Yonatan, sosok muda yang menunjukkan keberanian dan kepiawaiannya dalam berperang dengan tetap memandang tinggi kuasa Tuhan. Keinginan kuat pada dirinya untuk menyerang pasukan jaga Filistin tidaklah sekadar didasari keinginan untuk menguasai wilayah lawan karena ia masih menyadari besarnya dampak kehendak Tuhan dalam hidupnya. Di tengah segala perencaan yang sudah ia buat untuk melakukan penyerangan tersebut, Yonatan menutupnya dengan sebuah penentu mutlak, yaitu tanda dari Tuhan. Jadi atau tidaknya penyerangan itu tidaklah tergantung pada keyakinan maupun keinginan Yonatan, melainkan pada kehendak Tuhan.
Secara objektif, kemampuan dan keberanian Yonatan tidak perlu diragukan. Hal ini pun akan kita buktikan pada perikop-perikop berikutnya yang menunjukkan kualitasnya sebagai seorang pejuang, bahkan bangsanya pun mengakui Yonatan sebagai seorang pahlawan. Namun, semua kelebihan yang ada pada dirinya itu tidak serta-merta membuat Yonatan melupakan eksistensi Tuhan dalam kehidupannya. Kuasa yang ia miliki sebagai anak raja, kemampuan yang ia miliki dalam berperang, dan keberanian yang begitu besar di hatinya tidak lantas menutup kesadaran iman Yonatan bahwa segala sesuatu yang terjadi tidak akan lepas dari kuasa Tuhan. Itulah mengapa, seperti yang tertera pada ayat 10, Yonatan menutup perencanaannya dengan kerendahan hati untuk menerima kehendak Tuhan.
Sahabat Alkitab, permenungan firman Tuhan pada hari ini telah membawa kita kepada sebuah pembelajaran sikap beriman di tengah segala perencanaan dan perjalanan hidup yang sedang kita lakukan. Mungkin pesan semacam ini bukanlah hal baru untuk kita dengarkan, yakni ketika kita diajarkan untuk selalu berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan. Namun, tidak jarang hal tersebut menjadi sangat sulit untuk kita terapkan dalam hidup keseharian. Keinginan yang bermutasi menjadi nafsu terhadap sesuatu dan kepercayaan diri yang berubah menjadi kepongahan merupakan penghalang yang begitu besar bagi kita untuk menerima kehendak Tuhan, bahkan untuk mencoba mengingat besarnya kuasa Tuhan pun dapat menjadi begitu sukar untuk kita ingat. Oleh sebab itu, selalu ingatlah untuk memberikan ruang dalam diri kita untuk menerima kehendak Tuhan dalam segala perencaan hidup yang sudah kita buat.