Tuhan selalu memiliki cara untuk memberikan pertolongan bagi umat-Nya. Tuhan selalu memberikan jalan yang terbuka menuju pembebasan bagi umat-Nya. Tuhan selalu menghadirkan karya kasih-Nya di berbagai situasi kehidupan, bahkan ketika umat-Nya merasa tiada lagi daya untuk menghadapinya. Tuhan selalu mewujudkan kesetiaan-Nya bagi umat-Nya yang sangat didambakan oleh setiap umat yang mulai merasa sendirian di tengah kondisi hidup yang penuh pergumulan.
Sahabat Alkitab, kita tentu tidak lagi asing dengan pengajaran iman mengenai kasih setia Tuhan yang tiada pernah berakhir maupun mengalami penurunan kualitas. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa adakala pengajaran seperti ini pun terasa begitu abstrak. Beragam pergumulan berat yang muncul di tengah proses perjalanan kehidupan pun terasa seperti tembok yang menghalangi pemahaman dan pemaknaan iman terhadap kasih setia Tuhan. Kemudian, kasih setia Tuhan pun seolah terasa tidak lebih dari sekadar pengjaran kognitif. Apalagi, pada saat kita sudah terlalu lama menjalani hidup penuh pergumulan, kita mulai kehilangan rasa hingga berakhir pada banalitas terhadap kasih setia Tuhan. Oleh sebab itu, mengingat karya penyelamatan Tuhan selalu menjadi penting sebagai praktek hidup beriman agar relasi antara kita dengan Tuhan tetap dapat terjaga.
Pemazmur, melalui syair pada sepuluh ayat ini telah menekankan perihal cara dan karya pembebasan Tuhan yang tidak pernah lekang oleh waktu maupun kalah oleh kondisi. Tidak ada satu bentuk pergumulan pun yang dapat menahan kuasa Tuhan dalam mewujudkan kasih setia-Nya bagi setiap umat Tuhan. Catatan mengenai sejarah pengalaman iman dari umat Israel yang mendapatkan beragam bentuk pembebasan Tuhan, entah lepas dari tangan para penguasa dunia maupun bertahan di tengah alam bebas yang ganas, merupakan cara pemazmur untuk terus menjaga ikatan rasa dengan Tuhan.
Pada hari ini, kita pun diajak untuk merenungkan beragam karya kasih setia Tuhan yang telah kita rasakan. Marilah kita tilik ke dalam diri sendiri untuk bertanya: Apa saja bentuk kasih setia Tuhan yang sudah saya alami hingga saat ini? Seberapa sering saya mengingat dan mensyukurinya? Apakah saya seringkali kalah oleh pergumulan hingga membuat saya mulai kendur dalam menjaga ikatan rasa dengan kasih setia Tuhan?