Perlengkapan atau barang-barang kudus merupakan hal esensial dalam tradisi keagamaan orang Israel kuno. Terdapat banyak barang-barang yang memang secara khusus dibuat dan digunakan untuk keperluan-keperluan ritus sesuai dengan panduan dari TUHAN. Oleh sebab itu, untuk menjaga nilai kekudusan tersebut dibuatlah ketetapan agar tidak memperlakukan barang-barang tersebut secara sembarangan. Hal ini bukan dimaksudkan bahwa orang Israel kuno melakukan pengultusan atau penyembahan terhadap barang-barang tersebut, melainkan memberikan penekanan terhadap bentuk sikap yang perlu mereka haturkan kepada TUHAN. Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan ketika Imamat 5:14-16 berkutat pada perilaku dosa akibat melanggar kekudusan tersebut.
Setiap orang yang secara tidak sengaja melanggar kekudusan di hadapan TUHAN perlu segera melakukan kurban penebus salah. Mereka perlu menyadari bahwa tindakan itu adalah sebuah bentuk sikap hidup yang tidak setia dengan melanggar kekudusan di hadapan TUHAN. Artinya, umat TUHAN tidak dapat menjalani kehidupannya dengan sesuka hati atau hanya menurut kemauannya sendiri. Setiap umat perlu memiliki prinsip dan ketegasan sikap yang menjunjung tinggi nilai kekudusan di hadapan TUHAN.
Sebagai umat TUHAN, kita sangat perlu memikirkan tentang prinsip dan cara menjalani kehidupan yang sesuai dengan firman TUHAN. Tidak dapat dipungkiri, sebagai manusia yang juga penuh keterbatasan, kita pun dapat melakukan beragam hal yang justru melanggar ilia-nilai kekudusan di hadapan TUHAN. Pada awalnya mungkin terjadi tanpa kesengajaan. Namun, apabila dibiarkan berlarut-larut, maka dapat menimbulkan toleransi negatif pada diri sendiri. Kita bisa saja mulai membuat legitimasi atau pemikiran-pemikiran yang menganggap bahwa tindakan-tindakan pelanggaran tersebut tidaklah seserius yang dulu kita pikirkan. Oleh sebab itu, kita sangat perlu membangun prinsip dan sikap iman yang selalu menjunjung tinggi nilai kudus di hadapan TUHAN sehingga kita semakin meminimalisir potensi pelanggaran terjadi di hadapan-Nya.