Pada 25-28 Maret 2019 lalu saya mewakili LAI mengundang rapat bersama Lembaga-lembaga Alkitab se Asia Pasifik di Rotorua, sebuah kota kecil dan pusat Suku Maori Selandia Baru. Forum kebersamaan ini selalu disingkat dengan tiga huruf: "AAA" (Asia Pacific Affinity Alliance).
Ada 22 Lembaga Alkitab Asia Pasifik yang melayani umat di 28 negara. Rapat yang digelar tahunan dan bertempat di salah satu Lembaga Alkitab di Asia Pasifik, memiliki tujuan untuk saling menguatkan dan sinergis dalam menghadapi tantangan bersama.
LAI sebagai lembaga yang membawa nama Indonesia, selalu membawa misi keIndonesiaan juga. Tidak disukai lembaga yang diutamakan, tetapi juga kepentingan negara terikutkan.
LAI adalah lembaga yang menjalankan dua mandat negara: (1) Penguatan mental spiritual WNI, dan (2) Pelestari bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Untuk menjalankan dua mandat di atas
Dalam keaktifan di forum-forum kebersamaan dengan banyak negara, potensi untuk memberi dan menerima persetujuan terbuka. Memberi hal-hal yang harus kita kuatkan, dan menerima hal-hal yang masih perlu diperkuat. Disitulah esensi sinergitas.
Indonesia yang merupakan negara keempat terbanyak penduduknya di dunia setelah China, India dan Amerika, jelaslah ini merupakan kekuatan yang harus dioptimalkan. Belum lagi keanekaragaman budaya yang luar biasa.
Semua kekuatan-kekuatan ini dapat meningkatkan kepercayaan diri dalam partisipasi aktif di setiap bagian pertemuan. Belum lagi ditambah dengan kemampuan LAI dalam pengembangan produk Cetak plus Digital.
Dari pertemuan empat hari di atas, akhirnya LAI dapat memberikan inspirasi positif bagi sahabat-sahabat Lembaga Alkitab lainnya. Ada juga lembaga Alkitab yang langsung mengundang berkolabirasi dengan LAI. Ini peluang bagi Indonesia untuk memberkati dunia.
Saya tidak paham detail diplomasi yang lebih banyak diperbincangkan di media sosial. Tapi menurut saya uraian di atas adalah contoh proses hasil diplomasi. Sedikit diplomasi LAI.
Oleh: Sigit Triyono (Sekum LAI)
Salam AlkitabUntuk Semua