Banyak orang tentu menginginkan hidup yang nyaman. Tidak jarang seorang umat Tuhan juga memanjatkan banyak doa permohonan agar Tuhan memberikan kenyamanan hidup itu kepada dirinya. Apakah salah? Tidak, sejauh itu bukanlah menjadi fokus utama dari relasi iman yang sedang ia jalani bersama Tuhan.
Doa dan permohonan berkat dari Musa ini telah menampilkan kita sebuah kenyataan hidup yang tidak hanya berlaku bagi orang suku Lewi pada ribuan tahun yang lalu, melainkan juga dialami oleh seluruh umat Tuhan di berbagai zaman. Perkataan ini juga semestinya membuat kita tersadar bahwa ketaatan iman tidak serta-merta beriringan dengan kondisi hidup yang nyaman tanpa adanya pergumulan. Pengalaman hidup dari suku Lewi seperti yang tertera pada tulisan ini pun sudah cukup menggambarkan mengenai upaya hidup orang Lewi yang harus bersusah-payah dalam mempertahankan ketetapan ibadah sebagai umat Tuhan. Mereka tetap mengalami banyak tantangan dalam hidupnya yang semakin membuat ketaatan iman mereka menjadi berkualitas dan penuh makna, bukan justru sekadar formalitas belaka.
Sahabat Alkitab, kiranya permenungan firman pada hari ini dapat kita terima dengan kerendahan hati dan keberterimaan untuk menghadapi segala kondisi hidup yang ada. Memanglah tidak salah untuk memohonkan berkat Tuhan dan mengharapkan adanya perubahan hidup yang jauh lebih nyaman. Namun, kita juga perlu memahami bahwa itu semua bukanlah tujuan utama atau esensi dari ketaatan dalam hidup beriman kepada Tuhan. Selain itu, teks firman ini juga telah mengingatkan kita bahwa upaya beriman yang taat kepada Tuhan tidaklah serta-merta menghasilkan kondisi hidup yang tanpa tantangan. Justru, kehadiran pergumulan dalam hidup dapat membuat perjuangan ketaatan beriman menjadi semakin penuh nilai dan rasa yang melekatkan kita kepada Tuhan. Melalui dinamika hidup itu pula lah kita semakin menyadari betapa pentingnya kehadiran Tuhan, betapa kita tidak dapat melepaskan diri dari-Nya dan menyadari bahwa keinginan diri sendiri bukanlah yang paling utama di dalam relasi iman.