Gembala yang sejati memperhatikan domba-domba-Nya dan mencarinya (ayat 11). Allah sebagai Gembala merupakan gambaran yang sudah kita kenal tentang Dia. Namun, bacaan hari ini juga menyajikan gambaran yang berbeda: Allah adalah hakim (ayat 17).
Hal ini menggembirakan karena setiap orang mendambakan keadilan. Masyarakat yang adil dan sejahtera bukanlah cita-cita yang terlalu muluk untuk diperjuangkan.
Jika sebelumnya kritik ditujukan kepada pemimpin, saatnya Allah juga menuntut pertanggungjawaban dari setiap orang, tanpa terkecuali. Yehezkiel percaya, setiap orang harus menanggung kesalahannya sendiri (18:1-13). Manusia diperhadapkan dengan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri, bahwa kekuasaan menimbulkan ketimpangan yang ada dalam masyarakat. Sadar atau tidak, eksploitasi dalam berbagai manifestasinya terjadi di mana-mana. Sebagian mungkin merasa terancam dan menolak angkat bicara. Dalam posisi tersulit orang cenderung mencari jalan aman dan membiarkan ketidakadilan.
Sahabat Alkitab, acap kali kita tergoda dan mencoba mencari tahu siapa yang pantas disalahkan saat keadaan demikian kacaunya. Para pemimpin biasanya menjadi pihak yang disalahkan dan manusia punya seribu satu cara membenarkan tindakan atau posisinya. Dalam setiap persoalan, kita cenderung berharap orang lain berubah, sedangkan kita tidak. Kita lebih memilih untuk mendekati yang kuat dan berkuasa. Akan tetapi, Tuhan justru berpihak kepada mereka yang tak berdaya (ayat 16). Jika kita mau mengikut Tuhan, kita harus memilih bersuara bagi yang lemah. Inilah antibodi melawan virus keserakahan dan sifat mementingkan diri sendiri. Tidak usah menunggu berkuasa dan menjadi “orang penting”. Mulailah dari diri sendiri.
Salam Alkitab Untuk Semua