Sebuah proses selalu menjadi bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat ditampik. Setiap orang, mau-tidak mau, akan mengalami proses selama ia masih ingin tetap mencapai tahapan-tahapan tertentu sebagai indikasi tumbuh-kembang dirinya, entah secara karakter, emosi, pendidikan, perekonomian, hingga keimanan. Tanpa melalui proses, seseorang cenderung menjadi terlalu ringkih untuk menerima hasil yang dia dapatkan, misalnya: seorang pelajar yang mendapatkan nilai tinggi, namun melalui tindakan mencontek bukannya melalui proses belajar yang tekun. Penilaian yang tinggi itu pun tidak akan berpengaruh apa pun terhadap kualitas dirinya sebagai seorang pelajar selain sekadar angka yang formalistik. Begitu pula dalam berbagai proses kehidupan lain yang terjadi pada diri seorang manusia, termasuk terkait kualitas keimanan seorang umat TUHAN. Itulah mengapa pada ayat 11 penyair Amsal menuliskan “Harta yang mudah diperoleh akan berkurang, tetapi siapa yang mengumpulkan sedikit demi sedikit, akan membuatnya bertambah.”
Kita perlu mengalami berbagai proses pembentukan yang akan menghadirkan ketangguhan iman meskipun tidak mudah dan tidak sebentar untuk dilalui. Setiap hasil yang kita terima semestinya merupakan bagian konkret dari berbagai waktu, pengalaman dan upaya yang telah kita jalani. Persoalannya adalah ketika umat TUHAN justru menjadikan keimanannya sebagai ‘tiket’ untuk mendapatkan kenikmatan hidup secara instan. Alih-alih beriman dalam proses kehidupan bersama TUHAN, mereka justru berupaya memanipulasi TUHAN untuk mendapatkan berbagai keinginan hatinya secara cepat. Tidak sedikit orang yang berdoa memohon kepada TUHAN hanya berlandaskan keinginannya sendiri dengan tujuan memenuhi hasratnya personal. Padahal, permohonan doa semestinya dilakukan dalam ketulusan sebagai cara kita untuk berdialog dengan TUHAN di tengah ketidakmampuan diri sebagai manusia untuk memenuhi kehidupannya. Oleh sebab itu, membangun ketangguhan diri dalam menjalani proses hidup merupakan bagian konkret dan krusial untuk dimiliki, sekaligus sebagai wujud dari kualitas iman kepada TUHAN.
Sahabat Alkitab, menjalani hidup beriman kepada TUHAN bukanlah sesuatu yang sifatnya instan. Terdapat banyak aspek dalam diri kita sebagai umat TUHAN yang akan mengalami pertumbuhan seiring dengan proses kehidupan bersama-Nya. Kita hanya perlu membuka hati dan mempersiapkan diri dengan komitmen untuk menjalaninya. Jadi, apakah anda siap untuk berproses bersama TUHAN.