Setiap manusia tidak ada yang sempurna, kita pasti pernah berbuat dosa dan kesalahan. Namun Tuhan tidak menghendaki keterbatasan kita tersebut menjadi pembenaran atas dosa yang dilakukan. Seseorang perlu membangun kepekaan dan menjadi pribadi yang reflektif dengan berani mengenali dan mengakui serta memohon ampun atas dosa-dosanya. Begitu sayangnya Tuhan dengan kita, pengajaran-Nya pasti akan datang kepada kita karena IA ingin kita kembali ke jalan yang benar.
Bangsa Yehuda dalam pembuangan perlahan-lahan mulai menyadari bahwa pembuangan ini adalah karena ulah mereka sendiri. Tindakan mengakui, mengenali, dan berefleksi atas dosa terjadi dengan cara yang sangat berat dan mahal. Bangsa ini bagaikan seorang hamba yang tuli dan utusan yang buta. Kondisi tersebut menggambarkan ketidakpekaan semua orang di Yehuda atas kesalahan yang telah mereka perbuat. Jika kita merujuk pada kitab-kitab sejarah, sesungguhnya kita akan melihat kesalahan-kesalahan Yehuda tersebut. Mulai dari menduakan Allah hingga membiarkan ketidakadilan terjadi kepada mereka yang lemah dan terpinggirkan. Syukur kepada Allah bahwa Ia adalah sosok yang Maha Pengampun. Penghukuman Allah memang sangat berat bagi Yehuda, tetapi tidak akan membinasakan mereka. Tuhan akan menyelamatkan, bangsa Yehuda perlu berbalik dari kesalahan.
Sahabat Alkitab, dari perjalanan bangsa Yehuda kita belajar untuk menjadi pribadi-pribadi yang reflektif serta terbuka pada pengajaran-Nya. Kesalahan pasti kita lakukan, tetapi di saat yang sama kita harus ingat untuk berbalik kepada-Nya. Secara naluriah sebenarnya kita bisa membedakan apa yang benar dan salah, tetapi kesombongan kitalah yang membuat penilaian kita akan sesuatu menjadi kabur. Marilah kembali kepada jalan yang benar. Tinggalkan segala sesuatu yang mendukakan hati-Nya. Sebagaimana Firman Tuhan menyatakan, bahwa Tuhan memang Maha Pengampun, tetapi Ia juga sosok yang adil.