Di dalam tradisi iman Yudasime, Musa memiliki posisi yang sangat penting. Peran dan kehadirannya dianggap begitu besar dalam narasi pembentukan iman bangsa Israel. Hal ini terbukti melalui catatan-catatan mengenai perannya dalam kisah pembebasan bangsa Israel sebagai bangsa budak dari Mesir menuju tanah perjanjian yang dilakukan oleh TUHAN dengan cara menjadikan Musa pemimpin mereka. Bukti lain yang dapat kita temukan di dalam narasi kitab suci adalah bagian yang menjadi bahan permenungan pada hari ini, yakni ketika wajah Musa dipersaksikan bercahaya pasca ia berbicara dengan TUHAN. Hal ini bukan hanya menunjukkan aspek spektakularitas dari pertemuan antara Musa dengan TUHAN, tetapi juga ingin menekankan peran Musa yang begitu penting.
Kulit wajah Musa yang bercahaya menjadi simbol dari kemuliaan TUHAN yang telah memilihnya untuk menyampaikan segala peraturan dan perkataan-Nya secara langsung bagi orang Israel. Hal ini terjadi ketika Musa berbicara dan menerima perkataan TUHAN. Tentu hal ini menjadi sebuah kenyataan iman yang ditampilkan oleh Alkitab yang begitu penting untuk kita maknai sebagai umat percaya. Kita dapat melihat dampak dari kehadiran dan firman TUHAN yang hidup di dalam diri manusia, dalam hal ini seperti yang terjadi pada diri Musa. Seorang manusia yang menerima firman TUHAN dan merawatnya untuk terus hidup di dalam dirinya akan selalu menghadirkan pancaran sinar kemuliaan TUHAN.
Pancaran sinar kemuliaan pada diri umat Tuhan tidak seperti pengaruh produk kecantikan seperti yang berulang kali ditekankan dalam iklan-iklannya, melainkan mewujud sebagai dampak dan pengaruh kontruktif yang ia hadirkan bagi dunia sekitarnya. Pesona yang dihadirkan oleh umat Tuhan tidaklah bersifat fisik, melainkan kualitas hidup yang tampil dari setiap aktivitas hariannya. Semua itulah yang menjadi cerminan kemuliaan TUHAN yang tidak semestinya diredupkan oleh kemunafikan atau kejahatan yang tak kunjung ditinggalkan.