Bagaimana kesan yang muncul pada pikiran anda mengenai sosok TUHAN sesuai bacaan tadi? Apakah ada mempertanyakan, “kenapa Yehezkiel 36:22-32,TBkok TUHAN seperti egois dalam perkataan ini?” atau “Kenapa TUHAN terkesan begitu narsis melalui perkataan-Nya sendiri?” Pertanyaan-pertanyaan seperti ini, kalau pun memang ada yang memilikikan, bukanlah sebuah indikator dari keragu-raguan dalam beriman. Justru, pertanyaan-pertanyaan semacam ini dapat menghantarkan kita kepada peningkatan kualitas kekukuhan beriman. Mari kita cermati beberapa bagian dari pernyataan TUHAN tadi.
Pertama, perkataan ini diberikan sebagai pemberian harapan sekaligus sebagai didikan iman bagi umat Israel untuk terbangun dari banalitas keberdosaannya kepada TUHAN. Mereka masih terlalu asik untuk hidup dalam dosa meski sedang mengalami konsekuensi dari tindakan jahatnya tersebut. Kedua, perkataan TUHAN ini berisikan inisiatif yang begitu tinggi untuk menghadirkan kasih dan pemulihan-Nya bagi umat yang masih asik untuk menghidupi keberdosaannya. Artinya, di dalam situasi-kondisi yang seperti itu pun TUHAN masih menjadi pelaku aktif yang memelopori transformasi hidup beriman dari umat Israel. TUHAN tidak ingin umat Israel terhanyut dan lenyap dalam keberdosaan mereka sendiri. Oleh sebab itu, TUHAN ingin menghadirkan ulang kekudusan-Nya pada diri setiap umat Israel dan memberikan hati yang tulus serta batin yang dipenuhi roh sehingga mereka kembali ke dalam dekapan Diri-Nya yang kudus. Hal ini juga menunjukkan bahwa keselamatan yang akan dialami umat Israel bukanlah hasil dari upaya umat secara mandiri, melainkan hanya berlandaskan kemurahan hati dan kasih dari TUHAN yang berinisiatif memberikannnya bagi mereka. Artinya, tidak ada seorang pun yang dapat memegahkan diri dan mengklaim keberhasilan atas keselamatan maupun pemulihan yang akan terjadi.
Sahabat Alkitab, perenungan firman pada hari ini, sekali lagi, telah menjadi sebuah ajakan untuk mengingat inisiatif kasih TUHAN yang begitu merindukan setiap manusia untuk hidup dalam kekudusan-Nya. Setiap kita juga diajak untuk menghargai dan mengerjakan keselamatan yang sudah TUHAN berikan yang dapat diwujudkan melalui perilaku sehari-hari maupun komitmen iman kepada TUHAN. Idealnya, setiap hari baru yang masih dapat kita nikmati merupakan kesempatan untuk mengerjakan keselamatan dari TUHAN. Oleh sebab itu, jangan biarkan kebebalan dan kesombongan membawa kita masuk ke dalam sikap hidup yang menyia-nyiakan keselamatan tersebut.