Pernahkah Anda melihat seorang anak yang mencoba membangun istana pasir di tepi pantai? Setiap kali istana itu hampir selesai, gelombang datang dan meruntuhkannya, atau mungkin ada anak lain yang dengan sengaja menginjaknya. Namun, anak itu tetap gigih, membangun lagi dengan tekun. Kisah ini mengingatkan kita pada perjuangan Nehemia dan bangsanya saat membangun tembok Yerusalem. Mereka tidak hanya menghadapi tantangan fisik, tetapi juga serangan mental berupa penghinaan dan ejekan. Dalam Nehemia 4, kita diajak merenungkan bagaimana iman dan ketekunan dapat menjadi benteng menghadapi gelombang penghinaan.
Sanbalat dan Tobia pertama kali muncul sebagai pihak yang terganggu dengan upaya Nehemia membantu orang-orang Yerusalem (Nehemia 2:10). Mereka menjadi simbol musuh yang berusaha meruntuhkan semangat umat Allah melalui ejekan dan penghinaan. Dalam Nehemia 4:1-3 diceritakan bahwa ketika mendengar pembangunan tembok kota, Sanbalat menjadi marah. Dengan nada sinis, ia berkata, “Apa yang sebenarnya dilakukan orang-orang Yahudi yang lemah ini?” Tobia menambahkan ejekan dengan mengatakan, “Sekalipun mereka membangun kembali, tetapi kalau seekor anjing hutan naik ke atasnya, robohlah tembok batu mereka”.
Penghinaan mereka bertujuan untuk meruntuhkan semangat para pekerja. Harus diakui bahwa para pekerja bukanlah ahli bangunan, dan bahan yang digunakan mungkin tidak sempurna. Namun satu hal yang dilupakan adalah penyertaan Allah atas umat-Nya. Di tengah gelombang penghinaan, Nehemia menunjukkan respons yang luar biasa. Ia tidak terjebak dalam perdebatan dengan musuhnya. Sebaliknya, ia membawa penghinaan itu kepada Allah, memohon keadilan-Nya (Nehemia 4:4-5). Bahkan, alih-alih terintimidasi, Nehemia dan para pekerja melanjutkan pembangunan dengan penuh semangat dan meningkatkan kewaspadaan dengan mengatur penjagaan siang dan malam (Nehemia 4:9). Ini menunjukkan bahwa iman harus berjalan beriringan dengan tindakan.
Sahabat Alkitab, bukanlah pengalaman bangsa Israel tersebut juga kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Terkadang saat mengerjakan suatu hal yang baik, ada saja hal-hal yang datang dan bermaksud merendahkan apa yang kita lakukan. Jika berfokus pada perkataan-perkataan yang tidak mengenakkan tersebut, mungkin tidak ada karya-karya baik yang dapat kita hasilkan. Maka, fokuslah kepada Allah yang telah mengaruniakan beragam talenta dan panggilan kepada masing-masing dari kita. Semoga hidup kita dapat dipersembahkan seutuhnya kepada Tuhan melalui segenap karya dan tindakan kita.