Ketika berbicara tentang kesuksesan seorang anak, sering kali orang tua menggunakan ukuran keberhasilan sesuai standar ‘populer’ di masyarakat. Bagi kebanyakan orang tua, anak dapat disebut berhasil jika telah mencapai prestasi tertentu, seperti menjadi pejabat tinggi, pengusaha sukses, atau meraih gelar akademis yang tinggi. Padahal ada hal lain yang tak kalah penting dari semua itu, yaitu sesuatu yang lebih dalam dari sekadar status atau jabatan. Sesungguhnya seorang anak dikatakan tumbuh berhasil ketika ia mampu mengembangkan potensinya secara maksimal, apapun bentuknya.
Perlu disadari bahwa setiap anak diciptakan dengan potensi yang berbeda. Ada yang memiliki bakat kepemimpinan, seni, atau spiritualitas yang tinggi. Oleh karena itu, ukuran keberhasilan bukanlah tentang apa yang kita inginkan untuk anak, tetapi seberapa baik mereka berkembang sesuai dengan apa yang Tuhan karuniakan kepada mereka.
Simson, Daud, dan Yonatan: Pelajaran dari Alkitab
Kita dapat mengambil beberapa contoh parenting dalam Alkitab dan hasil dari proses parenting tersebut. Misalnya, Simson yang telah dipersiapkan sejak kelahirannya dengan potensi besar sebagai pemimpin. Ia mendapatkan didikan yang baik dari orang tuanya, khususnya Manoah, yang sangat peduli dengan perintah Tuhan. Namun setelah beranjak dewasa kita mengetahui bahwa potensi besar saja tidaklah cukup jika tidak diimbangi dengan kedewasaan iman. Simson gagal mencapai potensi penuhnya karena keputusan yang diambilnya menyimpang dari jalan Tuhan. Pada sisi lain, Daud dan Yonatan, meski tampaknya tidak terlalu mendapatkan parenting yang baik, justru berkembang menjadi pribadi yang luar biasa. Daud menjadi raja yang hebat, sementara Yonatan, meski pada akhirnya mati mengikuti ambisi ayahnya, Saul, selama hidupnya ia menunjukkan sifat kepemimpinan dan kesetiaan yang luar biasa. Melalui tiga tokoh ini, kita ditunjukkan bahwa pola asuh orang tua, meskipun penting, bukan satu-satunya faktor yang menentukan hasil akhir dari perkembangan seorang anak.
Sebagai orang tua, ada dua hal utama yang bisa dilakukan untuk membantu anak tumbuh sesuai potensinya:
-
Mengenal dan Menerima Potensi Anak. Setiap anak memiliki talenta unik yang diberikan Tuhan. Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengenali apa potensi tersebut dan menerimanya, walaupun mungkin berbeda dari harapan kita sebagai orang tua. Mengamati minat, bakat, dan kecenderungan alami anak adalah kunci untuk memahami potensi yang Tuhan taruh dalam diri mereka.
-
Mendukung Anak untuk Tumbuh Sesuai dengan Potensinya. Setelah mengenali potensi anak, tugas orang tua adalah memberikan dukungan yang diperlukan agar mereka dapat mengembangkan potensi tersebut secara maksimal. Dukungan orang tua sangat berperan penting. Misalnya, Manoah mendukung Simson agar tumbuh sesuai dengan rencana Tuhan, meski akhirnya Simson gagal karena pilihannya sendiri. Sebaliknya, orang tua yang memaksakan kehendak mereka dan mengabaikan potensi anak dapat menjadi hambatan. Seperti kisah Daud, yang awalnya hanya dianggap gembala oleh keluarganya, padahal ia memiliki potensi sebagai pemimpin besar.
Banyak budaya tradisional Timur menerapkan parenting yang cenderung otoriter, di mana orang tua memiliki kontrol penuh atas pilihan anak. Sementara di Barat, pendekatan demokratis lebih populer, para orang tua biasanya memberikan anak kebebasan lebih untuk mengeksplorasi diri mereka sendiri. Kedua pendekatan ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pendekatan otoriter memberikan struktur dan disiplin yang kuat, tetapi bisa menghambat anak dalam mengeksplorasi bakat dan minat mereka secara bebas. Sementara pendekatan demokratis mendorong anak untuk berkembang sesuai dengan potensinya, tetapi tak jarang menyebabkan anak kurang efektif dalam menanamkan batasan dan nilai-nilai disiplin.
Sebagai orang tua Kristen, tugas kita bukan hanya membesarkan anak yang 'sukses' menurut standar dunia, melainkan anak yang berhasil menemukan panggilan hidupnya sesuai dengan potensi yang Tuhan berikan. Apa saja faktor yang paling menentukan keberhasilan dalam membesarkan anak dengan baik?
Yuk saksikan bersama pembahasan menarik ini di kanal Youtube Lembaga Alkitab Indonesia. Atau bisa klik di sini untuk menyaksikan videonya.