Keberadaan Allah dalam perjanjian Lama digambarkan sebagai sosok yang Maha Kudus, dengan demikian antara Ia dan ciptaan memiliki sebuah batas yang tak dapat dilampaui begitu saja oleh manusia. Namun hal tersebut tidak menghalangi cinta kasih Allah yang hendak menyapa umat-Nya. Perjumpaan Allah dan manusia dimungkinkan dan diperantarai dalam ritus peribadahan orang-orang Israel.
Saat Yehezkiel mendapatkan pesan dari Allah mengenai rumah Ibadah yang nanti akan dibangun oleh orang-orang yahudi, satu bagian dari bait suci itu yang tidak boleh terlewatkan adalah ruang maha kudus. Pada ayat yang baru saja kita baca dijelaskan begitu mendetail bagian-bagian bait suci. Ruang maha kudus tersebut hanya boleh dimasuki oleh imam besar setahun sekali pada hari raya Pendamaian. Imam memperantarai ritus kurban yang menjadi sarana pemulihan hubungan antara manusia dengan Allah. Sebelum memasuki ruang maha kudus, imam besar harus melakukan serangkaian ritus untuk menguduskan dirinya. Sehingga saat ibadah dilakukan dalam ruang maha kudus, ia betul-betul dapat menjembatani perjumpaan antara Allah dengan umat-Nya.
Sahabat Alkitab dari proses ritual di ruang maha kudus tersebut kita belajar akan kasih Allah yang senantiasa menyapa kehidupan umat-Nya melalui berbagai cara dalam kehidupan. Untuk itu marilah kita terbuka pada kasih dan penyertaan-Nya. Selain itu dalam setiap ibadah yang kita hadiri kiranya kita juga dapat dengan serius mengikuti-Nya, karena bisa jadi pada momen itulah Allah berkenan untuk menyapa umat-Nya.