Apakah anda masih ingat momen pertama kalinya anda melakukan kesalahan dan ketahuan oleh orang tua atau orang yang anda tuakan? Respons apa yang anda lakukan, apakah segera mengakui atau berusaha untuk menolaknya? Biasanya penyangkalan atas kesalahan dilakukan oleh seorang manusia sebagai bentuk pertahanan dirinya terhadap situasi yang tidak menyenangkan atau dianggap mengancam rasa amannya. Itulah mengapa, hal ini perlu disikapi secara serius agar seseorang tidak bertumbuh menjadi manusia dewasa yang hidup penuh penyangkalan.
Pada hari ini kita pun melihat bentuk penyangkalan yang dilakukan oleh Sara kepada TUHAN. Dia merespons nubuatan tentang penggenapan janji TUHAN dengan sebuah keraguan di dalam hatinya. Tidak sampai di situ, Sara juga menertawai perkataan TUHAN tersebut. Nampaknya, janji TUHAN adalah ibarat guyonan bagi Sara akibat ketidaksanggupan Sara dalam menghadapi kenyataan hidupnya pada saat itu.
Respons Sara yang meragukan dan cenderung mengerdilkan kuasa TUHAN itu segera diketahui oleh TUHAN. Sara pun masih berusaha untuk menyangkalnya dengan berkata, “Aku tidak tertawa!” Meski demikian, TUHAN bukanlah pihak yang dapat dikelabui oleh siapa pun sehingga Dia berkata kepada Sara, “Tidak, emamng engkau tertawa!” Sikap yang ditujukan kepada Sara ini bukan untuk menghakimi Sara, melainkan untuk menyadarkan Sara agar ia mengakui sikapnya terhadap TUHAN tersebut.
Sahabat Alkitab, pada hari ini kita menemukan tentang pentingnya sebuah keterbukaan dan kejujuran di hadapan TUHAN. Kita perlu menyadari bahwa tidak ada satu cara dan peluang sedikit pun bagi manusia untuk mengelabui TUHAN. Oleh sebab itu, tidak ada gunanya bagi seorang umat TUHAN berusaha untuk menyangkal segala kesalahan yang dilakukan kepada TUHAN. Kita hanya perlu mengakui kesalahan itu dan menghadap TUHAN dalam kejujuran dan penyesalan. Sesungguhnya, TUHAN tidak pernah menutup Diri-Nya untuk menerima penyesalan dalam kejujuran dari setiap umat-Nya.