Ketika Salomo meninggal dunia pada sekitar tahun 922 SM, Rehabeam, anak laki-lakinya menjadi raja. Tidak lama sesudah itu, sepuluh suku di utara memberontak melawan raja dan membentuk kerajaan mereka sendiri. Periode ini dikenal dalam sejarah Israel dengan sebutan Kerajaan Terpecah.
Suku Yehuda dan Benyamin di selatan selanjutnya dikenal sebagai Kerajaan Yehuda (atau kerajaan selatan). Suku-suku lain di utara membentuk Kerajaan Israel (atau kerajaan utara). Setiap kerajaan mempunyai rajanya masing-masing. Para raja di Yehuda, berasal dari keturunan Daud, tetapi di Israel para pemimpin suku dan militer harus saling berperang untuk menjadi raja. Kadang-kadang satu wangsa memerintah untuk beberapa tahun, lalu dikalahkan oleh lawannya yang kemudian memerintah untuk beberapa waktu saja.
Ibu kota Yehuda tetap di Yerusalem di mana orang Yehuda tetap beribadat kepada Tuhan di Bait Allah. Di Israel, Raja Yerobeam I membuat sebuah kuil di Betel supaya rakyat dapat mempersembahkan kurban di sana dan tidak pergi ke Bait Allah di Yerusalem ( 1 Raj. 12:25-33). Samaria kemudian menjadi ibu kota Israel ( 1 Raj. 16:24-29).
Di kerajaan utara (Israel), beberapa pemimpin mengizinkan rakyat untuk menyembah patung-patung seperti Baal, dewa Kanaan. Praktik ini dikutuk oleh sejumlah nabi yang menyampaikan firman Tuhan zaman itu. Contohnya, Nabi Elia berbicara melawan Ahab dan istrinya, Ratu Izebel, yang secara terang-terangan mendorong penyembahan Baal dan memelihara para nabi Baal (1 Raj. 18:1 – 19:8).
Praktik yang mengizinkan rakyat menyembah ilah-ilah lain menyebabkan kejatuhan Israel. Ada perang sipil antara mereka dan Yehuda, dan mereka juga berperang dengan negara-negara tetangga seperti Siria dan Moab. Akhirnya, orang Asyur menyerbu Israel dan menyerang ibu kota Samaria. Pada tahun 722 SM kota itu ditaklukkan dan banyak orang Israel ditangkap lalu dibawa ke Asyur sebagai tawanan. Yang lainnya tetap tinggal di daerah itu, hidup dan kadang-kadang menikah dengan orang-orang yang dibawa oleh orang Asyur untuk menetap di sana. Kerajaan utara tidak pernah mendapat kembali kekuasaannya sebagai suatu bangsa.
Sementara itu, Yehuda (Kerajaan Selatan) di selatan mempunyai masalahnya sendiri. Walaupun banyak rajanya, seperti Hizkia dan khususnya Yosia, setia kepada Tuhan dan mengikuti ajaran hukum Taurat (2 Raj. 18:1-8, 22:1 – 23:25), sejumlah raja lain, seperti Manasye, melakukan hal-hal yang membangkitkan murka Tuhan (2 Raj. 21:1-18). Akhirnya, Yehuda tidak dapat mempertahankan diri dari serangan negara-negara tetangganya yang kuat. Kerajaan Babel menyerbu dan menghancurkan Yerusalem dan Bait Allah pada tahun 587 SM. Banyak rakyat Yehuda dibawa ke Babel sebagai tawanan. Selama lima puluh tahun berikutnya kelompok orang Israel ini tetap tinggal di Babel dan tidak dapat kembali ke negeri mereka sendiri. Periode ini dikenal sebagai “masa Pembuangan”.
*Sumber: Alkitab Edisi Studi