Kesetiaan merupakan salah satu kualitas karakter atau sikap yang berharga di dalam kehidupan kita. Hal tersebut tidak hanya terkait proses menjaga relasi dengan orang lain, melainkan terkait pula keteguhan di dalam memegang sebuah prinsip atau nilai tertentu. Kadangkala saat nilai atau prinsip itu dipegang teguh, maka tingkah laku dan kata-kata kita akan mengikuti prinsip yang kita pegang tersebut. Inilah yang hendak kita pelajari melalui firman Tuhan saat ini.
Tibalah Yehezkiel dibawa sebuah tempat untuk menaikkan kurban, serta dua kamar yang dikhususkan bagi para imam. Kamar menghadap ke selatan diperuntukkan bagi para imam yang bertugas di Bait Suci, sedangkan yang menghadap ke utara bagi para imam yang bertugas di mezbah. Selain menunjukkan informasi seputar lokas dan masing-masing fungsinya, Allah juga memberitahu Yehezkiel tentang siapa yang diizinkan untuk melayani di Bait Suci yang baru. Hanya para imam keturunan Zadok, dari bani Lewi, yang diizinkan untuk bertugas mempersiapkan dan mempersembahkan kurban. Jika kita tengok ke masa lalu, Zadok sendiri merupakan seorang imam pada masa kepemimpinan raja Daud. Ia adalah sosok setia yang membela Daud selama perang saudara berkecamuk di Israel. Ia dan keluarga menunjukkan kesetiaannya kepada Tuhan dan dinasti Daud. Pada masa kepemimpinan Salomo hingga masa pembuangan, keluarga Zadok tetap setia menjalankan perannya sebagai imam. Penglihatan Yehezkiel kali ini semakin mengokohkan peranan keluarga Zadok untuk melanjutkan tugasnya di Bait Suci. Keluarga-keluarga dari kaum Lewi lainnya mendapatkan tugas lain, seperti membersihkan dan membantu di Bait Suci, tetapi tidak mempersembahkan kurban (44: 10-14). Kesetiaan tersebut adalah bentuk dari keteguhan memegang perjanjian dengan Allah. Jadi ada kaitannya dengan laku spiritualitas yang dibangun, dikembangkan, dan diteruskan oleh Zadok beserta seluruh keturunannya.
Sahabat Alkitab, jika kesetiaan menjadi suatu yang langka dan berharga, maka bukankah sebuah kebahagiaan jika kita memiliki dan mempertahankannya? Apalagi jika kesetiaan itu terkait dengan relasi dengan Allah. Ia adalah Tuhan yang tidak pernah mengingkari janji-Nya, justru terkadang kitalah yang berbalik dari Tuhan. Proses untuk membangun kesetiaan kepada Tuhan memang tidaklah mudah, tetapi kita harus segera memulainya bahkan meneruskan nilai tersebut kepada generasi penerus, sebagaimana yang imam Zadok lakukan.