Profil Inspirasi
When upon life’s billows you are tempest tossed,
When you are discouraged, thinking all is lost,
Count your many blessings name them one by one,
And it will surprise you what the Lord hath done.
Reff:
Count your blessings, name them one by one;
Count your blessings, see what God hath done;
Count your blessings, name them one by one,
And it will surprise you what the Lord hath done.
Lagu pujian”Count Your Blessing” di dalam Kidung Jemaat nomor 439 diberikan judul, ”Bila Topan K’ras Melanda Hidupmu”. Syairnya ditulis oleh Johnson Oatman, Jr. Melihat dari namanya, kita pun akan mengerti bahwa ayahnya Johnson Oatman pasti memiliki nama yang sama dengan putranya. Ayahnya, Johnson Oatman, Sr, merupakan sosok idola sang putra, Johnson Oatman, Jr. Sang ayah adalah seorang pedagang sukses dan anggota gereja yang setia. Suaranya bagus, warga jemaat gerejanya senang mendengarkan dia menyanyi di gerejanya. Tidak mengherankan, si Johnson kecil, yang lahir di Amerika Serikat pada 1856, suka berdiri di atas bangku pada saat kebaktian gereja, agar ia dapat ikut menyanyi dari buku lagu rohani yang dipegang ayahnya.
Saat dirinya mulai tumbuh dewasa, Johnson Oatman, Jr., ingin sekali menaladani sosok ayahnya sebagai penyanyi di gereja. Tetapi ternyata ia tidak dikaruniai suara yang bagus seperti suara ayahnya. Lalu pemuda itu berhasrat melayani Tuhan dengan cara yang lain, dan bahkan ditahbiskan sebagai pendeta. Namun tampaknya ia pun kurang berbakat sebagai pengkhotbah, sehingga ia tidak menjabat sebagai gembala sidang yang tetap. Hanya sewaktu-waktu saja ia diberikan kesempatan mengisi mimbar di sana-sini.
Hal itu tidak menjadi soal untuk Johnson Oatman, Jr., karena ia tidak kekurangan nafkah. Ia terus bekerja sama dengan ayahnya sebagai pedagang, dan penghasilan mereka berdua lebih dari cukup. Namun, sang putra masih merasa kecewa. Ia bertanya dalam hati: apakah sudah nasib bahwa ia takkan dapat menyamai ayahnya dalam hal melayani Tuhan?
Talentanya ditemukan
Pada umur 36 tahun, Johnson Oatman, Jr., menemukan talenta yang dikehendaki Tuhan baginya. Ia mulai mengarang syair-syair nyanyian pujian. Cepat sekali hasil karyanya itu menjadi populer. Penyanyi-penyanyi ternama, yang sering terlibat dalam kampanye-kampanye penginjilan massal, minta dengan sangat agar Johnson Oatman, Jr., terus menulis syair-syair yang dapat mereka lengkapi dengan musiknya. Maka ia pun semakin bersemangat menulis, dan mengarang bukan hanya berpuluh-pulh, atau beratus-ratus, melainkan beribu-ribu lagu rohani!
Johnson Oatman, Jr., tidak menuntut pembayaran sedikit pun atas karangan-karangannya itu. Tetapi para penerbit musik Kristen itu merasa kurang layak jika mereka terus memanfaatkan hasil karyanyanya tanpa suatu imbalan untuk sang pencipta. Maka akhirnya ia mengalah: ”Oh, baiklah, kalau demikian bayarlah satu dolar per lagu saja!” katanya.
Seumur hidupnya, Johnson Oatman, Jr. tidak pernah mencapai sukses yang besar sebagai penyanyi gereja atau pengkhotbah. Namun, lewat lagu-lagu karangannya, ia masih terus menjadi berkat dan menyentuh hati banyak orang di seluruh dunia, walaupun ia sendiri sudah meninggal pada 1922.
Pada 1897, yaitu lima tahun setelah ia mulai membuat nyanyian-nyanyian pujian, Johnson Oatman, Jr., mengarang sebuah syair yang segera menjadi lagu kesukaan dan pilihan di mana-mana. Yaitu sebuah lagu tentang menghitung berkat, yang di Kidung Jemaat diberikan judul: Bila Topan K’ras Melanda Hidupmu. Syairnya mengajak kita semua tetap bersemangat dan berpengharapan di tengah beragam kekecewaan, tantangan dan kesulitan hidup.
Cobalah kita lihat dalam bait pertamanya berikut ini:
Bila topan k’ras melanda hidupmu, bila putus asa dan letih lesu
Berkat Tuhan satu-satu hitunglah, kau niscaya kagum oleh kasih-Nya.
Refrein:
Berkat Tuhan, mari hitunglah, kau ’kan kagum oleh kasih-Nya.
