SIAPA PENDIRI AGAMA KRISTEN: YESUS ATAU PAULUS?

Berita | 25 Jul 2025

SIAPA PENDIRI AGAMA KRISTEN: YESUS ATAU PAULUS?


Pertanyaan mengenai siapa yang mendirikan agama Kristen: Yesus atau Paulus, telah menjadi perdebatan klasik, baik dalam tataran populer maupun dalam kajian akademik. Di kalangan umat awam, pertentangan antara Yesus dan Paulus sering dimunculkan dengan asumsi bahwa Paulus adalah tokoh yang menggeser inti ajaran Yesus, lalu membangun suatu agama baru yang bersifat terlepas dari akar Yudaisme. Namun mengapa anggapan demikian muncul?

 

Yesus dalam konteks historisnya adalah seorang tokoh Yahudi yang mewartakan Kerajaan Allah, yakni pemerintahan Allah yang mulai hadir di dunia melalui sabda dan karya-Nya. Pewartaan ini bersifat lokal, kontekstual, dan menyasar kelompok-kelompok marginal: orang miskin, pendosa, dan mereka yang disingkirkan dari komunitas religius. Ia membongkar sekat-sekat sosial-religius dan menekankan rahmat Allah bagi semua orang.

 

Paulus, dalam surat-suratnya, tampil sebagai tokoh yang melanjutkan misi ini, tetapi dengan lingkup yang lebih luas. Ia mengembangkan konsep-konsep teologis seperti pembenaran oleh iman, kurban salib Kristus, dan keselamatan bagi orang bukan Yahudi. Di mata sebagian orang, transformasi ajaran Yesus yang bersifat moral dan naratif menjadi sistem teologis yang tampak mengalami perubahan mendasar. Apalagi dengan penekanannya terhadap “iman, bukan Taurat,” membuat Paulus dianggap memutuskan diri dari akar Yudaisme.

 

Namun, studi-studi biblika kontemporer menunjukkan bahwa pandangan ini terlalu disederhanakan. Paulus sendiri menghadapi keberatan yang sama di zamannya, dan melalui surat-suratnya, ia justru berusaha menjelaskan bahwa injil yang ia bawa adalah kelanjutan dari pewartaan Yesus.

 

Pada dasarnya, Yesus dan Paulus sama-sama mengajarkan bahwa kasih karunia Allah terbuka untuk semua orang. Inti pewartaan Yesus adalah Kerajaan Allah yang hadir bagi orang-orang berdosa, sementara Paulus menjabarkan bahwa keselamatan itu kini juga tersedia bagi orang non-Yahudi melalui iman kepada Kristus. Keduanya menegaskan bahwa keselamatan itu bukan monopoli kelompok saleh atau elit religius, tetapi anugerah Allah yang universal. Yesus membongkar eksklusivisme internal dalam komunitas Yahudi (misalnya sikap kaum Farisi), sementara Paulus membuka jalan bagi inklusivisme eksternal dengan menjangkau bangsa-bangsa lain. Keduanya memiliki arah yang sama, yaitu menghadirkan satu umat Allah yang baru.

 

Baik Yesus maupun Paulus mengajarkan bahwa keselamatan dan pemerintahan Allah telah mulai hadir, tapi belum sepenuhnya tergenapi. Dalam doa Bapa Kami, Yesus mengajarkan umat untuk memohon "datanglah Kerajaan-Mu," menandakan bahwa kepenuhan kerajaan itu masih dinantikan. Namun, kehadiran-Nyaya telah mulai melalui karya Roh Kudus.

 

Paulus pun menegaskan hal serupa, pembenaran dimulai saat ini bagi mereka yang percaya (Roma 5:1), tetapi kepenuhan pembenaran akan tergenapi pada pengadilan Kristus (2 Korintus 5:10). Roh Kudus bagi Paulus adalah jaminan (ἀρραβών) dan buah sulung dari keselamatan akhir (2 Korintus 1:22; Roma 8:23). Roh Kudus memampukan orang percaya hidup dalam rentang eskatologis: sudah diselamatkan, tapi belum sepenuhnya.

 

Taurat, Kasih, dan Hukum yang Dihidupi

Yesus tidak menolak Taurat, melainkan menafsirkannya secara radikal. Ia berkata, “Janganlah menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” Dalam hal ini perlu menjadi perhatian kita, bahwa bagi Yesus, Taurat bukanlah idol tetapi icon, bukan untuk disembah secara legalistik, melainkan sebagai jendela yang mengarah pada kehendak Allah yang menyelamatkan. Penafsiran Yesus atas hukum Sabat dan tahir-najis menegaskan bahwa bukan bentuk lahiriah yang menjadi pusat, melainkan kasih yang mempromosikan kehidupan dan keutuhan ciptaan.

 

Paulus pun tidak membuang Taurat. Ia menyatakan bahwa hukum diteguhkan oleh iman (Roma 3:31), dan bahwa sunat yang sejati adalah sunat hati (Roma 2:28-29). Ia pun menafsirkan seluruh hukum dalam terang kasih: “Sebab, seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!””. (Galatia 5:14). Dengan demikian, hukum Taurat dalam surat-surat Paulus sejalan dengan hukum kasih yang dihidupi Yesus.

 

Paulus bukan Pendiri, tapi Pewarta Yesus Kristus

Paulus bukanlah pendiri agama Kristen dalam pengertian sebagai penemu ajaran baru yang terpisah dari Yesus. Ia adalah murid yang setia, yang meneruskan dan menafsirkan pewartaan Yesus dalam konteks dunia Yunani-Romawi. Ia menyampaikan Injil kepada bangsa-bangsa, dan dengan inspirasi Roh Kudus, menjabarkan konsekuensi teologis dari hidup, kematian, dan kebangkitan Kristus. Dengan demikian, alih-alih melihat Yesus dan Paulus sebagai dua tokoh yang bertentangan, kita justru menemukan kontinuitas yang mendalam baik dalam hal misi, kasih Allah yang universal, Roh Kudus sebagai daya Allah yang memampukan umat, dan hukum kasih yang menjadi inti kehidupan baru dalam Kristus.

 

Maka, pertanyaan "Siapa pendiri agama Kristen?" bukan hanya soal siapa yang pertama kali membentuk struktur keagamaan, tetapi siapa yang meletakkan dasar teologis dan pewartaan Injil. Dalam terang itu, Yesus adalah pusat iman Kristen, dan Paulus adalah pewarta-Nya yang setia.


Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia