Sigit Triyono
“Saya terinfeksi virus HIV AIDS sejak tahun 2009, lima belas tahun lalu, dan saat ini saya dinyatakan sehat serta kandungan virus dalam tubuh saya sudah tidak terdeteksi,” ungkap seorang pria (51 tahun) pendamping senior “HKBP AIDS Ministry” (HAM) dengan sumringah. Lebih lanjut dia menceriterakan perjalanan hidup yang dahulu penuh derita fisik karena serangan virus, juga siksaan psikologis karena stigmatisasi semua orang di sekelilingnya. Satu saat dia pernah sampai berusaha bunuh diri karena frustasinya. Namun Tuhan menolong dengan cara yang tidak terduga, melalui penampakanNya yang membalikkan rasa frustasi menjadi semangat untuk berjuang dan sehat kembali.
Kisah pendek di atas saya dapatkan saat mewakili Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) untuk hadir dan memberikan masukan-masukan dalam penyusunan Rencana Strategis (Renstra) lembaga HAM, pada 21-22 Mei 2024 di Siborongborong, Tapanuli Utara, Sumatera Utara.
Selama dua hari berproses bersama, betapa nilai-nilai kehidupan yang mulia dan relevan serta bersumber dari Alkitab, telah dipraktikkan oleh lembaga HAM dalam memedulikan banyak ODHA (Orang Dengan HIV AIDS).
Salah satu contohnya: “KITA ADALAH SESAMA” adalah panduan teologis lembaga HAM yang bersumber pada 1 Kor. 12:26 (TB2): “Jika satu anggota menderita, semua anggota ikut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota bersukacita.”
Nilai-nilai (values) yang ditunjukkan oleh HAM sebagai lembaga didalam: (1) menjalankan misinya, (2) mengambil keputusan, dan (3) bertindak, serta oleh pimpinan, staf dan karyawan HAM didalam: (1) menjalankan tugasnya, (2) mengambil keputusan, (3) memberikan pelayanan, (4) bertindak, dan (5) berinteraksi, juga bersumber dari Alkitab.
Ada tiga nilai yang ditetapkan dalam forum penyusunan Renstra HAM, yaitu: (1) Melayani: ekspresi ungkapan kasih kepada Allah dan sesama. (2) Rahasia: bertanggungjawab, menjamin, dan menjaga kerahasiaan. (3) Sederajat: memperlakukan semua ciptaan sebagai gambar Allah.
LAI dalam arak-arakan bersama keluarga besar Persekutuan Lembaga-lembaga Alkitab se-Dunia (United Bible Societies - UBS) memiliki beberapa agenda prioritas untuk empat tahun ke depan, salah satunya yaitu: Creation Care.
Melalui kepedulian kepada ODHA di atas, maka semakin memperkuat berbagai program yang pernah dilakukan LAI dalam mengimplentasi agenda prioritas tersebut, dengan kemitraan sinergis bersama gereja.
LAI tidak dapat sendiri dalam melaksanakan misi dan programnya. Kemitraan dengan gereja dan berbagai pihak adalah suatu keniscayaan.
Bukan hanya meneruskan gerakan global: kepedulian terhadap iklim (climate care) yang harus konsisten dilanjutkan, terlebih dari itu, semua ciptaanNya harus diperhatikan, diurus dan dirawat dengan sebaik-baiknya (Creation Care) berbasis Alkitab.
Salah satu program LAI yang sudah dirintis sejak tahun 1996 di berbagai pelosok Indonesia, yaitu Program Pembaca Baru Alkitab (PBA), yang merupakan upaya membuat umat melek huruf agar dapat membaca Alkitab, ternyata juga memberikan manfaat tambahan yang berkaitan erat dengan Creation Care.
Sesudah dari Siborongborong, pada tanggal 24-28 Mei 2024 saya mewakili Pengurus LAI hadir menutup secara resmi pelaksanaan PBA di Siberut, Kab. Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Dilanjutkan dengan pembagian Alkitab dan sertifikat kepada para warga belajar yang telah lulus serta mampu membaca ayat Alkitab di desa Taileleu, kemudian ke dusun Peipei serta dusun Bolotok Kecamatan Siberut Barat Daya.
Untuk menuju ke tiga lokasi tersebut, dari Muara Siberut kami harus mengarungi laut lepas. Tingginya gelombang cukup membuat kami basah kuyup bersama seluruh penumpang kapal kayu tradisional terbuka berukuran panjang 11 meter dan lebar 110 cm dengan mesin 80 PK, yang diisi 29 orang beserta barang bawaan.
Itupun baru sampai di Desa Taillelu, dan selanjutnya kami harus menelusuri sungai menuju kampung Bolotok dengan Pompong (kapal kayu tradisional kecil, bermesin kecil dengan maksimal 5 orang penumpang termasuk nahkoda, plus masing-masing barang bawaan).
LAI sepanjang melaksanakan PBA di Pulau Siberut sejak akhir April 2023 selama 12 bulan, selalu bersinergi dengan para mitra lokal (pimpinan beberapa gereja dan warga gereja yang sebagian menjadi Tutor).
Demikian juga bersinergi dengan Mitra nasional (khususnya Jakarta dsk.) serta internasional (UBS) yang terlibat langsung dalam memonitor dan mengevaluasi jalannya program.
Interaksi langsung para Mitra nasional yang hadir ke lokasi untuk bertemu para warga belajar, menumbuhkan kepedulian tambahan. Mereka prihatin dan tergerak hatinya untuk membantu kebutuhan-kebutuhan hidup yang mendesak serta penting bagi umat Tuhan di wilayah terpencil yang kondisinya sangat memrihatinkan.
Kondisi penduduk serba miskin karena serba terbatas infrastruktur desa (bahkan belum ada jamban untuk buang air besar di tempat kami menginap di kampung Bolotok). Ekonomi penduduk bergantung kepada hasil tanaman alam. Jalan darat untuk kendaraan belum tersedia, layanan sekolah hanya SD dan guru PNS-nya sering tidak datang. Bila ada orang sakit harus naik pompong ke desa kecamatan dengan ongkos tidak murah. Belum ada listik, sinyal telepon, apalagi internet.
Program Pembaca Baru Alkitab LAI yang berfokus kepada: mengupayakan agar umat yang masih buta huruf dapat membaca Alkitab, menghayatinya, dan menjadikannya pedoman hidup sehari-hari, haruslah ditopang dengan pemenuhan kebutuhan riil sehari-hari.
Di sinilah relevansi Creation Care, kepedulian kepada kehidupan ciptaan Tuhan secara holistik, menjadi suatu keniscayaan melalui berbagai bantuan riil dalam berbagai bentuk.
PBA LAI untuk 1322 warga belajar di Pulau Siberut tahun 2024 telah usai, tetapi kepedulian kepada umat ciptaan Tuhan yang masih sangat miskin, terbelakang, dan serba terbatas di banyak kampung Pulau Siberut, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat, sungguh membutuhkan bantuan riil kita semua.
Demikian juga kepedulian kepada ODHA melalui berbagai bantuan, terutama kepada Lembaga HKBP AIDS Ministry (HAM) Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara sangatlah bermakna. (ST 29.5.2024).