Orang yang memiliki impian akan menghabiskan seluruh hidupnya mengejar impiannya dan menyerahkan nyawanya bagi impian tersebut. Namanya ialah Pdt. Martin Luther King, Jr., dan impiannya adalah bahwa “keempat anak saya yang masih kecil pada satu hari akan hidup di dalam suatu bangsa, di mana mereka tidak akan dinilai dari warna kulit mereka, tetapi dari karakter yang mereka miliki….”Pidatonya tersebut mengguncang Amerika.
Martin Luther King terinspirasi oleh pidato Abraham Lincoln di Gettysburg pada 1863, yang menekankan kesetaraan dan kemerdekaan, King menekankan bahwa kondisi kulit hitam tak mengalami perubahan setelah Amerika berjalan selama satu abad semenjak Perang Sipil berakhir. Rasisme masih menjadi masalah akut di Amerika Serikat. Orang kulit hitam rentan dikriminalisasi.
Sejarah diskriminasi Amerika tak bisa dilepaskan dari perbudakan dan Perang Sipil yang meletus pada 1861 sampai 1865. Perang itu melibatkan wilayah selatan dan utara, Union melawan Konfederasi, antara pihak yang menolak perbudakan dan memberlakukan perbudakan. Wilayah Selatan yang mendukung perbudakan kalah, tetapi memberlakukan segregasi ketat di berbagai fasilitas publik, mulai dari pendidikan, transportasi umum, hingga toilet. Orang kulit putih dan kulit berwarna (termasuk kulit hitam) dilarang: memakai toilet yang sama, duduk ke kelas yang sama di angkutan umum, bahkan minum di tempat yang sama. Lebih dari itu, di wilayah selatan, orang kulit hitam dan berwarna tak punya hak untuk mencoblos dalam pemilu.
Martin Luther King, Jr. lahir pada 15 Januari 1929 di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, dalam keluarga pendeta Baptis. Keluarganya membesarkan King dengan konsep “memperlakukan semua orang dengan baik” dan menolak bentuk diskriminasi rasial. Georgia, tempat kelahiran King, merupakan negara bagian pendukung perbudakan pada era Perang Sipil. Martin King menjalani pendidikannya di Morehouse College dan Crozer Theological Seminary. Dia meraih gelar Ph.D dari Boston University. Pada tahun 1954 ia menjadi pendeta Gereja Baptis Dexter Avenue di Montgomery, Alabama.
Satu tahun kemudian, peristiwa yang dialami seorang wanita tua berkulit hitam, Ny. Rosa Parks, mengubah langkah kehidupan King. Kala itu, Ny. Rosa Parks, naik bus umum. Menurut aturan, orang-orang kulit hitam diharuskan menumpang di bagian belakang bus umum. Namun, Rosa duduk di bagian depan, karena semua tempat duduk di belakang telah terisi. Maka Rosa Parks ditangkap karena dianggap melanggar undang-undang pemisahan ras (segregation law).
Marthin Luther King, Jr. mendukungnya dengan memimpin boikot pada sistem bus di Montgomery. Sebenarnya orang-orang kulit hitamlah penumpang terbanyak dari angkutan bus tersebut, dan mereka diperlakukan tidak adil. Maka orang-orang kulit hitam pun menolak naik bus selama diskriminasi masih berlanjut. Mereka merasa “lebih terhormat berjalan kaki dari pada menumpang bus dengan kehinaan”.
Boikot mereka berlangsung sampai satu tahun lamanya, namun akhirnya orang-orang kulit hitam menang, dan dengan kemenangan itu Dr. Marthin Luthter King, Jr. terdorong untuk terlibat dalam perjuangan hak-hak sipil orang-orang Amerika.
Terpengaruh dengan perjuangan tanpa kekerasan Mahatma Gandhi, King dan yang lain memprotes,”Kami akan mengimbangi kapasitas Anda yang menyebabkan kesengsaraan….Perbuatlah kepada kami apa yang Anda inginkan dan kami akan terus-menerus mengasihi Anda,”demikian pernyataan King merespos penyerang-penyerangnya. Mengikuti jejak Yesus, ia menyerukan,”Yesus menegaskan dari kayu salib sebuah hukum yang lebih tinggi. Ia tahu bahwa filsafat kuno –mata ganti mata- akan membuat semua orang buta. Ia tidak berupaya mengatasi kejahatan dengan kejahatan. Ia mengatasi kejahatan dengan kebaikan. Meskipun disalibkan karena kebencian, Ia menanggapinya dengan kasih yang mulia dan agung.”
Para hamba Tuhan kemudian membentuk dan menyatukan diri dalam Southern Christian Leadership Conference (Konferensi Pemimpin Kristen Wilayah Selatan) di mana Martin Luther King, Jr. dipilih sebagai ketuanya. King berkampanye di kota-kota bagian selatan: Jackson, Selma, Meridian dan Birmingham. Namun, pengaruhnya meluas lebih jauh ketika ia memimpin serangan-serangan terhadap ketidakadilan sosial di kota-kota bagian utara.
Sekelomok pendeta Protestan kulit hitam terdekat, termasuk Jesse Jackson, mendukung King, dan orang-orang kulit putih, Katolik serta Yahudi tidak lama kemudian bergabung dalam barisannya. Metode-metode tanpa kekerasan mengahadapi serangan selang, pentungan, anjing dan pemukulan. Meskipun banyak orang Kristen yang mendukungnya, beberapa lawan King yang paling vokal pun menyebut dan memanfaatkan nama Kristus.
Pada musim semi 1963, King ditangkap karena memimpin gerakan protes di Birmingham, Alabama. Para rohaniwan di Atlanta mengkritiknya karena meninggalkan gerejanya di Montgomery. “Apa haknya terlibat di tempat lain, di mana dia bukan warganya?”tanya mereka.
Dalam “Surat dari Penjara Birmingham”, King memberikan tanggapan bahwa “ketidakadilan di manapun mengancam keadilan”. Bagi mereka yang ada di luar “panah pemisah yang menyengat” dan yang menasihati dia untuk menunggu, ia menjawab:”…Bila Anda disiksa pada siang hari dan dihantui pada malam hari karena Anda seorang Negro, senantiasa hidup dalam kecemasan, tanpa sepenuhnya mengetahui apa yang harus diharapkan berikutnya, dan jika digerogoti ketakutan di dalam hati dan amarah di luar; jika Anda senantiasa bergumul dengan perasaan yang terus memburuk bahwa Anda “bukan apa-apa”- barulah Anda akan mengerti mengapa kami tidak sabar menunggu.”
Gerakan protes atas Washington pada tahun 1963 merupakan salah satu peristiwa paling penting dalam sejarah perjuangan hak sipil karena pengaruhnya telah berjasa bagi lahirnya Undang-undang Hak Sipil pada tahun 1964 dan Undang-undang Hak Pilih pada tahun 1965. Pada gerakan protes tersebut, Martin Luther King Jr. menampilkan impiannya:
“Saya bermimpi bahwa keempat anak saya yang masih kecil pada suatu hari akan hidup di dalam suatu bangsa, di mana mereka tidak akan dinilai dari warna kulit mereka teapi dari kandungan karakternya…Dengan iman ini kami dapat menetak sebuah batu harapan dari gunung keputusasaan. Dengan iman ini kami dapat mengubah suara-suara tidak harmonis di negeri kita menjadi simfoni persaudaraan yang indah. Dengan keyakinan ini kita dapat bekerja sama, berdoa bersama dengan kesadaran bahwa kita akan bebas pada suatu hari kelak.”
Pada tahun 1964, King menerima hadiah Nobel Perdamaian, suatu penghargaan yang mewujudkan sebagian impian itu. King pergi ke Memphis, Tennessee, untuk mendukung pemogokan para pekerja pengangkut sampah pada tahun 1968. Pada tanggal 4 April, ketika ia sedang berdiri di lorong lantai dua di motelnya di Mulberry Street, bercakap-cakap dengan rekan-rekannya, ia ditembak seorang pendukung supremasi kulit putih, James Earl Ray. Peluru itu merenggut nyawanya, tetapi tidak impian dan semangatnya. Kematiannya malahan semakin membakar semangat warga Amerika di berbagai tempat untuk melawan ketidakadilan.
Sebagai tanggapan atas keberanian dan kesaksian yang merupakan tekad rohaniwan ini, hari Senin ketiga bulan Januari ditetapkan sebagai Hari Martin Luther King. Dialah satu-satunya rohaniwan Amerika yang namanya dicantumkan pada kalender sebagai penghormatan.
Dikutip dari: 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen. Keneth Curtis, Stephen Lang, Randy Petersen. BPK Gunung Mulia.