Penutupan Pekan Alkitab Biak 2024: Hujan, Doa, dan Semangat yang Membara!
Sabtu, 3 November 2024, menjadi hari yang tak terlupakan bagi warga Biak. Pada hari itu, di bawah langit yang penuh harapan, Pekan Alkitab pertama yang diselenggarakan di Tanah Papua mencapai puncaknya. Berlokasi di Gereja Kristen Injili di Tanah Papua Jemaat Elizabeth Aibekopfuar, menjadikan Pekan Alkitab Biak 2024 sebagai momen bersejarah. Meskipun acara ini pertama kali digelar di Biak, antusiasme warga tidak terbendung.
Pameran Museum LAI dipenuhi oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak yang penuh rasa ingin tahu, hingga orang dewasa yang dengan seksama mempelajari setiap benda yang berkaitan dengan Alkitab. Mereka yang mengikuti lomba Cerdas Cermat Alkitab (CCA) juga diwajibkan mengunjungi museum, karena terdapat soal-soal lomba berkaitan dengan benda-benda yang ada di dalam Alkitab.
Lomba Cerdas Cermat Alkitab (CCA) yang berlangsung dari pukul 14:00 hingga 17:30 WIT menjadi pusat perhatian. Sebanyak 43 kelompok, masing-masing terdiri dari tiga orang, berkompetisi dalam lomba ini. Lomba CCA, yang selalu diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) setiap kali Pekan Alkitab diadakan, selalu berhasil menciptakan suasana tegang dan penuh semangat. Setiap peserta berusaha keras untuk menjawab soal dengan tepat guna meraih poin sebanyak-banyaknya. Sorakan semangat dan tepuk tangan menggema setiap kali peserta berhasil menjawab dengan benar.
Namun, yang tak kalah memukau adalah terjadi setelah lomba selesai. Saat senja menyelimuti kota Biak, Ibadah Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) dimulai. Ini bukan sekadar kebaktian biasa, melainkan sebuah perayaan iman, puncak dari Pekan Alkitab yang penuh berkat. Dalam tenda yang kokoh dan menghadap gedung Sekolah Minggu yang bertuliskan "KANISAH", di atas rerumputan hijau, jemaat mulai memenuhi tempat duduk plastik berwarna merah dan biru yang tersusun rapi. Mereka datang dengan hati penuh harap, siap menerima berkat yang melimpah.
Dengan iringan musik okulele, tifa, bass, triton dan alat musik lainnya, anak-anak tampil menyanyikan lagu yang begitu meresap ke dalam hati. Suasana semakin syahdu, membuka dan mengiringi hati setiap orang yang hadir. Ketika Pdt. Jhon Baransano, S.Th. mengucapkan “Jouw Suba!”—yang berarti Shalom dalam Bahasa Biak—suara jemaat menyahut, “Suba Jouw (Salam Sejahtera juga untukmu)!” Seolah melantunkan doa dan damai yang menyelimuti seluruh kota. Firman Tuhan yang disampaikan Pdt. Jhon penuh kedalaman dan humor, membuat setiap jemaat semakin terhanyut dalam suasana penuh makna. Ia mengajak jemaat untuk kembali merenungkan Firman Tuhan dengan setia. Suasana semakin hening dan emosional saat ia mengajak jemaat menyanyikan lagu yang terinspirasi dari Mazmur 1:2-3:
♪♫ Ku renungkan Firman-Mu siang dan malam,
Ku pegang perintah-Mu dan kulakukan,
Engkau tahu ya Tuhan, tujuan hidupku,
Hanyalah untuk menyenangkan hati-Mu. ♫♪
Suara pujian jemaat bergema, sementara hujan mulai turun perlahan. Beberapa jemaat, dengan mata terpejam, mengalirkan air mata, seakan merasakan hadirnya Tuhan yang begitu dekat, memberkati mereka dengan rahmat-Nya. Mereka berharap dapat menjadi pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buah pada musimnya, dan yang daunnya tidak layu, serta segala yang diperbuatnya berhasil.
Namun, hujan yang datang bukanlah hambatan. Justru, hujan tersebut menjadi bagian dari momen yang luar biasa. "Jouw Suba Kota Biak!" kata Pdt. Jhon, diiringi doa agar hujan menjadi berkat bagi kota, jemaat, dan keluarga-keluarga di Biak. Hujan semakin lebat, tetapi hal itu tak menghentikan semangat jemaat yang hadir. Kursi-kursi yang ada mulai digeser-geser agar tidak terkena air hujan. Beberapa jemaat tetap basah, tetapikegembiraan mereka tidak berkurang. Saat lagu "Pujian Rohani Papua/Papua ini Negeriku" berkumandang, sorakan dan tepuk tangan menggema. Jemaat yang basah kuyup dengan riang menari, menggerakkan tubuh mereka mengikuti irama lagu, menyambut hujan sebagai berkat yang luar biasa.
Hujan terus mengguyur hingga acara penutupan Pekan Alkitab. Mereka yang menerima hadiah maju ke depan dengan semangat, meskipun harus menembus hujan. Beberapa panitia, seperti Agus Unani, rela basah kuyup untuk mengantarkan mereka. Namun, yang paling menyentuh adalah pemandangan anak-anak yang dengan penuh semangat maju ke depan untuk mengambil hadiah doorprize.
Banyak anak-anak yang tak ragu menerobos hujan saat sang MC mengumumkan, “Coba lihat, apakah di bawah bangku Bapak/Ibu/Teman-teman sekalian terdapat nomor yang ditempel? Jika ada, copot saja nomornya dan silahkan maju ke depan untuk mengambil doorprize.” Begitu kalimat itu selesai diucapkan, seruan kecil-kecil penuh antusias mulai terdengar, dan sekejap, anak-anak yang menemukan nomor di bangkunya langsung bergegas maju ke depan. Mereka tidak hanya mencopot nomornya, tetapi dengan semangat yang membara, beberapa di antaranya mengangkat bangku utuh-utuh dan menerjang hujan sambil tertawa riang, mengangkat bangku mereka dengan tangan kecil tapi kuat, seolah tidak peduli dengan percikan hujan yang membasahi wajah mereka, Tawa dan kegembiraan memenuhi udara, menciptakan momen yang mengharukan, penuh dengan semangat dan keceriaan yang tulus.
Rangkaian Pekan Alkitab di Biak Selatan akhirnya resmi ditutup. Pekan Alkitab ke-7 ini sekaligus menjadi penutup di tahun 2024, dalam rangka memperingati 70 tahun Lembaga Alkitab Indonesia mengabarkan firman-Nya. Setiap pertemuan, doa, dan sorak-sorai telah mengisi kota Biak dengan sukacita yang mendalam, meninggalkan jejak yang diharapkan akan bertumbuh sebagai iman yang kokoh dan semangat oikumenis yang tak terpadamkan. "Jouw Suba Kota Biak!" Sebuah doa, sebuah harapan, agar berkat yang melimpah terus mengalir, seperti hujan yang membawa kehidupan.
Syowi Ma Kasumasa (terima kasih banyak) Biak, terima kasih atas semangat dan antusiasmenya. Kita akan bertemu lagi di kota-kota berikutnya pada Pekan Alkitab 2025, disana kisah-kisah baru akan dimulai.
Salam Alkitab untuk Semua.
[A.Srt]