Eksorsis, atau pengusiran roh jahat, adalah fenomena yang sering muncul dalam Alkitab dan masih menjadi topik menarik hingga saat ini. Dalam Perjanjian Baru, Yesus dan murid-murid-Nya beberapa kali mengusir roh jahat dari orang-orang yang dirasuki. Beberapa kisah eksorsis yang terkenal, misalnya, terdapat dalam Markus 9:14-29, ketika Yesus menyembuhkan seorang anak yang dirasuki roh jahat, dan dalam Kisah Para Rasul 16:16-18, ketika Paulus mengusir roh tenung dari seorang budak perempuan. Tetapi apakah kejadian seperti itu masih ada saat ini?
Meskipun pengusiran roh jahat atau eksorsis masih dilaporkan terjadi di masa kini, jumlahnya bisa dibilang tidak lagi signifikan. Saat ini, eksorsis sudah tidak menjadi fenomena umum seperti di zaman Alkitab atau pada awal perkembangan agama Kristen. Seiring perkembangan zaman, fenomena ini lebih jarang terjadi, dan alasannya dapat ditinjau dari berbagai perspektif:
Dulu, hampir setiap penyakit, terutama gangguan mental atau fisik yang sulit dipahami, dianggap berasal dari kuasa gelap. Masyarakat purba, termasuk dalam tradisi suku-suku tertentu, sering mengaitkan penyakit dengan roh-roh atau kekuatan gaib. Namun, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan dunia medis, banyak fenomena yang sebelumnya dianggap sebagai gangguan supernatural kini dapat dijelaskan melalui faktor medis dan psikologis. Sebagai contoh, gangguan mental seperti skizofrenia atau epilepsi, yang dahulu mungkin dianggap sebagai kerasukan, kini dapat dijelaskan secara ilmiah dan diobati dengan metode medis. Namun ada juga pandangan lain yang menarik tentang eksistensi kuasa gelap ini, ada yang berpendapat bahwa kemungkinan kuasa gelap telah mengubah strateginya. Di zaman dahulu, ketakutan terhadap roh-roh dan kuasa gelap begitu kuat sehingga banyak orang terjerumus dalam penyembahan berhala atau praktik yang bertentangan dengan iman mereka. Namun, seiring berkembangnya pengetahuan dan rasionalitas manusia, ketakutan terhadap hal-hal supernatural mulai berkurang. Oleh karena itu, mungkin iblis tidak lagi menggunakan taktik tersebut secara dominan, melainkan lebih fokus pada cara lain yang lebih efektif dalam menggoda manusia.
Jika eksorsis dan kerasukan roh jahat tidak lagi sering ditemui, bukan berarti pekerjaan kuasa gelap berhenti. Ada berbagai pendekatan lain yang masih digunakan untuk menyesatkan manusia, yang mungkin lebih halus dan sulit dideteksi. Misalnya, taktik menipu melalui pemikiran logis manusia seperti yang dilakukan oleh iblis dalam kisah Adam dan Hawa. Di Taman Eden, Hawa tergoda dengan cara yang sangat rasional, melalui dialog dan pertimbangan logis tentang buah pengetahuan yang dilarang (Kejadian 3). Strategi seperti ini tetap efektif hingga sekarang, di mana manusia sering tergoda untuk melupakan Tuhan atau mengejar hal-hal yang salah dengan pembenaran logis.
Dalam Galatia 5:19-23, Paulus membedakan antara perbuatan daging dan buah Roh. Perbuatan daging, seperti percabulan, iri hati, kemarahan, dan lain-lain, merupakan manifestasi sifat manusia yang dipengaruhi oleh kuasa gelap. Perbuatan ini sering kali menjadi alat untuk merusak relasi manusia dengan Tuhan dan sesamanya. Ketika manusia tergoda untuk berbuat dosa melalui hawa nafsu atau keinginan duniawi, mereka sesungguhnya sedang digoda oleh kuasa kegelapan.
Kuasa kegelapan juga sering mempengaruhi manusia melalui nilai-nilai buruk yang mereka tanamkan dalam karakter individu dan budaya, seperti cinta uang, iri hati, atau kebencian. Dalam Kisah Para Rasul 5:3-6, Ananias dan Safira terjerat cinta uang sehingga berbohong tentang hasil penjualan tanah mereka. 1 Samuel 19:9-10, mengisahkan tentang Saul yang dikuasai oleh kebencian dan iri hati, sehingga mencoba untuk membunuh Daud. Hal-hal seperti ini tetap relevan dan dapat ditemui hingga sekarang dalam bentuk korupsi, kebencian, dan perpecahan. Di era modern, kuasa gelap bekerja melalui cara-cara yang lebih sistematis dan terstruktur: Jika pada zaman Alkitab agen kuasa kegelapan memakai nabi-nabi palsu untuk menyesatkan umat, pada zaman ini agen kuasa kegelapan muncul dalam bentuk pengajar, influencer, atau pemimpin yang menyebarkan ajaran menyesatkan atau menanamkan nilai-nilai negatif. Ini menunjukkan bahwa iblis tidak selalu bekerja secara kasat mata, tetapi melalui orang-orang yang memiliki pengaruh besar dalam masyarakat.
Apakah Eksorsis Modern Masih Diperlukan?
Dengan berbagai bentuk dan cara kuasa gelap bekerja di era modern, pertanyaan muncul: apakah eksorsis masih diperlukan? Jawabannya mungkin “ya,” tetapi dengan pemahaman dan bentuk yang berbeda. Eksorsis tidak selalu berbentuk pengusiran roh jahat dari tubuh seseorang, tetapi bisa juga berarti “pengusiran” nilai-nilai negatif yang merasuk dalam hati dan pikiran manusia.
Yuk kita saksikan video pembahasannya di sini