Salah satu kecenderungan buruk yang sangat mungkin bertumbuh dalam diri seorang manusia adalah keengganan untuk berproses, bahkan untuk mengupayakan cita-citanya sendiri. Tingginya budaya instan yang semakin memenuhi gaya hidup manusia modern pun turut memengaruhi kecenderungan buruk tersebut. Lebih parahnya lagi adalah pada saat hal ini juga memengaruhi kehidupan beriman seorang umat Tuhan, yakni jika ia menyangka bahwa keberhasilan iman berarti sekadar berdoa untuk meminta tanpa adanya upaya iman yang nyata. Padahal, hal tersebut lebih mewujud sebagai tuntutan egosentris dibanding luapan iman yang tulus kepada Tuhan.
Syair yang dilantunkan oleh pemazmur pada pasal ini pun memang berisikan luapan permohonan kepada Tuhan. Secara khusus pada ayat 4 ia berkata, “Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb!”. Sangat besar kemungkinan syair ini muncul di tengah kesesakan yang dialami oleh bangsa Israel, yakni pada saat menghadapi tekanan dari musuh di sekeliling mereka. Meski demikian, permohonan ini tidaklah menunjukkan sebuah egosentris maupun kemalasan iman pemazmur kepada Tuhan. Pada ayat 5 dan 6 pemazmur menunjukkan bahwa permohonan kepada Tuhan merupakan tindakan iman yang penuh upaya aktif, bukannya sekadar tuntutan dalam kemalasan dan keegoisan diri kepada Tuhan. Lantunan lirik tersebut sangatlah penting untuk dipahami oleh seluruh umat dalam berharap kepada Tuhan.
Sahabat Alkitab, marilah kita bangun sikap iman yang bertanggung jawab kepada Tuhan. Mulailah dengan mengevaluasi setiap bentuk permohonan yang kita lantunkan kepada-Nya. Apakah kita mengucapkannya dalam ketulusan dan penuh sikap berserah atau justru menuntutnya dalam keegosian? Apakah kita berharap dengan kesediaan untuk terus berupaya atau memilih bermalas dalam beriman dengan membiarkan Tuhan bekerja sendirian? Ingatlah bahwa setiap upaya pengharapan iman yang tulus kepada Tuhan tidak akan berakhir sia-sia sekalipun kita harus menitikkan air mata dan penuh lelah. Semua upaya itu adalah berharga di hadapan Tuhan, Sang Sumber Pengharapan.