Rahasia di Balik 666

Berita | 8 Agustus 2024

Rahasia di Balik 666


“Bahasa simbolik itu bukan fiktif, tetapi mengacu pada realitas yg aktual, pada dunia yang nyata, sekaligus melampauinya.”

 

Kitab wahyu ditulis pada akhir abad pertama, sekitar 95 M, pada zaman kaisar Domitianus (81-96 M). Domitianus dilihat sebagai “Nero yg hidup kembali”: terutama dari segi kekejamannya terhadap pengikut Yesus. Pada masa itu Domitianus menganiaya jemaat Kristen dalam skala besar, khususnya di wilayah Asia kecil, tempat pelayanan Yohanes. Pada masa itu Gereja dipanggil untuk berpartisipasi dalam kemenangan Kristus atas maut dan kejahatan. Umat diingatkan untuk tetap mengikuti teladan-Nya, bersaksi dengan setia, sampai mempertaruhkan hidup. Di tengah situasi yang kelam ini, Yohanes dibawa ke Surga untuk melihat realitas dari sudut-pandang Allah, sesuai rencana dan kehendak-Nya. Hal ini memberi cara-pandang (visi) yang baru untuk melihat dunia dan sejarah sebagaimana seharusnya, sesuai dengan kehendak Allah. Bukan mengikuti cara pandang dan cara-kerja imperium yang penuh kekerasan, paksaan, kemenangan, dominasi, dll. Melainkan melalui cara Anak Domba, yaitu kesaksian, keadilan dan pemberian-diri, bahkan sampai wafat.

 

Pada masa kini kitab Wahyu mungkin bisa dibilang sebagai kitab yang cukup banyak menderita. Hal ini karena Kitab Wahyu merupakan kitab yang paling banyak digunakan sebagai rujukan, tetapi simbol-simbol di dalamnya seringkali disalahgunakan, dikaitkan dengan pelbagai tokoh dan peristiwa dalam sejarah sesuai kepentingan dari orang yang menggunakannya. Ada pula orang yang membaca kitab Wahyu sebagai peta yang detail/pasti tentang kronologi sejarah dunia ini sampai pada hari kiamat. Cara pembacaan demikian membuat orang berusaha menebak-nebak arti dari semua simbol dan tanda “rahasia” di dalamnya. Misalnya angka 1000 sering dimaknai secara harfiah, lalu dikombinasikan sedemikian rupa untuk meramalkan hari kiamat, dan seperti kita ketahui dalam sejarah ada banyak sekali ramalan yang meleset dan memakan korban. Selain angka 1000, yang tak kalah terkenal adalah angka 666 yang sering diartikan sebagai “anti-Kristus”. Angka 666 seringkali dikaitkan dengan pelbagai hal dan orang, sehingga beberapa negara dengan sengaja tidak menggunakan angka ini untuk kombinasi nomor telepon atau kode pos.

 

Apakah 666 merupakan simbol “angka” triple 666 atau “jumlah” enam ratus enam puluh enam? Dalam Alkitab atau Wahyu, angka 7 merupakan simbol dari “kesempurnaan” (Kejadian 1: “ciptaan jadi lengkap pada hari ke-7, Sabat, dll). Angka 3 adalah simbol totalitas atau lengkap. Sedangkan angka 6 merupakan simbol tidak-sempurna. Maka angka 666 atau angka 6 diulang 3 kali menjadi simbol ketidak-sempurnaan total. Lalu apa sesungguhnya pesan di balik angka 666 yang ditulis dalam kitab Wahyu?

 

Yuk, kita bahas selengkapnya dalam tayangan ini

Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia