Pesan kenabian dalam perikop ini telah mengarahkan ingatan dan perhatian bangsa Israel masa itu kepada dampak dari keberadaan Tuhan. Melalui mulut nabi Zakharia, Tuhan menegaskan bahwa kondisi damai sejahtera yang saat itu tidak mereka miliki, yakni ketika mereka hidup di dalam pembuangan adalah karena kerusakan relasi antara mereka dengan Tuhan. Segala keberdosaan yang telah mereka dan nenek moyang mereka lakukan telah membuat jarak dalam hubungan iman tersebut. Alhasil, mereka telah menolak keberadaan Tuhan di tengah kehidupan mereka sebagai umat Tuhan. Mereka pun terluput bahwa damai sejahtera hanya bersumber dari Tuhan, bukan karena kemampuan maupun usaha mereka sebagai manusia.
Tuhan pun tidak sekadar menunjukkan hal tersebut, melainkan Ia juga memberikan pengajaran bahwa damai sejahtera yang Ia berikan merupakan modal bagi setiap umat Tuhan untuk menjadi saluran berkat-Nya bagi dunia. Tuhan memang penuh kasih terhadap umat-Nya. Tuhan juga memberikan pemeliharaan dan jaminan hidup yang total kepada umat-Nya. Namun, Tuhan tidak ingin umat bertumbuh menjadi manusia yang egosentris. Tuhan justru ingin mengoptimalkan kehidupan setiap umat-Nya sebagai rekan kerja-Nya dalam memelihara dunia.
Permenungan ini telah mengingatkan kita tentang betapa bergantungnya kehidupan setiap umat Tuhan kepada kehadiran-Nya. Damai sejahtera adalah benih yang ditabur oleh Tuhan dan ditumbuh-kembangkan menjadi berkat, bukan hanya untuk mereka tetapi juga setiap orang yang ada di sekitarnya. Kita perlu menyadari pesan ini sebagai bagian dari identitas kita sebagai umat Tuhan yang hidup dari inisiatif kasih-Nya memberi dan melimpahkan damai sejahtera bagi kita. Semua itu tidak semestinya kita tahan untuk kenikmatan sendiri, melainkan sebagai modal untuk berkarya dalam pemeliharaan Tuhan yang menghadirkan damai sejahtera bagi dunia. Apakah anda bersedia melakukannya?