TUHAN sedang membentuk orang Israel untuk memusatkan hati serta pikiran secara utuh kepada-Nya, tidak sebagian atau hampir. Itulah mengapa mereka sangat dilarang agar tidak membuat allah tuangan, yakni patung-patung yang memang secara sengaja dibuat untuk disembah dan diperlakukan sebagai allah. TUHAN tidak ingin mereka menyangka bahwa TUHAN adalah sama dengan allah-allah yang disembah bangsa lain yang diciptakan oleh tangan manusia itu sendiri. Orang Israel juga diajar untuk memberikan yang terbaik bagi TUHAN sebagai wujud kesadaran mereka atas kemahakuasaan TUHAN, sang pemilik dan pencipta seluruh kehidupan yang ada. Itulah mengapa mereka diperintahkan untuk mempersembahkan segala hal sulung, entah hewan ternak maupun anak manusia, sebagai simbol dari ungkapan syukur yang terbaik atas segala hal yang dimiliki oleh manusia. Orang Israel juga diajar untuk memiliki pengendalian diri yang berlandaskan ketaatan iman kepada TUHAN melalui ritus perhentian pada hari ketujuh atau hari Sabat. Mereka tidak sekadar dilarang bekerja, melainkan juga diajar untuk berkecukupan dan menyadari secara mendalam atas segala kesempatan hidup yang telah TUHAN berikan bahwa semuanya terjadi hanya karena kuasa TUHAN.
Semua nilai pengajaran itu muncul melalui berbagai panduan untuk dijalankan oleh seluruh orang Israel. Inilah pembentukan karakter sebagai identitas bangsa Israel sebagai umat Tuhan. Namun, segala pemaknaan dan dampak itu hanya akan menjadi abstrak atau angan-angan ketika dijalankan sebagai formalitas. Mereka akan gagal mencapai tujuan utama dari kehadiran setiap peraturan atau panduan menjalani hidup yang telah Tuhan berikan jika dianggap sebagai rutinitas tanpa makna. Artinya, setiap pengajaran maupun ritus yang ada dalam kehidupan beriman semestinya dijalankan dengan penuh kesadaran akan makna-makna mendalam yang ada di baliknya.
Pemaknaan terhadap berbagai pengajaran maupun ritus keagamaan pun menjadi penting untuk dipahami oleh seluruh umat Tuhan, termasuk kita di masa sekarang. Hal ini untuk menjauhkan kita dari sikap formalistik atas berbagai ritus beriman yang kita kenal dan masih lakukan hingga sekarang. Setiap umat Tuhan perlu menyadari alasan dan tujuan serta makna dari berbagai kebiasaan keagamaan maupun pengajaran yang ia kenal dalam menjalani kehidupan imannya.