Fanny Crosby, Pengarang Ribuan Lagu Pujian
Seorang wartawan sedang mengadakan wawancara dengan seorang wanita tua. Wanita tua itu telah mengarang hampir 9000 nyanyian pujian. Sesaat sebelum hari ulang tahunnya yang ke-93, ia diwawancarai, agar wartawan itu dapat memuat riwayat hidupnya dalam sebuah majalah Kristen.
Wanita tua itu mengatakan,”Bagi saya yang paling berharga adalah memiliki Alkitab yang tersedia di dekat saya, yang siap dipakai. Alkitab tersebut memberi inspirasi saya dalam menulis pujian, dan juga dalam seluruh hidup saya.”
Cerita Alkitab dalam Nyanyian
Ada sebuah kisah dari Injil Lukas, yang menceritakan demikian:”seorang buta duduk di pinggir jalan dan mengemis. Waktu orang itu mendengar orang banyak lewat, ia bertanya: ‘Apa itu?’ Kata orang kepadanya: Yesus orang Nasaret lewat.’ Lalu ia berseru: ‘Yesus, anak Daud, kasihanilah aku!” Dan Yesus pun singgah kepada orang buta itu dan menyembuhkannya. (Lukas 18:35-43).
Cerita Alkitab yang indah tersebut berkumandang dalam ingatan sang pengaran pada saat ia menulis lirik pujian:
Mampirlah dengar doaku
Yesus Penebus
Orang lain Kau hampiri
Jangan jalan terus
Yesus Tuhan, dengar doaku
Orang lain Kau hampiri
Jangan jalan terus
Siapakah wanita tua pengarang lagu pujian tersebut? Dalam wawancara tersebut, wanita tua itu menegaskan: “Sebenarnya saya tidak cacat. Apa artinya kehilangan salah satu pancaindera, jika hal itu menolong saya mendapatkan sekian banyak kesempatan? Segenap hidup saya mungkin tidak berguna, andaikata saya tidak buta.”
“Kasihan Gadis Cilik Buta Ini!”
Nama selengkapnya adalah Frances Jane Crosby. Fanny Crosby lahir dengan orang tua miskin, John dan Mercy Crosby pada 24 Maret 1820. Sesuai dengan kebiasaan orang Amerika, gadis kecil itu diberikan nama panggilan “Fanny”. Ketika Fanny berumur enam minggu, ia menderita sakit mata. Seorang dokter memberikan pengobatan yang salah, dan sebagai akibatnya bayi itu menjadi buta. Ketika Fanny berumur setahun, ayahya meninggal. Rupanya hidup akan menjadi serba sulit untuk gadis kecil ini.
Ketika Fanny berumur lima tahun, tetangga-tetangganya mengumpulkan dana untuk mengirimkan Fanny kepada seorang dokter spesialis mata. Ibunya membawa anak itu ke kota besar New York. Tetapi dokter mata yang ternama itu pun tidak dapat berbuat apa-apa. Sewaktu Fanny diantar keluar dari ruang pemeriksaan, pendengaran Fanny yang tajam mendengar dokter itu berbisik,”Ah, kasihan sekali gadis cilik yang buta ini!” Pasti dokter itu tidak pernah membayangkan, betapa indah, bahagia dan bergunanya hidup si “gadis cilik buta” itu kelak.
Mulai Dikenal
Fanny menhabiskan sebagian masa kecilnya berjuang menahan olok-olok dari anak-anak sebanyanya. Beruntung, sang nenek—ia seorang penganut Kristiani yang taat—mengajarnya untuk berdoa dan menyerahkan segala keluh-kesahnya pada Tuhan. “Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada Tuhan melalui doa,”demikian sang nenek menghibur dan menguatkan Fanny.
Walau mata Fanny buta, namun telinga dan pikirannya tajam sekali. Pada umur delapan tahun ia sudah mulai menulis syair. Ia mendengarkan dengan cermat sekali siapa pun yang rela membacakan Alkitab baginya. Ia pun mengembangkan ingatannya, sehingga pada umur sepuluh tahun, Fanny sudah dapat menghafalkan kelima kitab pertama dalam Perjanjian Lama, dan keempat Kitab Injil dalam Perjanjian Baru!
Ketika Fanny Crosby berusia 15 tahun, ia diperbolehkan pindah ke New York dan masuk sebuah sekolah khusus untuk anak-anak tunanetra (New York Institute for the Blind). Di situ ia menjadi murid teladan, sehingga sepuluh tahun kemudia ia diminta menjadi guru di sekolah itu.
Pada tahun-tahun selama Fanny Crosby mengajar anak-anak buta di New York ia banyak berjumpa dan berkenalan dengan orang-orang tersohor. Dialah wanita pertama yang diizinkan berpidato di depan Kongres (DPR), di ibukota Washington DC. Fanny pun menjadi teman dari beberapa Presiden Amerika Serikat, mulai dari James K. Polk hingga Grover Cleveland.
Fanny pun mulai dikenal sebagai pengarang yang ternama. Ia mengubah banyak lagu populer yang diterbitkan dan dinyanyikan di seluruh Amerika. Pada tahun 1858, ia menikah dengan Alexander van Alstyne, seorang pria tunanetra dari Sekolah Luar Biasa di New York itu. Sesuadah pernikahannya Fanny hendak mencantumkan nama pada karangannya sebagai “Ny. Van Alstyne”. Tetapi suaminya menasihati Fanny dan mengatakan bahwa namanya yang dahulu sudah cukup terkenal, dan sebaiknya dipakai terus. Maka Fanny menerima nasihat suaminya itu. Tetapi ia pun memakai tak kurang dari 200 nama samara dalam karyanya. Rupa-rupanya ia tidak ingin dikenal sebagai pengarang banyak lagu!
Haluan Hidup Baru
Suatu hari di sekitar tahun 1864, Fanny bertemu dengan William W. Bradbury. Ia adalah seorang ahli musik yang terkenal. Ia memberi saran kepada Fanny Crosby demikian,’’ Tuhan sudah mengaruniakan bakat yang luar biasa kepada ibu. Bukankah lebih baik jika ibu menggunakan bakat itu untuk menulis nyanyian bagi Tuhan?”
Fanny Crosby menerima dengan baik usul itu. Segeralah ia mulai mengarang nyanyian rohaninya yang pertama. Selama sisa hidupnya yang panjang sekali, ia tidak pernah lagi mengarang lagu-lagu pop. Sebaliknya, ia mengarang hampir 9000 nyanyian pujian!
Sebagai pengarang Kristen, wanita buta yang penuh bakat itu menjadi lebih dikenal dari sebelumnya. Kebanyakan nyanyian populernya kini telah dilupakan orang. Namun banyak lagu rohani dari antara yang ribuan itu masih tetap dinyanyikan orang Kristen di seluruh dunia hingga hari ini.
Pengurus Pabrik Merangkap Musikus
Pada tahun 1868, empat tahun setelah ia mulai mengarang lagu-lagu rohani, Fanny menulis salah satu nyanyiannya yang dikenal hingga hari ini: Mampirlah Dengar Doaku (Pass Me Not, O Gentle Saviour). Lagu ini dikenal dan menjadi salah satu pujian umat Kristen di mana-mana, ialah karena melodinya. Not-not dalam lagu tersebut, seolah-olah memohon, membujuk dengan sangat agar Tuhan Yesus memperhatikan dan menolong orang yang sedang menyanyi. Pengarang lagunya WIliam Howard Doane; ia dilahirkan pada tahun 1832 dan meninggal pada 1915. Anehnya, ia sebenarnya bukan ahli music, melainkan pengurus sebuah pabrik besar di Cincinnati, negara bagian Ohio, Amerika Serikat. Pak Doane merupakan sahabat baik Fanny Crosby. Banyak sekali syair karangan Fanny yang musiknya dilengkapi oleh pengurus pabrik itu. Uniknya, tak jarang Bapak Doane lebih dulu mengarang lagu-lagunya, dan baru kemudian meminta Fanny menuliskan syairnya!
Dihidupkan Kembali Billy Graham
Tidak semua dari ribuan karya Fanny Crosby yang masih diingat orang. Kata seorang penulis, tidak semuanya bermutu tinggi. Ada pula sebuah lagu karya Fanny yang sudah lama dilupakan, mendadak kembali terkenal, setelah dihidupkan kembali dalam kampanye kebangunan rohani Billy Graham pada pertengahan abad ke-20. Judulnya Ku Berbahagia, Yakin Teguh (Blessed Assurance).
Syair Blessed Assurance ditulis Fanny, sementara melodinya dibuat oleh Phoebe Palmer Knap. Keluarga Phoebe Knap sejak lama dikenal merupakan sahabat karib Fanny Crosby. Phoebe memanggil Fanny dengan sebutan akrab “Bibi Fanny”.
Makna Hidup di Tengah Penderitaan
Fanny Crosby sering menghadiri kebaktian-kebaktian di gereja dan berbagai acara kebangunan rohani. Ia senang mendengar orang-orang lain menyanyikan karangannya. Setiap mendengarkan khotbah dan pembacaan Alkitab, timbul dalam pikirannya ide-ide untuk menuliskan lagu yang baru.
Di Amerika Serikat, Fanny J. Crosby dikenang orang sebagai Queen of Gospel Writer—Ratu Penulis Lagu-lagu Pujian, yang karyanya diadaptasi sebagai lirik oleh banyak composer ternama masa itu, seperti Wm. B. Bradburry, J.R. Sweeney, William H. Doane, W.J. Kirkpatrick1, termasuk suaminya sendiri Alex. Van Alstyne. Karya-karya Fanny telah diterjemahkan ke berbagai bahasa dan masih dinyanyikan jutaan umat Kristiani di seluruh dunia hingga saat ini; beberapa yang paling terkenal yaitu: Pass Me Not, O Gentle Savior (“Mampirlah Dengar Doaku”), All The Way My Savior Leads Me (“Di Jalanku Ku Diiring”), I Must Have The Savior With Me (“Kuperlukan Juru’Slamat”), dan Blessed Assurance (“Kuberbahagia Yakin Teguh”).
Banyak orang dengan kekurangan fisik atau sarana prasarana kemudian mengeluh dan putus asa, patah semangat, dan kehilangan semangat hidup. Ada yang kehilangan rasa syukur dan bahkan sampai menyalahkan Tuhan atas nasib yang dialami. Di tengah segala keterbatasannya, Fanny J. Crosby justru menemukan makna hidup. Ia senantiasa melihat kehidupan dan keberadaannya sebagai berkat yang perlu disyukuri. Bahkan ketika putri satu-satunya meninggal tak lama setelah dilahirkan, Fanny masih mampu menulis sebuah sajak yang kelak dikenal sebagai lagu rohani berjudul Safe in the Arms of Jesus (“Selamat di Tangan Yesus”). Syair lagunya berisi kelegaan karena jiwa anaknya kini telah berada di surga bersama Sang Pencipta.
Hidup Fanny selalu dipenuhi dengan ucapan syukur. Bahkan kebutaannya pun ia syukuri, “Tampaknya adalah suatu anugerah Tuhan bahwa aku harus buta seumur hidup, dan aku berterima kasih untuk hal ini. Jika kesempurnaan penglihatan duniawi ini ditawarkan kepadaku besok, aku tidak akan menerimanya. Aku mungkin tidak akan bisa menyanyikan himne untuk memuji Tuhan, jika aku telah tertarik pada hal-hal yang indah dan menarik di sekitarku.”
Fanny Crosby meninggal pada 12 Februari 1915, dalam usia 94 tahun. Lagu-lagunya hingga hari ini memberkati dan menjadi inspirasi banyak orang. Banyak orang yang mengenal Yesus melalui lirik-lirik ciptaannya. Di batu nisannya, tertulis kalimat singkat yang sungguh meneguhkan persembahan hidupnya yang tak mengenal lelah, “Bibi Fanny, yang telah melakukan apa yang ia mampu lakukan.”
Sumber pustaka
H.L. Cermat. Riwayat Lagu Pilihan dari Nyanyian Pujian Jilid 2. 1983. Lembaga Literatur Baptis. Bandung.
www. abbaloveministries.org. Fanny Crosby : Pancaran Keindahan Kasih yang Bercahaya Menembus Kegelapan.abbaloveministries.org
https://pijarpsikologi.org/blog/fanny-j-crosby-spiritualitas-dalam-disabilitas