Berkat Tuhan mari hitunglah, kau niscaya kagum oleh kasih-Nya.
Bait ketiganya mengajak kita untuk semakin bersyukur. Daripada iri hati atas berkat dan harta yang dimiliki oleh orang lain, kita diajak untuk mengingat bahwa berkat abadi di surga lebih berharga dari segalanya. Istilah zaman sekarang: tidak perlu membanding-bandingkan.
Bila kau memandang harta orang lain, ingat janji Kristus yang lebih permai
Hitunglah berkat tidak terbeli, milikmu di sorga tiada terperi
Refrein:
Berkat Tuhan, mari hitunglah, kau ’kan kagum oleh kasih-Nya.
Berkat Tuhan mari hitunglah, kau niscaya kagum oleh kasih-Nya.
Seorang penginjil besar pernah berkata,”Lagu menghitung berkat ini di berbagai masa dinyanyikan oleh kaum pria, disiulkan oleh anak-anak muda, dan bahkan dimanfaatkan oleh kaum ibu sebagai lagu nina bobo.”
Siapakah pengarang melodi dari syair tersebut sehingga menjadi lagu pujian yang membangkitkan semangat dan gairah hidup?
Tukang Tembok yang Bertobat
Edwin O. Excell (1851-1921) lahir di Amerika Serikat dalam keluarga seorang pendeta. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, ia menjadi seorang tukang tembok. Di luar pekerjaan rutinnya sebagai tukang tembok, ia bekerja sambilan sebagai seorang guru musik.
Karena kepandaiannya di bidang music, Edwin Excell diminta memimpin nyanyian sidang untuk sebuah Kebaktian Kebangunan Rohani. Pada saat ia sedang menjalankan tugasnya, sadarlah dirinya bahwa meski sudah terlibat pelayanan, ia belum pernah mengakui percaya kepada Tuhan Yesus secara pribadi. Maka ia pun bertobat dan percaya. Setelah itu Edwin Excell semakin giat melayani Tuhan. Ia mulai mempromosikan Sekolah Minggu dan sering memimpin musik untuk ibadah atau pertemuan-pertemuan raya yang dihadiri oleh murid-murid Sekolah Minggu. Ia juga turut mengumpulkan buku-buku nyanyian pujian dari berbagai sumber. Ia sendiri mulai mengarang baik syair maupun lagu dari nyanyian-nyanyian pujian. Buku-buku nyanyian pujian dan lagu-lagu karangannya, ia susun dan bukukan kembali agar bisa digunakan banyak orang.
Salah satu melodi karangan Edwin Excell telah dijodohkan dengan syair karangan Johnson Oatman, Jr., sehingga kini terkenal sebagai lagu ”Count your Blessing (Hitunglah Berkatmu)”. Selama berpuluh-puluh tahun Edwin Excell sering memimpin nyanyian sidang dalam kampanye-kampanye penginjilan raksasa. Bahkan, saat ia wafat pada tahun 1921, ia sedang dalam kegiatan pelayanan di sebuah kota yang jauh dari tempat tinggalnya.
Alangkah indahnya, dipanggil pulang ke surga persis pada saat ia sedang sibuk dalam pekerjaan Tuhan. Baik Johson Oatman, Jr., maupun Edwin O. Excell akan menganggap hal ini sebagai satu lagi berkat Tuhan yang mereka terima dan layak untuk dihitung! Sejak mengaku percaya dan menyerahkan hidup kepada Kristus, mereka tidak pernah khawatir bagaimana Tuhan akan menuntun dan menetapkan akhir hidup mereka.
Bagian penutup dari lagu ”Count your Blessing (Hitunglah Berkatmu)” menggambarkan dengan tepat bagaimana sebaiknya kita menjalani hidup:
Dalam pergumulanmu di dunia, janganlah kuatir, Tuhan adalah!
Hitunglah berkat sepanjang hidupmu, yakinlah, malaikat menyertaiMu!
Refrein:
Berkat Tuhan, mari hitunglah, kau ’kan kagum oleh kasih-Nya.
Berkat Tuhan mari hitunglah, kau niscaya kagum oleh kasih-Nya.
Kita yang pernah mengalami ketegangan dan sengsara selama masa-masa Pandemi Covid-19 mestinya bersyukur atas berkat dan penyertaan-Nya hingga hari ini. Ternyata Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Masih ada kesempatan untuk menghitung berkat-Nya setiap hari Dalam masa-masa suram pun malaikat-Nya selalu menyertai dan menjaga kita. Tuhan selalu beserta kita. Imanuel.
Sumber:
Riwayat lagu pilihan dari Nyanyian Pujian Jilid 3. Lembaga Literatur Baptis.
Kidung Jemaat. Yayasan Musik Gereja.