Semua orang pernah berada dalam titik terberat dalam kehidupannya. Dari situasi tersebut tentu saja pertolongan dan kelepasan dari Tuhan menjadi dambaan kita. Seringkali pengharapan tersebut diimajinasikan seperti Tuhan datang menghampiri kita. Ia mengulurkan tangan-Nya dan kita menyambutnya dengan penuh sukacita. Dari manakah asalnya imajinasi ini? Mungkin berasal dari pengharapan khas iman kristen dimana kelepasan Tuhan tidak hanya terjadi pada satu titik di masa depan, melainkan sesuatu yang telah dikerjakan Allah di masa mendatang dan kitalah yang ditarik menghampiri-Nya. Pembebasan menjadi sebuah keniscayaan.
Keyakinan inilah yang bergema dengan kuat dalam teks yang kita baca. Bangsa Yehuda di pembuangan menyambut kedatangan Tuhan Sang Penyelamat. Penyambutan itu bersifat kosmik, tidak hanya umat manusia yang terlibat melainkan seluruh unsur alam semesta bergejolak menyambut kedatangan-Nya. Kedatangan-Nya identik dengan kekuatan Maha Dahsyat yang tidak terbendung oleh apapun juga. Sang Khalik hadir bagai Panglima Perang yang berulang kali membawa kemenangan dan kejayaan pada umat-Nya yang setia. Ia juga menjadi hakim yang adil, bagi orang-orang yang bersalah penghukuman akan dijatuhkan. Sementara mereka yang tertindas dan tidak bisa melihat terang akan dicelikkan-Nya. Tuhan sendiri yang membuat gelap menjadi terang. Mereka yang memilih untuk menyerahkan hidupnya pada dewa-dewa melalui patung-patung buatan tangannya akan berbalik ke belakang dan mendapat malu.
Syair yang dituliskan oleh Yesaya tersebut menegaskan bahwa tidak ada yang dapat lari dari keadilan-Nya dan seberapapun terpuruknya merek yang setia kepada Tuhan pasti akan merasakan gegap gempita tindakan penyelamatan Tuhan. Maka bagi kita saat ini sudah lebih dari cukup alasan-alasan untuk bangkit dari keterpurukan serta melayakkan diri untuk menyambut pertolongan Tuhan. Sehingga saat tanda-tanda pertolongan Tuhan sudah tiba, kita dapat dengan sigap menyambut pertolongan-Nya. Seringkali kitalah yang tidak mampu melihat pertolongan-Nya karena tenggelam dalam keputusasaan dan ketidakberdayaan hasil dari pemikiran kita sendiri. Semoga Tuhan menolong kita senantiasa.