Pengetahuan dan pengenalan akan firman Tuhan yang dimiliki oleh Yesus Kristus semakin dipertegas oleh penulis injil Lukas melalui penjelasan tentang kembalinya Tuhan Yesus ke kampong halaman. Penulis injil Lukas pun dengan secara sengaja menuliskan bahwa Yesus kembali ke Galilea dalam kuasa Roh untuk menegaskan kepada para pembaca mengenai kuasa yang ada pada Yesus Kristus. Selama berada di Galilea dan Nazaret, Tuhan Yesus secara rutin datang di rumah-rumah ibadah dan memberikan pengajaran. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat itu, orang banyak memang sudah mengakui kualitas tingkat pengetahuan dan pemahaman-Nya atas teks-teks firman Tuhan. Catatan-catatan ini pun semakin memperjelas kualitas pengenalan akan firman Tuhan yang menjadi bekal bagi Yesus untuk memenangkan pertarungan atas segala pencobaan yang telah diberikan oleh Iblis. Terlebih lagi, kutipan teks Yesaya 61:1-2 yang muncul pada Lukas 4:18-19 menambah pengukuhan kualitas pemahaman iman dan Diri Yesus Kristus.

Catatan ini semestinya cukup untuk menegur setiap umat Tuhan yang masih merasa enggan atau merasa tidak terlalu membutuhkan pengetahuan yang banyak akan firman Tuhan. Firman ini semestinya juga cukup untuk membangkitkan kesadaran pada diri setiap Tuhan untuk persisten membangun pengenalan dan pemahaman yang utuh atas firman Tuhan. Hal ini tentu bukanlah sesuatu yang dapat diwujudkan hanya dengan keingnan dan sekadar perencanaan. Dibutuhkan konsistensi dan keteguhan tekad untuk terus bertekun dalam pendidikan mengenal firman Tuhan.

Persistensi umat Tuhan dalam belajar dan mengenal firman Tuhan perlu dijadikan sebagai gaya hidup beriman yang dapat dimulai dari lingkungan rumah hingga ke gereja. Hal ini berarti setiap individu di dalam keluarga memiliki tanggung jawab untuk membangun penenalan yang baik akan firman Tuhan. Kita perlu bersedia melakukan upaya mandiri untuk semakin mengenal firman Tuhan, mulai dari budaya membaca Alkitab secara personal. Hal ini penting untuk dilakukan oleh seluruh umat Tuhan. Lagi pula, bukankah Yesus Kristus, sang Tuhan pun memberikan teladan gaya hidup beriman yang bertekun dalam pembelajaran akan firman Tuhan? Lantas, mengapa pula kita, umat-Nya, menimbun keengganan untuk melakukannya?