Bagi setiap anda yang gemar menggunakan media sosial tentu sudah tidak asing dengan sebuah kecenderungan perilaku kebanyakan pengguna media sosial, yakni menunjukkan berbagai hal yang berkaitan dengan dirinya. Bahkan, terdapat sebuah kata ‘lawas’ yang semakin relevan untuk menggambarkan kecenderungan buruk di media sosial, yakni ‘pamer’ atau biasa juga disebut dengan flexing. Fenomena perilaku sosial di dunia maya ini menekankan pada keinginan seseorang untuk menunjukkan kepada orang banyak berbagai hal terkait dirinya demi intensi mendapatkan perhatian dan pengakuan yang sepadan. Persoalannya kebanyakan perilaku ‘pamer’ di media sosial ini erat kaitannya dengan kekayaan atau kemewahan. Hal miris lainnya adalah ketika perilaku semacam ini sudah ‘menular’ kepada banyak orang hingga membuat mereka rela melakukan apapun demi mendapatkan perhatian dan pengakuan yang tinggi. Tidak sedikit pula orang yang justru jadi memaksakan kondisi demi terlihat kaya dan mewah, meski kenyataannya justru ada hal lain yang lebih esensial untuk diperhatikan.
Fenomena ‘pamer’ di media sosial ini pun sangat sesuai dengan nilai yang digambarkan oleh Amsal 13:7, yakni ketika banyak orang berusaha terlihat kaya padahal tidak punya apa-apa. Melalui ayat 6 hingga 10 dalam daftar bacaan hari ini, kita pun mendapatkan pesan pengajaran untuk menjalani hidup dengan perhatian yang terarahkan kepada berbagai hal yang esensial dalam kehidupan. Oleh sebab itu, diperlukan pengendalian diri yang baik dalam menahan setiap ego agar tidak terombang-ambing oleh berbagai kebiasaan umum yang sesunggunya tidaklah layak untuk dijalankan. Segala kefasikan dan ketidakmampuan seseorang dalam mengolah hidupnya merupakan bencana yang dapat menghambat pertumbuhan dirinya.
Sahabat Alkitab, marilah kita perhatikan dengan penuh hikmat segala budaya hidup yang ada di sekitar kita. Apakah kita sudah terpengaruh dan sedang menjalani berbagai kebiasaan umum yang sebenarnya tidak esensial untuk dijalani? Kita perlu menyadari bahwa terdapat banyak hal di sekitar kita yang saat ini mungkin dianggap wajar padahal tidak perlu untuk dijalani. Firman TUHAN telah mengajarkan sekaligus mengajak kita untuk lebih cermat dalam menjalani hidup secara esensial.