KAPERNAUM

Berita | 14 Maret 2022

KAPERNAUM


 

Pada zaman Yesus hidup, kota industri yang paling ramai di sekitar Danau Galilea adalah Kapernaum. Kota lainnya yang cukup ramai adalah Magdala dan Tiberias. Kota Kapernaum terletak di perbukitan sisi barat laut danau, yang sekarang dikenal sebagai daerah Tell Hum.  Nama Kapernaum adalah sebutan dalam bahasa Yunani untuk Kepar Nahum dalam bahasa Ibrani yang artinya Desa Nahum. Sebagai kota komersial di zaman itu, Kapernaum memiliki peran penting dalam sistem perekonomian di Isreal. Biasanya kota itu menjadi tempat persinggahan para pedagang dalam rute perdagangan internasional dari Mesir menuju Palestina, Syria dan Mesopotamia. 

Kegiatan industri yang ramai di Kapernaum kala itu  umumnya berkaitan dengan bis-nis perikanan, misalnya membuat dan memperbaiki jaring/jala, perahu atau kapal. Bukti-bukti arkeologis yang diperoleh dari hasil ekskavasi di sebelah barat danau menunjukkan adanya temuan perahu yang cukup banyak. Perahu-perahu kuno tersebut kini dapat dilihat di Museum Yigal Allon di Kibbutz Ginnosaur, Israel.

Selain sukses dalam bisnis perikanan, Kapernaum juga diberkati dengan tanah yang subur, curah hujan yang cukup di sepanjang tahun, iklim yang hangat, semuanya itu turut mendukung kegiatan pertanian yang berhasil khususnya perkebunan zaitun dan jeruk.  Sumber alam lain yang dapat dijumpai di perbukitan sebelah utara ialah batu basalt hitam yang sangat berlimpah, yang biasanya digunakan untuk bahan bangunan perumahan atau fasilitas umum seperti sinagog.

Kapernaum berperan penting dalam perekonomian Israel masa lalu. Alkitab mencatat bahwa di kota itu terdapat kantor pajak pemerintahan Roma, dimana Matius bekerja sebagai pemungut cukai dan dipanggil menjadi murid Yesus (Matius 9:9). Status lainnya adalah sebagai pusat pemerintahan Roma di Palestina, hal ini terindikasi dari kehadiran kekuatan militer Roma di sana, yaitu bermarkasnya pasukan dan perwira di kota itu (Matius 8:5, Lukas 7:2). Dengan informasi itu kita bisa mengasumsikan bahwa Kapernaum pada abad 1 Masehi pernah menjadi kota utama dan penting di daerah Galilea. 

Nama Kapernaum selain dicatat dalam keempat Injil di Perjanjian Baru, juga dicatat dalam tulisan bersejarah Josephus, literatur para Rabbi, Bapa-bapa Gereja dan para peziarah Kristen yang berkunjung ke Palestina. 

 

Peran dalam Pelayanan Yesus

Seperti dikisahkan dalam empat kitab Injil, sebagian besar pelayanan Yesus dilakukan di sekitar Danau Galilea. Ketika Yesus meninggalkan kota Nazareth tempat Ia dibesarkan, Ia menuju Kapernaum dan untuk pertama kalinya memanggil murid-muridNya di kota itu, yaitu Simon yang disebut Petrus, Andreas, Yakobus dan Yohanes. Di  Kapernaum Yesus mengajar  dan menyembuhkan di Sinagog, di rumah-rumah - termasuk menyembuhkan ibu mertua Petrus, menyembuhkan hamba seorang perwira, dll. Ironisnya, Kapernaum yang menjadi rumah tinggal dan basis pelayanannya, juga dikutuk oleh Yesus seperti Korazim yang ada di baratnya dan Bethsaida yang berada di timurnya.

Penelitian secara ilmiah tentang Kapernaum dilakukan melalui beberapa kali penggalian arkeologi atas situs Khirbet Minyeh dan Tell Hum. Sejak dilakukannya eksplorasi tahun 1894, kepemilikan situs kota Kapernaum menjadi terpecah-pecah. Lokasi bagian barat di mana berdiri sinagog dibeli oleh Gereja Katolik Roma yang kemudian melindungi sisa bangunan sinagog. Sektor timur dibeli oleh Gereja Orthodox Yunani.

Data arkeologi mengindikasikan bahwa kota Kapernaum telah dibangun dalam 2 tahap. Tahap pertama pembangunan meliputi kota lama yang terletak di sebelah barat, yang kini menjadi wilayah milik kaum Fransiskan (Katolik Roma). Sedangkan kota baru dibangun pada tahap kedua, yaitu berada di sebelah timur dan kini menjadi milih Gereja Orthodox Yunani. 

Keberadaan sinagog dan sebuah bangunan gereja berbentuk segi delapan (octagonal) mengindikasikan bahwa pada awal berdirinya kota Kapernaum, daerah itu didiami oleh orang-orang Yahudi. Kemudian dengan berjalannya waktu kota itu menjadi daerah hunian orang Kristen. 

Di awal abad 7 M berangsur-angsur kota Kapernaum lama yang berada di sektor barat mulai digantikan oleh kota baru di bagian timur. Kehancuran kota lama dan pembangunan kota baru dipengaruhi oleh invasi orang-orang Persia ke Palestina pada tahun 614 M, dan restorasi fisik kota oleh kekuasaan Byzantium pada tahun 629 M. Namun pada abad ke-8 kota baru mengalami kehancuran pula karena terjadinya gempa bumi (tahun 748 M). Sebuah desa  kecil masih tertinggal dan hidup selama 2 abad berikutnya, namun kota Kapernaum akhirnya benar-benar hancur pada abad ke-10 dan tidak pernah didiami lagi hingga kini. 

 

Temuan-temuan Arkeologis yang Menarik

Sisa bangunan dan reruntuhan pemukiman yang masih ada kini dapat membuktikan keberadaan dan kebudayaan masyarakat yang hidup di Kapernaum pada masa lalu. Beberapa penggalian yang telah dilakukan memberi informasi atas reruntuhan bangunan yang ada, yaitu sinagog, rumah-rumah penduduk, pelabuhan, pemandian Roma, serta ratusan keping koin emas. 

Sinagog menjadi sebuah bangunan istimewa dan menarik karena disebutkan dalam Perjanjian Baru sebagai tempat Yesus mengajar (Mrk. 1:21). Sinagog tersebut dibangun oleh pemerintahan  Romawi untuk komunitas Yahudi yang bermukim di sana. Keberadaan bangunan itu dan rumah Simon Petrus dicatat juga oleh para peziarah yang berkunjung ke Kapernaum tahun 385 M.  

Adanya batu kapur berwarna putih dengan penanggalan dari sekitar abad 2-3 M di sebagian bangunan sinagog mengindikasikan bahwa sinagog itu pernah direstorasi. Bangunan asli sinangog menggunakan batu basalt hitam dan batu kapur merupakan bahan tambahan ketika restorasi. Struktur bangunan sinangog didekorasi seperti sebuah basilica, dengan 3 buah pintu masuk, puncak kolom bergaya gedung balaikota di Korintia dan memiliki selasar di sisi timurnya. Di antara beberapa motif dekorasi yang ada pada bangunan itu terdapat relief tabut perjanjian dan kaki dian (menorah).

Bangunan gereja yang berbentuk segi delapan diperkirakan awalnya adalah rumah Petrus, walaupun sampai sekarang masih diperdebatkan. Struktur aslinya berada di selatan sinagog, tampak seperti sebuah rumah penduduk biasa dari abad pertama. Lantai dan dindingnya diplester, didekorasi dengan graffiti, nama-nama serta lambang-lambang kekristenan. Pada abad 4 M struktur itu diperluas walaupun ruangan atau rumah aslinya tetap menjadi sentral. 

Di abad berikutnya struktur tersebut rusak dan diganti dengan struktur bangunan baru gereja berbentuk segi delapan. Gereja gaya Byzantium itu sering disebut gereja oktagonal karena dindingnya bersegi delapan, memiliki ciri khas lantai mosaik bergambar bunga-bunga serta burung merak. 

Reruntuhan rumah-rumah penduduk dari abad 1 M juga ditemukan dalam penggalian-penggalian arkeologis. Umumnya dinding rumah dibuat dari batu basalt hitam yang tidak dikerjakan dengan baik, celah di antara batuan basalt hitam itu diisi dengan batu-batu kecil. Lantainya pun ditutupi batu basalt hitam. Atapnya kemungkinan terbuat dari bahan kayu yang dilapisi jerami atau lumpur. Rumah-rumah itu biasanya memiliki beberapa ruangan. Di lantai dalam rumah-rumah itu ditemukan sangat banyak mata pancing, yang menjadi bukti besarnya peran bidang perikanan dalam kehidupan masyarakat Kapernaum.

Kota Kapernaum yang tepat berada di tepi danau itu dilengkapi dengan bangunan penahan gelombang dan pelabuhan atau dermaga di sepanjang pantainya. Tebal  tembok penahan gelombang air danau 2 meter, terbuat dari batu basalt hitam. Penahan gelombang tak hanya berfungsi sebagai penghalang antara air danau dengan kota itu, tetapi juga secara paralel diperluas sepertinya difungsikan untuk fasilitas pemberhentian perahu-perahu atau sebuah dermaga. 

Temuan unik dari penggalian terbaru di sektor timur ialah koin emas sebanyak 282 keping. Koin-koin itu ditemukan di bawah lantai batu sebuah bangunan yang besar. Diidentifikasi sebagai koin Dinar bani Ummayah, yang disembunyikan selama periode kekuasaan kaum muslim pada pertengahan abad 7 sampai 8 M.

Dua hasil temuan lain yang merefleksikan kentalnya pengaruh kebudayaan Roma di Kapernaum ialah adanya bangunan pemandian bergaya Roma di dekat danau yang berpenanggalan dari abad 1-2 M dan  struktur bangunan berupa pondok-pondok dengan kolam-kolam untuk menampung ikan. Kompleks bangunan itu diduga bekas sebuah pasar ikan.

 

Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia