Lebih dalam kita merenungkan pesan Imam Yehezkiel, semakin terang terungkap bahwa bangsa Israel hanya akan pulih ketika mereka mau bertobat dan Tuhan hadir di tengah-tengah mereka. Demi mewujudkan damai sejahtera, Allah mengangkat figur “Daud yang baru” untuk memimpin mereka. Kita tahu bahwa kita tidak sepenuhnya dapat berharap pada manusia, betapa pun sempurna ia menurut penilaian kita. Namun, hikmat Tuhan menghadirkan bagi kita harapan melalui orang yang urapi-Nya. Gembala atau pemimpin yang baik bagi bangsa yang sedang terbuang, bukan ideal yang sama sekali mustahil. Setiap orang diizinkan menyaksikan sendiri bahwa Yang Kudus tinggal di antara mereka. Dengan demikian, relasi antara Israel dan Tuhan akan dipulihkan.
Sahabat Alkitab, bahwa Daud akan menggembalakan bangsa Israel, mengandung satu lagi pesan penting. Allah ingin manusia berperan juga dalam mendatangkan damai sejahtera-Nya. Kita tidak menanti-nanti Tuhan menerobos masuk dan mengubah dunia kita. Kehadiran Tuhan terwujud melalui komitmen pemimpin yang mau menjadi gembala yang baik di tengah bangsanya. Sebagaimana gembala mengenal domba-dombanya dan kawanan itu mengenal gembalanya (bdk. Yoh. 10:14), pemimpin yang diurapi Tuhan harus mengenal siapa yang dipimpinnya, baik potensi maupun pergumulannya. Kita diajak lebih menghargai lagi arti relasi dalam kehidupan bersama.
Pemimpin dituntut untuk mengabdikan hidupnya untuk umat yang diamanatkan kepadanya. Dengan demikian, tidak ada ruang untuk kepentingan diri sendiri. Jika ada di antara kita yang diberkati dengan kedudukan pemimpin, bersyukurlah atas kesempatan itu dan belajarlah meneladani Sang Gembala. Pertanyaan berikut ditujukan kepada kita: Bersediakah kita menjadi alat di tangan-Nya dan berkarya bagi sesama?
Salam Alkitab Untuk Semua