Hari ini kita berhadapan dengan teks yang cukup traumatis. Secara khusus, bagi anda yang hidup dalam sebuah keluarga yang rentan atau sudah mengalami perceraian, entah sebagai anak maupun orang tua, kemungkinan besar akan semakin sulit untuk menerima pengalaman emosional yang tersalurkan melalui kisah Hagar yang terusir. Apalagi, melalui perikop ini kita melihat Hagar yang dalam keputusasaan, kesedihan, dan kebimbangannya melihat anak kandungnya, Ishmael, hampir mati karena kelaparan dan kehausan. Tangisan Hagar sambut-menyambut dengan tangisan Ishmael yang kemudian, secara dramatis dituliskan oleh narator kitab Kejadian, telah didengar oleh TUHAN.
Perjalanan Hagar dan Ismael yang terusir dari rumah Abraham-Sara telah menjadi sebuah perjalanan keterasingan penuh bahaya yang menuju maut. Modal roti dan sekirbat air dari sang tuan tentu tidaklah cukup bagi mereka untuk bertahan hidup. Panas teriknya matahari, di tengah padang yang terbuka telah menjadi sengatan mematikan secara khusus bagi Ismael yang masih kanak-kanak. Hal itulah yang membuat Sara, pada ayat 15 dan 16, melakukan tindakan yang ironis terhadap Ismael. Kehabisan makanan dan minuman, siang yang panas, ditambah status Hagar yang adalah perempuan sekaligus budak menjadi ancaman yang berkali-lipat bagi ia dan anaknya untuk mati. Ditaruhnya Ismael di semak-semak, bukan hanya menjadi bentuk tindakan tanpa harapan dari Hagar atas hidup anaknya tersebut melainkan juga ketiadaan harapan bagi dirinya sendiri. Namun, di tengah kondisi itulah TUHAN datang, memberikan kekuatan, dan penyertaan-Nya hingga narasi pun dapat berlanjut pada kisah Ismael yang berkeluarga.
Sahabat Alkitab, renungan ini tentu tidak dapat menjadi jawaban atau obat yang menyembuhkan dan memulihkan secara utuh setiap luka traumatis yang anda miliki. Namun, firman TUHAN hari ini menjadi sebuah modal untuk menghadapinya dalam ingatan akan penyertaan-Nya. TUHAN tidak tinggal diam dan membiarkan kita merana sendirian dalam pengalaman traumatis. Sama seperti tindakan yang Ia berikan kepada Hagar dan Ismael, TUHAN menjadi sahabat pengembaraan dan pelindung yang menyertai keduanya utnuk melanjutkan hidup. TUHAN-lah yang menyertai setiap orang dalam luka-luka hidup. Firman TUHAN ini juga menjadi ajakan bagi setiap kita untuk bersedia memberikan diri sebagai rekan yang mendampingi orang-orang di sekitar kita yang bergumul, yang bahkan mulai kehilngan harapan untuk menjalani hidup dalam lubang traumatis yang terlalu dalam.
Salam Alkitab Untuk Semua