sebagai Nabi. Samuel adalah nabi yang mendengar suara Tuhan di tengah keheningan nubuat (1 Samuel 3:1-10). Ia menjadi saluran pewahyuan ilahi, menasihati raja dan bangsa. Dalam 1 Samuel 8:7-9, Tuhan berbicara melalui Samuel untuk menanggapi permintaan Israel yang menginginkan raja. Meski berat, Samuel setia menyampaikan kebenaran, bahkan ketika harus menegur Saul (1 Samuel 13:13-14; 15:22-23). Kepekaan Samuel terhadap suara Allah mengembalikan firman Tuhan ke tengah umat.
  4. Samuel sebagai “The Kingmaker”.. Transisi dari teokrasi ke monarki di Israel diwarnai oleh tangan Samuel. Ia mengurapi Saul sebagai raja pertama (1 Samuel 10:1), memperingatkan bahaya sistem kerajaan (1 Samuel 8:10-18), dan akhirnya, ketika Saul gagal, Samuel mengurapi Daud (1 Samuel 16:1-13). Perannya bukan sekadar seremonial; ia menulis piagam kerajaan (1 Samuel 10:25), menegaskan batasan kekuasaan raja di hadapan Tuhan.

 

Kehadiran Samuel mencerminkan panggilan hidup yang multi-dimensional. Ia mengajarkan pentingnya kepekaan terhadap suara Allah, keberanian menyuarakan kebenaran di tengah arus mayoritas, dan kesetiaan menjalankan peran meski tidak selalu mendapat apresiasi. Samuel hadir bukan untuk popularitas, tetapi untuk ketaatan. Ketika umat larut dalam euforia memiliki raja, Samuel tetap berpaut pada kehendak Allah. Ini menjadi refleksi bagi kita, apakah kita lebih mendengar suara publik daripada suara Tuhan? Apakah kita siap menegur sekalipun itu menyakitkan?

 

Dalam konteks Indonesia saat ini, di tengah kegelisahan politik, kesenjangan sosial, dan keresahan rakyat yang merasa suaranya dirampas, sosok Samuel relevan sebagai teladan. Ia bersuara di tengah kebisuan moral, berdiri di antara rakyat dan penguasa, menuntun umat kembali kepada Tuhan. Bangsa yang sedang menggeliat, membutuhkan figur-figur yang seperti Samuel: mendengar, berseru, bertindak.

 

“Berfirmanlah, sebab hamba-Mu ini mendengar” (1 Samuel 3:10)

Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia