Catatan mengenai kebiasaan Maria dan Yusuf yang rutin melakukan ibadah perayaan Paskah ke Yerusalem setiap tahunnya menjadi sebuah cara untuk menunjukkan kesalehan dan ketaatan mereka dalam iman sebagai orang Yahudi. Artinya, Yesus bertumbuh dan berkembang dalam sebuah rumah dengan keluarga yang memang mendampingi-Nya untuk tetap selaras dengan tujuan Tuhan. Meski demikian, penulis injil Lukas juga ingin menunjukkan bahwa kesalehan, pengertian, dan hikmat yang ada pada Yesus tidak sepenuhnya bergantung pada kebiasaan orang tua-Nya.
Secara mengesankan, pada umur-Nya yang ke-12 ketika Yesus dan kedua orang tua-Nya merayakan Paskah di Yerusalem terjadi sebuah peristiwa yang mengukuhkan tentang kualtias Diri Yesus. Tanpa bermaksud merendahkan kualitas iman Maria dan Yusuf, namun catatan mengenai pendidikan iman yang secara aktif dilakukan oleh Yesus di Bait Allah telah menunjukkan bahwa Ia memiliki kualitas yang melampaui kebiasaan orang tua-Nya tersebut. Hal ini bukan berarti kualitas Maria dan Yusuf adalah buruk, melainkan untuk menekankan tentang identitas Yesus sebagai Tuhan. Bahkan, Maria dan Yusuf pun terheran melihat segala kemampuan Yesus untuk bersoal-jawab dengan para pengajar agama di Bait Allah.
Kualitas iman Yesus memang melampaui apa yang dihadirkan oleh Maria dan Yusuf sebagai orang tua dan keluarga dekat-Nya di sepanjang pertumbuhan Yesus sebagai seorang anak. Namun, hal ini bukan berarti peran kedua orang tua Yesus tidaklah penting dalam tumbuh-kembang-Nya sebagai anak. Catatan ini tetap menunjukkan bahwa sebuah pertumbuhan iman, pertama-tama terjadi di dalam lingkungan rumah atau keluarga. Sebagai umat Tuhan, kita perlu secara serius membangun kebiasaan serta iklim yang sehat demi terjadinya tumbuh-kembang iman bagi setiap anggota di dalam keluarga.