Ketika Aku Lapar

Berita | 17 Oktober 2020

Ketika Aku Lapar


Sapaan LAI

Sejak kelas satu SMP atau ketika umur saya sekitar 12 tahun, saya sudah belajar menjalani puasa Senin-Kamis, dimana tidak makan minum selama 24 jam setiap hari Senin dan Kamis. 

Saya juga belajar puasa "mutih" tiga hari (sebelum, saat hari H, dan sesudah "weton"/hari lahir dalam penanggalan Jawa) dengan hanya minum air putih, makan sedikit nasi putih tanpa lauk apapun dan kadang diselingi makan mentimun, kalau ada.

Pembelajaran saya soal puasa bukan dari ajaran orang tua, tetapi ajaran lingkungan, di mana teman-teman sebaya saya dan teman yang lebih tua saling memberi masukan: "kalau ingin berhasil dalam hidup, harus prihatin dan tahan lapar."

Beberapa kali saat liburan kuliah hampir satu bulan di rumah  yang muslim dan saat bulan puasa, saya ikut menjalani puasa ramadhan sampai lebaran. Bagi saya puasa lebaran jauh lebih ringan dibandingkan dengan puasa Senin-Kamis dan "puasa mutih".

Tradisi puasa Senin-Kamis dan puasa "mutih" saya jalani sampai tahun 1984, berakhit ketika saya "nyaris mati" karena infeksi usus buntu yang akut. Karena alasan kesehatan maka tradisi puasa Senin-Kamis dan "puasa mutih" tidak saya teruskan.

Dari pengalaman menjalani puasa, saya sungguh merasakan secara konkret bagaimana rasanya lapar yang sungguh-sungguh lapar. Tubuh jadi lemas dan susah berpikir. Dalam keadaan seperti ini, aktivitas yang paling nyaman adalah tidur, mengistirahatkan tubuh, berhibernasi. 

Di sisi lain saya belajar aspek spiritualitas dari menjalankan tradisi puasa. Saya bisa lebih sabar, mampu mengendalikan emosi, lebih sensitif terhadap belarasa, dan lebih reflektif serta sensitif terhadap "suara Tuhan".

Rasa lapar bila karena tidak ada yang dimakan dan diminum, bukan karena kesengajaan puasa, pastilah lebih sengsara penderitaannya.  Perilaku tak terkontrol bisa saja terjadi karena didorong pemenuhan kebutuhan fisik.

Tuhan Yesus dalam pelayanan-Nya sering sekali mengajak makan murid-muridnya. Dia juga memberi makan 5000 orang. Dia paham betul rasanya lapar karena pernah mengalami secara riil dalam puasa empat puluh harinya. 

Di tengah pandemi Covid-19 LAI terus berupaya "memberi makan" rohani melalui program dan produk berbasis Alkitab. Lapar rohani diekspresikan dalam keresahan, ketakutan, kekhawatiran, dan rasa putus harapan. Program harian, mingguan, dua mingguan dan even-even online LAI diarahkan untuk memberi solusi hal-hal di atas.

Salam Alkitab untuk Semua.

Dr. Sigit Triyono

Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia