Charles Wesley, Sang Pengarang “Kristus Bangkit Soraklah”

Berita | 6 April 2023

Charles Wesley, Sang Pengarang “Kristus Bangkit Soraklah”


 

Pada masa sekarang, jika seorang pengarang lagu mampu mengarang 65 lagu pujian sepanjang masa karyanya dianggap luar biasa. Pasti lebih luar biasa seorang yang mampu mengarang 650 lagu seumur hidup. Bagaimana jika seorang mampu menghasilkan 6500 nyanyian pujian? Sukar dipercaya, namun Charles Wesley telah melakukannya.  

Salah satu lagu pujiannya yang terkenal adalah “Kristus Bangkit Soraklah” (Kidung Jemaat 188). Setiap tahunnya pada hari Paskah, umat Kristen berkumpul untuk memuji Tuhan Yesus yang sudah bangkit. Mungkin tidak ada nyanyian pujian yang lebih sering terdengar pada saat-saat gembira tersebut dibandingkan lagu lagu “Kristus Bangkit Soraklah”.

“Haleluya! Haleluya!” berkali-kali dinyanyikan sepanjang lagu. Artinya: “Puji Tuhan! Puji Tuhan!”

Anehnya….pengarang “Lagu Pujian Hari Paskah” itu sendiri belum pernah mendengar kata “Haleluya!” dalam lagunya itu. Bagaimana terjadinya, sehingga pengarangnya sendiri tidak tahu tentang “Haleluya!” dalam karangannya? Berikut sepenggal kisah tentang Charles Wesley. 

Putra Seorang Pendeta

Charles Wesley lahir di Inggris pada tahun 1707. Ayahnya seorang pendeta, Charles merupakan anak yang ke-18 dalam keluarganya. Tidak mengherankan bahwa keluarga yang memiliki sedemikian banyak anak hidupnya agak berkekurangan. 

Tentu saja setiap harinya, Bu Wesley, yang harus mengasuh belasan anak dan mendampingi pelayanan suaminya amat sibuk. Namun, ia mengajar dan melatih setiap anak-anak dengan tekun dan cermat. Misalnya: Tiap anak dalam keluarga Wesley dibimbing untuk belajar bicara dengan mengulangi Doa Bapa Kami. Tiap anak keluarga Wesley mulai belajar membaca tepat pada hari ulang tahunnya yang kelima, tidak boleh satu hari sebelumnya atau satu hari sesudahnya. Kata-kata pertama yang mula-mula dibaca setiap anak keluarga Wesley adalah Kejadian 1:1, yaitu kalimat pertama dalam Alkitab.

Bu Wesley adalah seorang guru anak-anak yang pandai. Ia tahu bahwa murid-muridnya akan cepat bosan kalau mereka disuruh membaca dan menghafal saja. Maka jam pelajaran dalam rumah tangga Wesley tiap harinya dimulai dan ditutup dengan nyanyian. Tentu saja nyanyian itu pun memiliki manfaat rohani, karena sebagian besar kata-katanya diambil dari Kitab Mazmur. 

Kedua hal itu, Kitab Suci dan Kidung Rohani, seumur hidup berpengaruh dalam perjalanan iman Charles Wesley. Di kemudian hari, ketika ia sudah mulai mengarang nyanyian pujian, ia sering memasukkan dalam syairnya kutipan dari ayat-ayat Alkitab dan istilah yang berdasarkan Alkitab. Pernah dikatakan bahwa ia berhasil menulis ribuan nyanyian pujian berdasarkan 61 dari 66 Kitab dalam Alkitab!

Pada umur sembilan tahun Charles Wesley berkesempatan memasuki sebuah sekolah yang baik. Kepala sekolahnya adalah kakak sulungnya, yang juga menjadi pendeta. Namun, kehidupan di sekolah itu sulit. Pelajarannya sungguh berat, dan semuanya harus dibawakan dalam bahasa Latin. Bahkan Si Charles harus bercakap-cakap dengan kawan-kawannya dalam bahasa kuno itu. Ada beberapa murid sekolah yang kejam dan suka berkelahi; pernah Charles Wesley membela seorang anak kecil yang mau dipukuli oleh mereka. 

Setelah Charles menjadi pemuda, ia masuk universitas dengan kakaknya John Wesley. Mereka membentuk semacam perkumpulan mahasiswa yang belajar Alkitab dan berdoa bersama-sama. Mereka pun berusaha. Mereka pun bergerak untuk menolong anak-anak gelandangan di daerah miskin di kota tempat perguruan tinggi mereka berada. 

Pengalaman Rohani

Ketika kedua Wesley bersaudara masih muda, mereka berlayar ke daerah jajahan Inggris di Amerika Utara. Di kapal mereka berjumpa dengan beberapa orang Jerman yang sedang mengungsi ke Amerika demi kebebasan beragama. Rupa-rupanya orang-orang Kristen di Jerman itu beriman teguh kepada Tuhan. Charles Wesley mulai merasakan bahwa ada sesuatu yang masih kurang dalam pengalaman rohaninya sendiri. 

Setelah kedua Wesley bersaudara itu tinggal beberapa waktu di Amerika, mereka kembali ke Inggris. Di kota London mereka mencari sebuah gereja Moravian, yaitu aliran Kristen  orang-orang Jerman yang telah mereka temui pada waktu naik kapal. Insaflah mereka sekarang bahwa segala pendidikan rohani yang telah mereka terima dulu belum memadai demi keselamatan, karena mereka belum pernah secara pribadi menyerahkan diri secara penuh kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat mereka. 

Pada 21 Mei 1738, Charles Wesley secara pribadi sungguh-sungguh percaya dan menyerahkan dirinya kepada Kristus. Tiga hari kemudian, kakaknya John Wesley juga melakukan hal yang sama. Mulai suatu babak baru dalam kehidupan mereka. Nantinya mereka menjadi pendiri dan pemimpin Gereja Methodis di Inggris. 

Banyak Sekali Lagu

Tindakan Charles Wesley yang pertama-tama sebagai orang Kristen yang sudah dilahirkan kembali ialah mengarang sebuah lagu rohani. Sekah hari itu sampai hari kematiannya lima puluh tahun kemudian, ia tidak pernah berhenti menulis nyanyian pujian. 

Ketia ia jatuh cinta kepada seorang wanita yang kemudian menjadi istrinya,  ia menulis surat-surat cinta dalam bentuk nyanyian rohani. Ia sempat menulis sebuah lagu pada hari pernikahannya, dan yang luar biasa ia juga sempat menulis sebuah lagu pada hari kematiannya.   

Kalau ada orang yang mengarang sebanyak 65 lagu, kita menganggapnya suatu jumlah yang besar bukan? Bagaimanakah kalau ada orang yang mengarang sebanyak 650 lagu pujian? Hanya sedikit orang sepanjang sejarah yang pernah mencapai prestasi yang demikian, seperti misalnya Isaac Watts.

Akan tetapi…bagaimanakah kalau ada orang yang mengarang sebanyak 6.500 lagu? Pastilah sukar untuk dipercaya, tetapi betul demikian: Selamat setengah abad Charles Wesley giat sekali sebagai pendeta dan penginjil, namun ia pun mengarang sebanyak 6.500 nyanyian pujian!

Dalam masa pelayanannya, Charles Wesley sering bepergian dengan naik kuda. Pada suatu hari ia terjatuh dari kuda yang dinaikinya. Dalam buku hariannya, Charles menceritakan peristiwa tersebut:
“Teman-teman seperjalanan mengira bahwa leher saya patah. Tetapi ternyata hanya kaki saya yang mengalami luka-luka kecil, tangan saya terkilir, dan kepala saya pening. Ini menyebabkan saya mengalami gangguan: Saya tidak sanggup untuk menulis nyanyian rohani lagi….sampai keesokan harinya!”

Jatuh dari kuda ternyata hanya menghentikan kreativitas Charles selama satu malam. Bahkan ketika umurnya sudah mencapai delapan puluhan, Charles Wesley masih tetap mengarang lagu-lagu rohani. Tiap hari ia menunggangi seekor kuda kecil yang juga sudah tua, sehingga bulu kuda yang tadinya hitam sudah berubah menjadi abu-abu. Walau cuaca panas, Charles Wesley biasa memakai pakaian tebal pada waktu keluar naik kuda. Sambil berjalan, ia terus memikirkan ide-ide baru untuk penulisan lagu rohani. 

Kadang-kadang ia membawa sehelai kartu kosong dalam sakunya, agar ia segera dapat mencatat ilham yang diterimanya dalam perjalanan. Tetapi kadang-kadang kartu itu tidak cukup untuk memuat catatannya. Sering tiap kali pulang dari pelayanan, ia membiarkan si kuda begitu saja di halaman rumah, sementara ia buru-buru berlari masuk rumah sambil berseru: “Pena dan tinta!” Hai, cepat! Mana pena dan tinta!” Setelah seorang anggota keluarganya membawakan apa yang diminta, dan setelah Charles selesai mencatat syair baru yang memenuhi pikirannya, barulah ia memberi salam dengan ramah kepada seisi rumahnya. 

Hasil karyanya yang terakhir memang dikarang tepat pada hari kematiannya, yaitu pada tahun 1788. Walau ia sudah tidak kuat menulis, namun ia masih sempat mendiktekan isi syair pujian kepada istrinya.

Riwayat Lagu yang Aneh

Charles Wesley mengarang “Kristus Bangkit Soraklah” tepat satu tahun setelah dirinya dan kakaknya, John, bertobat dan percaya, yaitu pada tahun 1739. Selama dua abad lebih, umat Kristen di seluruh dunia telah menjunjung tinggi lagu karangannya tersebut sebagai suatu lagu pilihan. Sama seperti hasil karya Charles Wesley yang lainnya, lagu Paskah tersebut juga mengutip dari isi Alkitab. Ide syairnya diperoleh dari 1 Korintus 15: 55. 

Banyak orang Kristen di seluruh dunia menyukai lagu Paskah tersebut karena musiknya menggerakkan hati, dank arena seruan “Haleluya!” pada akhir tiap-tiap baris. Namun Charles Wesley sendiri tidak menulis kata-kata “Haleluya!” itu, dan mungkin belum pernah mendengar lagunya yang kini terkenal. Bagaimana sampai dapat terjadi hal yang sedemikian anehnya? 

Salah satu sebabnya, karena John Wesley, yang merupakan editor sebagian besar syair pujian karangan Charles Wesley tidak jadi memasukkan lagu Paskah tersebut ke dalam buku koleksi hasil karya Charles Wesley yang disusunnya. Syair yang indah itu rupaya dilupakan begitu saja. 

Bertahun-tahun kemudian, seorang redaktur buku nyanyian yang lain (nama orang itu tidak dikenal) menemukan syair Paskah Charles Wesley, dan ia sangat menyukainya. Timbullah gagasan dalam benak redaktur itu, untuk mencocokkan syair Paskah penemuannya dengan sebuah lagu kuno. 

Melodi yang bersifat gembira itu mula-mula diterbitkan dalam suatu kumpulan nyanyian rohani lama yang terbit pada tahun 1708. Judul buku itu adalah Lyra Davidica (Kecapi Daud). Nama komponisnya tidak disebut-sebut. 

Tetapi ada satu persoalan, ketika syair karangan Charles Wesley itu akan dijodohkan dengan melodi  dari buku kuno Lyra Davidica itu. Kata-kata syairnya terlalu pendek sehingga tidak cocok dengan not-notnya. Maka redaktur buku nyanyian itu menambahkan kata “Haleluya!” pada akhir tiap-tiap baris. 

Demikianlah, melalui suatu proses yang sedikit berbelit-belit,  lagu pujian Hari Paskah karya Charles Wesley menerima bentuknya yang sekarang, dan dikidungkan dengan penuh sukacita oleh umat Kristen di seluruh dunia. Paling tidak setiap tahunnya umat Kristen di Indonesia dan seluruh dunia mengumandangkan lagu indah tersebut, sebagai pujian kepada Tuhan Yesus, yang sudah bangkit, naik ke sorga dan hidup selama-lamanya. 

 

Dikutip dari: Riwayat Lagu Pilihan dari Nyanyian Pujian Jilid 1. H.L. Cermat. Lembaga Literatur Baptis. 

Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia