Cuplikan pada perikop ini menampilkan kepada kita mengenai situasi yang dilematis, yang menempatkan manusia berada pada posisi untuk mengikuti hati nurani atau kewajiban perannya. Kita pun dapat mengambil sebuah kesimpulan yang muncul dari perikop ini bahwa konflik yang terjadi di antara para pendukung Saul dan Daud sebenarnya tidaklah murni dilatar belakangi oleh perasaan benci satu terhadap yang lain. Hal ini terbukti melalui dialog yang dilontarkan oleh Abner kepada Asael yang masih berusaha untuk menghindari pembunuhan di antara keduanya. Abner cukup menunjukkan bahwa ia tidak ingin membunuh Asael, namun ia juga tidak menampik bahwa akan tetap melakukannya karena paksaan peran yang ia miliki. Pembacaan narasi semacam ini sungguhlah memilukan, mengingat mereka harus mengalami dilema yang seperti demikian akibat perpecahan di dalam bangsa Israel. Padahal semestinya mereka saling melindungi sebagai sebuah bangsa dan sebagai sebuah komunitas umat Tuhan.
Sahabat Alkitab, permenungan firman Tuhan ini tidak sekadar menunjukkan perihal kekejaman dalam perang, namun juga membawa kita pada sebuah permenungan perihal pentingnya menjaga kualitas relasi dalam komunitas. Jangan sampai kita justru diperhadapkan pada situasi-situasi dilematis yang bertentangan dengan hati nurani hanya karena kelalaian dalam pengolahan relasi di masa lampau. Sering kali penyesalan dalam komunitas terjadi karena kesalahan maupun ketidakmampuan kita dalam mengolah relasi di masa lalu hingga berujung pada masalah-masalah di masa mendatang.