“Kacang lupa kulitnya” adalah sebuah peribahasa yang memberikan penekanan pada orang yang lupa asal-usulnya atau kondisi sebelumnya. Hal ini sangat mudah terjadi pada seorang manusia yang telah mengalami peningkatan hidup dari susah menjadi tenteram dan bahagia.
Melalui pembelajaran akan peribahasa ini, kita juga diajak agar tidak melupakan pengalaman masa lalu untuk tidak kehilangan makna di masa sekarang. Konsep ini kurang-lebih muncul dalam perikop yang baru saja kita baca.
Pemazmur mengawali ungkapan syukurnya tentang segala tindakan TUHAN dengan cara membuka kembali pengalaman masa lalu, tepatnya ketika ia mendapatkan kelepasan dari pergumulannya. Ayat 1-6 ini pun menjadi sebuah kesaksian iman dari pemazmur kepada setiap orang yang sedang bergumul.
Baginya, penantian dengan penuh harap kepada TUHAN bukanlah sesuatu yang sia-sia. Kesaksian ini sekaligus menjadi penegasakan dari tindakan penantiannya yang juga telah kita renungkan kemarin.
Sahabat Alkitab, syair mazmur hari ini telah mengajak kita untuk membangun sebuah gaya hidup beriman yang konsisten dan penuh komitmen agar tetap mengingat segala karya TUHAN yang sudah pernah terjadi dalam sejarah kehidupan kita.